ENREKANG, PIJAR NEWS.COM – Kemarau berdampak kerugian terhadap para petani, seperti para petani bawang merah di Kabupaten Enrekang. Kerugian itu diakui petani Bawang Merah di Desa Mampu, Kecamatan Anggeraja.
Petani mengaku, kemarau yang berkepanjangan membuat pertumbuhan tanaman bawang merah mereka tak bisa tumbuh dengan baik, sehingga bawang kecil dan kualitasnya buruk, disebabkan kurangnya air. Akibatnya hasil panen bawang merah mereka turun siginifikan.
“Pengaruh musim kemarau yakni pertanian seperti bawang merah dan lain-lainnya gagal, banyak tanaman rusak karena tidak adanya air, sehingga pemasukan lumpuh total,” ujar Fahriansyah, salah satu petani bawang di desa Mampu, Ahad (05/11/2023).
Tidak ada metode lain pemerawatan bawang, sebab bawang merah sangat membutuhkan air setiap hari, selama 60 hari dari masa penanaman.
Sementara, bertani bawang merah menjadi sumber utama mata pencaharian Fahriansyah, sehingga pada saat kemarau, hal itu sangat menyulitkan baginya dan petani lainnya.
“Sangat menurun hingga 80% dibandingkan selama musim hujan, harganya sangat berbeda jauh, yang bisa harga saat musim hujan yakni Rp 20rb-45rb per kilo sehingga hasil bisa 3 kali lipat dari modal utama, sedangkan musim kemarau harga mulai Rp 8rb-15rb/kg, sehingga angka kerugian tinggi bahkan modal tidak kembali,” lanjutnya.
Untuk menambah pemasukan keluarga, Fahriansyah juga nyambi sebagai kuli bangunan bahkan juga menjadi tukang ojek bawang.
Menurutnya, kondisi tersebut mesti menjadi perhatian serius, juga berharap ada solusi yang dapat membantu para petani mengatasi kerugian panen yang disebabkan oleh musim kemarau.
Penulis: Nurul Nasira (Mahasiswa PPL IAIN Parepare)