Setiap hari, Nasir membawa 100 liter kacang. Per liter kacang rebus ia hargai Rp 10 ribu. Jika semua laku terjual, ia bisa pulang membawa untung Rp 150 ribu. Tapi tak jarang pula semua dagangannya habis terjual, kadang juga ada yang tersisa.
“Dulu itu kadang mendapat Rp50 ribu sampai Rp150 ribu per hari,” katanya.
Selama pandemi Covid-19 lanjut Nasir, penjualannya mengalami penurunan. “Setengah mati sekarang pak, pokoknya sabar betul orang sekarang ini. Bisa tiga malam dijual baru habis. Kadang laku 10 liter sampai 30 liter. Tapi sebelum corona rata itu 100 liter,” paparnya.
Saat berjualan, Nasir didampingi anak bungsunya Nurdin. Sekitar pukul 16.00, mulailah Nasir mengayun langkah bersama gerobaknya dari Jalan Andi Makkasau Timur menuju Jalan Veteran.
Jika dagangannya cepat laris, ia bisa pulang lebih awal pukul 20.00. “Kalau laris bisa saya pulang lebih awal tapi kalau sepi lagi bisa sampai pukul 22.00,” lanjutnya.
Saat ditanya alasan tetap bertahan jualan kacang rebus, Nasir mengatakan, jualan kacang rebus sudah menjadi hobi juga terbilang gampang. “Saya bertahan karena pendapatan saya tidak terang seperti yang lain dan saya rasa kerjaan ini cukup gampang,” tuturnya.
“Prinsip saya yang penting bisa sabar, jadikan pekerjaan sebagai hobi. Prinsip saya juga yang penting bisa tutupi biaya hidup sehari semalam dengan rezeki halal. Ada juga untuk ongkos sekolah anak-anak. Alhamdulillah itu sudah cukup,” tambahnya.
Tidak hanya itu, Nasir juga menjelaskan cara pengolahan kacang rebus miliknya. “Pertama itu direndam, dicuci hingga bersih kemudian direbus bersama garam. Setelah masak dipisahkan lagi yang rusak kemudian dipindahkan digerobak dan dipanggang lagi,” katanya.
Kacang yang diproduksi Nasir berasal dari berbagai daerah di antaranya, Pangkep, Maros, Barru, Sidrap dan Soppeng tanah kelahirannya.
Saat ini pria kelahiran tahun 1954 itu bercita-cita ingin punya rumah sendiri. “Selama 30 tahun ini saya kontrak rumah di Parepare. Tapi sekarang saya tinggal di rumah yang dibelikan adik saya. Jadi saya bercita-cita rumah yang dibeli adik saya yang saya tempati sekarang bisa segera dilunasi. Anak saya juga dua orang masih belum menikah,” harapnya. (*)
Reporter : Hamdan
Editor : Dian Muhtadiah Hamna