“Sebagian teman saya ada yang rumahnya roboh, kalau rumah saya hanya retak. Kami juga tinggal dan ber-KKN di tenda posko pengungsian,” katanya.
Selama ber-KKN, mereka fokus menjadi relawan. Mulai dari terlibat dalam pembagian logistik, melakukan trauma healing dan mengajar untuk anak-anak serta pembersihan lokasi pengungsian.
“Suka duka ber-KKN di sini, tidur tidak nyenyak, terbangun pun gelisah. Tapi kita berusaha untuk tidak terlihat panik dan takut di depan anak-anak,” cerita Farida ke wartawan melalui pesan whatsapp, Jumat (05/02/21).
Ia mengaku, pengalaman KKN dalam situasi pasca gempa adalah pengalaman berharga. Pasalnya, tidak semua mahasiswa mampu dan berani ber-KKN di lokasi gempa.
Rasa trauma pasti ada, tetapi sebagai mahasiswa akhir, mereka harus memantapkan fisik dan mental menjadi relawan terdepan membantu warga penyintas gempa.
“Kami biasa ketakutan jika ada gempa susulan, semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan, terimakasih untuk relawan yang turut membantu para korban,” pungkasnya. (*)
Reporter : Misbah Sabaruddin