OPINI: Kota Parepare telah lama menjadi saksi geliat intelektual para pendidik dan pemerhati kebijakan pendidikan. Di atas bukit kota di depan Gedung DPRD, aroma kopi dan minuman teh bercampur obrolan serius menghangatkan suasana.
Malam itu, Senin, 3 Februari 2025, Lembaga Pengkajian Edukasi Komunikasi dan Masyarakat (Lapekom) menggelar rapat rutinnya di Cafe Boss, Jalan Jenderal Sudirman.
Namun, rapat kali ini bukan sekadar diskusi rutin. Ada atmosfer berbeda. Seolah ada babak baru yang siap dimulai. Ketua Umum Lapekom, Zaid Zainal, S.Pd., M.Pd., Ph.D., membuka pertemuan dengan sebuah pengumuman penting.
“Kepengurusan Lapekom periode 2020-2025 telah berakhir. Kita harus segera bersiap menyongsong musyawarah pemilihan ketua baru,” katanya, suaranya tenang namun tegas.
Zaid, yang juga dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) Kampus V Parepare, mengusulkan agar musyawarah digelar setelah Ramadan, sekitar April 2025. Lokasinya masih diperdebatkan—Parepare atau Makassar—dua kota yang sama-sama memiliki ikatan historis dengan Lapekom.
Panggung Estafet Kepemimpinan
Di pojok ruangan, Pembina Lapekom, H. Umar, memperhatikan jalannya rapat dengan saksama. Sosoknya yang bersahaja kerap menjadi penyeimbang dalam diskusi-diskusi organisasi ini. “Pergantian kepengurusan ini harus kita jalani dengan baik. Laporan pertanggungjawaban lima tahun terakhir menjadi bagian penting sebelum kita melangkah ke depan,” ujar Mantan Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Parepare ini.
Umar juga menekankan pentingnya regenerasi dalam organisasi. Ia tidak ingin Lapekom hanya menjadi nama yang besar di atas kertas, tapi minim aksi nyata. “Pengurus baru harus kreatif. Diskusi pendidikan bisa menjadi agenda utama, membahas kebijakan dari pusat hingga daerah,” tambahnya.
Di sisi lain, Umar juga mengingatkan pentingnya menjaga warisan dari pembina Lapekom, Prof. Dr. Siri Dangnga. “Prof selalu berpesan, pertemuan tatap muka itu penting. Silaturahmi adalah kunci keberlangsungan organisasi,” katanya, mengenang sosok yang selalu menekankan kebersamaan di tengah tantangan zaman.
Menghadapi Era Digital
Dalam forum yang berlangsung hingga larut malam itu, satu hal menjadi jelas: Lapekom tidak bisa berjalan di tempat. Dunia pendidikan terus bergerak cepat, didorong oleh teknologi dan perubahan kebijakan yang dinamis.
Zaid, dengan latar belakang akademiknya yang kuat, menegaskan bahwa Lapekom harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. “Teknologi informasi dan digitalisasi harus menjadi bagian dari strategi kita. Itu cara agar kita tetap relevan dalam diskusi pendidikan ke depan,” ujarnya.
Penulis sebagai Sekretaris Lapekom juga mengingatkan tentang jejak yang telah ditinggalkan kepengurusan sebelumnya. Lapekom pernah menulis buku bersama tentang pendidikan. Kepengurusan baru ke depan baru harus melanjutkan tradisi itu yakni berkolaborasi buat karya buku atau jurnal.
Menjaga Spirit Intelektual di Tengah Tantangan Zaman
Dunia pendidikan tidak hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang membangun karakter, membentuk pemikiran kritis, dan menciptakan generasi yang siap menghadapi perubahan. Dalam konteks ini, Lapekom memiliki peran strategis sebagai wadah kajian dan diskusi yang dapat menjembatani akademisi, praktisi, serta pemangku kebijakan. Namun, tantangan ke depan semakin kompleks—dari kebijakan pendidikan yang kerap berubah, perkembangan teknologi yang cepat, hingga derasnya informasi yang sering kali tak terfilter dengan baik. Pendidikan harus tetap menjadi mercusuar peradaban, bukan sekadar ruang formalitas yang kehilangan esensi kritisnya.
Lapekom, seperti organisasi intelektual lainnya, harus mampu menjadi kekuatan penyeimbang dalam dunia pendidikan. Keberadaannya tidak boleh hanya berpusat pada seremonial, tetapi harus aktif dalam melahirkan gagasan dan solusi. Regenerasi kepemimpinan harus dimaknai sebagai upaya penyegaran, bukan sekadar pergantian nama di struktur organisasi. Lapekom ke depan harus lebih adaptif, responsif, dan inovatif dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan, tetap menjaga independensi, serta menjadi mitra kritis-solutif bagi kebijakan pendidikan yang berpihak pada kualitas dan kemajuan bangsa.
Malam semakin larut, namun semangat para anggota Lapekom tak juga surut. Di antara cangkir kopi, minuman teh hangat, ubi dan pisang goreng yang mulai kosong dan tumpukan catatan di meja, satu hal menjadi jelas: organisasi ini sedang berada di persimpangan. Akan dibawa ke mana Lapekom lima tahun ke depan?
Jawabannya akan ditentukan di musyawarah mendatang. Yang pasti, perubahan adalah sebuah keniscayaan. Tinggal bagaimana Lapekom menghadapinya: tetap menjadi mitra kritis-solutif bagi dunia pendidikan, atau justru tertinggal dalam derasnya arus zaman.
Menjaga Asa, Mengukir Perubahan
Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, dunia pendidikan membutuhkan lebih dari sekadar wacana—ia membutuhkan aksi nyata. Lapekom telah membuktikan eksistensinya sebagai ruang diskusi yang produktif, tempat ide-ide segar tentang pendidikan diperbincangkan dengan serius. Namun, tantangan ke depan tidak semakin mudah. Digitalisasi, perubahan kebijakan, hingga dinamika sosial menuntut setiap organisasi untuk terus beradaptasi. Lapekom harus tetap menjadi garda terdepan dalam mengawal pendidikan yang berkualitas, tidak hanya dengan kritik, tetapi juga dengan solusi yang membangun.
Lapekom adalah bukti bahwa komitmen dan konsistensi bisa menjadikan sebuah organisasi bertahan dan berkembang. Lapekom yang berdiri sejak 2001 telah berkiprah dalam mendorong kemajuan dunia pendidikan, khususnya di Kota Parepare. Prestasi Lapekom yang amazing adalah menginisiasi lahirnya Perda Pendidikan bersama Dewan Pendidikan dan berdirinya SMA Negeri 5 Unggulan Parepare. Pendiri dan pembina Lapekom, Prof Dr Amaluddin yang merupakan Guru Besar Universitas Muhammadiyah Parepare juga pernah menyatakan bahwa Lapekom termasuk salah satu penggagas lahirnya Institut Tekhnologi BJ Habibie (ITH).
Dengan regenerasi kepemimpinan, semangat baru akan lahir, membawa Lapekom ke level yang lebih tinggi. Di tangan kepengurusan baru, harapan tetap menyala—bahwa pendidikan akan terus dikaji, didiskusikan, dan diperjuangkan demi masa depan bangsa yang lebih baik.
Sebelum menutup tulisan ini, berikut sebuah pantun untuk mengakhiri:
Burung nuri hinggap di dahan,
Terbang tinggi menembus awan.
Lapekom terus jaga amanah,
Mengawal pendidikan penuh harapan.
Pagi cerah mentari bersinar,
Embun jatuh membasahi taman.
Ilmu dipupuk, semangat berkobar,
Lapekom maju tanpa keraguan.
Sungai mengalir menuju lautan,
Ombak menari di tepi pantai.
Bersama berjuang tanpa beban,
Membangun pendidikan yang lebih damai. (*)