PAREPARE, PIJARNEWS.COM –Puluhan notaris-Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang tergabung dalam pengurus Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT) dan Ikatan Notaris Indonesia (INI) Parepare dan sekitarnya terharu saat mengunjungi Panti Jompo Mappakassunggu, Kota Parepare di Jalan Jenderal Sudirman, Rabu 26 Desember 2018.
Kunjungan ini dalam rangkaian memperingati Hari Ibu yang jatuh tanggal 22 Desember. Kepala Panti Jompo Mappakasunggu Parepare, Amrullah Bakri saat menerima rombongan mengatakan, Panti Jompo yang dipimpinnya adalah yang kedua di Sulsel, satunya ada di Kota Makassar, namun dibawa naungan Kemensos.
Sementara Panti Jompo Mappakasunggu Parepare dibawah naungan pemerintah Provinsi Sulsel. “Kami menampung lansia sesuai rekomendasi dari Pemerintah daerah. Ada dua Panti di Sulsel, satu milik Kemensos, namun ada aturan baru Kemensos tidak bisa lagi menangani Panti Jompo. Panti Jompo Mappakasunggu mengakaver sebagian Indonesia Timur dan sesuai regulasi baru, kami akan menerima warga yang diberikan kepada kami,” ungkap Amrullah.
Amrullah mengaku saat baru menjabat dua minggu sebagai Kepala Panti, dirinya juga bertanya-tanya apa yang akan dikerjakan sebagai pejabat baru.”Disinilah saya baru tahu bahwa kami seperti memelihara orang tua sendiri dengan kasih sayang dan sapaan,” kata Amrullah.
Untuk itu, Amrullah menyampaikan terima kasih atas kunjungan notaris-PPAT Parepare sekitarnya. Menurutnya, para lansia ini butuh perhatian selain menjadi kewajiban negara, juga masyarakat karena mereka memang dilindungi oleh Undang-undang.
“Umur rata-rata para lansia 60 keatas.Ada yang dari Kalimantan terlantar di pelabuhan kami ambil. Ada juga dari Ternate yang jadi korban kemarin, terima kasih kunjungannya, kami merasa gembira, supaya mereka juga bisa senyum. Kami disini komitmen bagaimana melayani mereka sampai terminasi (meninggal),” kata Amrullah.
Disinggung siapa yang membawa mereka, Amrullah menyebutkan, ada lansia yang membawa diri sendiri, ada juga yang dibawa anak dan keluarganya. Sebaliknya ada juga yang diakali oleh keluarga.”Yang terakhir ini mungkin tidak bisa lagi berinteraksi secara baik, karena masa-masa orang begini butuh kesabaran, butuh senyum dan sapaan kepada mereka,” ungkapnya.
Amrullah menjamin para lansia binaannya akan mendapatkan pelayanan, karena Panti Jompo Mappakasunggu memiliki pekerja sosial yang terlatih. Untuk mereka yang sudah pikun panti menyiapkan ruang isolasi khusus bagi yang sudah pikun dan tidak tahu lagi ketika ditanya dimana keluarganya, buang kotoran di tempat, mereka memang sudah tidak bisa lagi mengingat semua.
“Kami komitmen hari ini dan selamanya mereka gembira, ada senam lansia dan lomba,” kata Amrullah. Ketua Pengda IPPAT Parepare sekitarnya Sri Rahmawati, SH, M.Kn mengatakan, kehadiran para PPAT-Notaris Parepare sekitarnya untuk bersilaturahmi sekaligus memberikan bingkisan alakadarnya kepada para penghuni.
“Kami ingin bersilaturahmi sekaligus mengunjungi mereka dan mengetahui kondisi para orang tua kita,” kata Sri Rahmawati. Suasana haru terlihat ketika para notaris-PPAT mengunjungi satu demi satu ruangan asrama para lansia sambil membagikan bingkisan dan uang. Para notaris-PPAT menyalami satu persatu lansia. Beberapa orang penghuni diantaranya mengaku sakit, ada juga yang baru keluar dari rumah sakit. Ada juga yang mengaku dibuang oleh suami, tidak pernah dijenguk keluarga. Sri Rahmawati dan beberapa notaris terlihat berdialog dan menyapa para lansia layaknya ibu dan bapak kandung. “Sehat-sehati ki Indo,” kata Sri yang terharu setelah mendengar curhat para lansia.
Diantaranya, ada yang tidak pernah dijenguk keluarga, ada juga yang dibuang oleh suami, sementara mereka sakit-sakitan. Beberapa lansia juga sudah terbatas melakukan komunikasi, karena pendengaran yang tidak normal, namun hanya memberikan isyarat atau mengumbar senyum kepada mereka yang mengunjungi. Pendamping terpaksa harus berteriak keras disamping telinga lansia agar mereka paham dengan pertanyaan yang disampaikan.
Sebaliknya, ada pula yang masih cekatan menjawab pertanyaan ketika ditanyakan asal mereka, meski di kepala mereka dipenuhi rambut yang sudah ubanan.
“Topole kegaki (asal darimana),” kata Abd Gafur, salah seorang notaris. “To Bone ka nak,” katanya salah seorang lansia. Ada lansia juga menutup pintu rapat rapat,nanti dibuka saat pendamping mencoba mengintip dan berkomunikasi dengan lansia. “Mereka mungkin tidak mau bertemu orang, atau lagi sakit,” kata Faisal, salah seorang pendamping lansia. (arb/alf)