PINRANG, PIJARNEWS.COM – Berprestasi menjadi impian banyak orang, dan sudah pasti dengan prestasi yang diraih menjadi momen bersejarah dan amat berarti, apalagi berprestasi di ajang nasional. Salah satunya Linda (20), alumnus SMKN 1 Pinrang ini memiliki cerita yang sangat berkesan kala menjadi juara disebuah ajang di Jogjakarta pada tahun 2021 lalu.
Sicantik yang memiliki nama lengkap Linda Permatasari merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara itu menceritakan nekat mengikuti lomba tari yang di adakan di kota pelajar, yang menjadi julukan Kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ia sebut nekat karena minim dana, hanya dengan ongkos berangkat ke Jogja saja.
“Waktu ke Jogja, saya nekat pergi tidak bawa uang bersama Sanggar Seni Lasinrang (S2L). Intinya masalah ekonomi disitu, sama yang lain tidak ada kak, tidak seberapa dan juga toh pas sekali bulan ulang tahun tidak tau yang keberapa tahun dulu itu,” cerita Linda dengan haru mengingat kenangan itu kepada pijarnews.com, Ahad (26/3/2023).
Awalnya dia mengikuti lomba tari grup bersama teman-teman seperjuangannya di Sanggar Seni Lasinrang dengan hasil yang memuaskan hingga membawa piala.
Kemudian pelatih Linda, mendaftarkannya ke lomba tari tunggal, itu berkat melihat kegigihan Linda saat lomba.
“Saya dikasi masuk tari tunggal mau Ki tau i juara berapa ka Kak?, Juara satu ka kak se-Indonesia itu kak ahhh bangga sekali ka SMA diri ku kak asli,” imbuh Linda dengan bahasa khas daerahnya.
Linda tidak menyangka berhasil menjadi juara pertama dalam perlombaan tari tunggal tersebut. Menurutnya banyak yang hebat menari di atas panggung dengan lihai terutama yang berasal dari provinsi Papua dan Aceh.
“Saya tidak nyangka, karena banyak orang hebat, apalagi Papua SMA Aceh, Baru kan siang disitu saya lomba juara satu, saya nangis disitu karena perjuangan yang hingga malam hari, menurutku itu kado yang terbaik untuk ulang tahunku,” ujarnya.
Piala Berkesan Dihadiahkan Untuk Kedua Orang Tua
Linda Permatasari menyampaikan perlombaan di Jogjakarta itu merupakan pengalaman berkesan yang telah ia ukir.
Saat tiket burung besi telah di pesan, Dia menyampaikan kepada kedua orang tuanya untuk bersiap di esok harinya terbang ke DIY secara mendadak.
Dia mengatakan bahwa tidak ingin memberatkan kedua malaikatnya saat hendak pergi ke kota Pelajar itu.
“Pas pergi, kedua orang tua tidak tau, malamnya di rumah saya baru infokan bahwa mau ke Jogja besok karena kalau dari awal saya kasi tau nanti saya dikasi uang jajan lagi ketika mau jalan. Saya tidak mau kalau jalan terus dikasi uang, saya maunya dari hasil sendiri ku,” jelasnya.
Sebelum berangkat, dari jauh hari Linda telah meminta restu dan memberi penjelasan tulus dari lubuk hati kepada kedua malaikatnya itu.
Awalnya ayah Linda menolak untuk mengizinkannya ke Jogja, namun berkat kegigihan dan bukti dari dalam hati Linda, dia nekat ke Jogja dengan membawa nama Kabupaten Pinrang dan Sulawesi Selatan.
“Saya tunjukkan selebaran brosur lomba itu, kepada mama kemudian dia bertanya dulu? apa ini bilang ka lomba mama, impianku sekali ini untuk pergi ke Jogja dari kecil Kota Pelajar yang mau sekali untuk pergi, jadi ini kesempatanku, saya harus pergi jelaskan ke orang tua, bapak marah awalnya tapi dalam hati akan kubuktikan sama bapak,” jelas dia saat berdialog kepada kedua orangtuanya.
“Saat pulang, kemudian saya ceritakan piala yang didapatkan semenjak tari tunggal, lalu kedua orang tua bertanya barusan besar piala yang kamu bawah,” ujarnya terharu mengingat.
Kelihaiannya dalam menari sejak di bangku sekolah dasar (SD), membuat badannya dan pikiran menciptakan gerakan tari yang enak tuk dilihat, sehingga dia menyampaikan ucapan terima kasih kepada pelatih tarinya.
“Terimakasih kepada pelatih tariku yang melatih saya selama ini, semoga di umur saya yang semakin bertambah ini di umur yang ke 20 tahun, karena pengalaman yang juga saya dapat. Bisa memberikan ilmu yang bermanfaat kepada generasi dibawahku,” pungkasnya.(*)
Reporter: Faizal Lupphy