PAREPARE, PIJARNEWS.COM – Melemahnya rupiah terhadap dollar dalam sepekan terakhir, membuat beberapa sektor berpotensi mengalami kenaikan serta penyesuaian harga. Sebab, sebagian bahan baku produksi berasal dari produk impor.
Ketua Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) se-Ajattapareng, Rio Subagio berharap agar pemerintah segera melakukan intervensi guna menetralkan rupiah terhadap kurs dollar. Soalnya, lanjut Rio, naiknya dollar sangat berdampak terhadap sektor perekonomian. Salah satunya terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR), khususnya KPR komersil.
“Dampak lain dari melemahnya rupiah terhadap dollar berimbas juga kepada pengusaha dan pedagang kecil seperti pedagang Tahu Tempe. Karena kedelainya impor, warung makanan dan minuman yang menggunakan produk impor juga akan berimbas. Namun yang sangat berpengaruh besar adalah perusahaan korporat yang mayoritas menggunakan bahan baku impor,” ujar Rio Subagio yang juga Pimpinan Cabang Bank Sulselbar kepada Pijarnews, Rabu 5 September 2018 lalu.
Dikutip dari laman bisnis dot com, nilai tukar rupiah mampu memperpanjang penguatannya terhadap dolar AS pada perdagangan pagi ini, Jumat 7 September 2018.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka menguat 24 poin atau 0,16% di level Rp14.869 per dolar AS.
Mata uang Garuda memperpanjang penguatannya untuk hari kedua berturut-turut, setelah berhasil rebound dan berakhir menguat 45 poin atau 0,30% di level Rp14.893 per dolar AS pada Kamis (6/9).
Di sisi lain, pergerakan indeks dolar AS pagi ini terpantau berbalik naik tipis 0,01% atau 0,012 poin ke level 95,033 pada pukul 07.58 WIB.
Sebelumnya indeks dolar dibuka turun hanya 0,004 poin di level 95,017, setelah pada perdagangan Kamis (6/9) berakhir melemah 0,17% atau 0,163 poin di posisi 95,021. (*)
Penulis : Amiruddin
Editor : Alfiansyah Anwar