SINGAPORE, PIJARNEWS.COM — Seruan Amerika Serikat agar tidak menggunakan aplikasi TikTok dan WeChat ditanggapi dengan hati-hati warga di kawasan Asean.
Termasuk jutaan diaspora Tionghoa di kawasan itu, yang sangat bergantung pada aplikasi buatan Tionghoa itu, untuk aktivitas bisnis, rekreasi, akses berhubungan dengan keluarga.
Negara-negara Asean tidak mungkin mengambil posisi pemerintahan Donald Trump, tetapi ini adalah bagian lain dari persaingan AS-China yang sekarang harus mereka hadapi.
Penduduk Wuhan yang belajar di Singapura, mengaku, aplikasi perpesanan populer China WeChat adalah satu-satunya alat komunikasinya dengan keluarga dan teman-temannya di kampung halaman.
“Kami menghabiskan waktu lebih dari lima jam sehari di aplikasi tersebut (TikTok dan WeChat), seperti menonton video dan mengikuti berita,” kata mahasiswa National University of Singapore yang berusia 28 tahun itu, seperti dikutip dari laman south China Morning Post.
Saat ini banyak orang seperti Sun di seluruh Asia Tenggara, termasuk diaspora China yang beranggotakan jutaan orang di kawasan itu, mengandalkan aplikasi yang dikembangkan perusahaan China daratan.
Dorongan pemerintah AS baru-baru ini untuk menghapus aplikasi China dari toko aplikasi Amerika sedang diawasi dengan sangat cermat di wilayah tersebut.
Saat ini, Washington mungkin menekan sekutu-sekutunya di Asia untuk memberlakukan kebijakan serupa.
Presiden AS Donald Trump telah memerintahkan pemilik China dari aplikasi video musik populer TikTok untuk menjual aset dengan alasan masalah keamanan nasional.
Sementara awal bulan ini dia memerintahkan perusahaan AS untuk berhenti berbisnis dengan WeChat, jaringan sosial dan pembayaran seluler “superapp” dibuat raksasa internet China Tencent.
Langkah ini dilakukan di tengah ketegangan AS-China yang memburuk. Kedua negara adidaya itu bentrok dalam segala hal mulai dari perdagangan hingga Laut China Selatan hingga teknologi dan Virus Korona.
India yang terlibat dalam ketegangannya sendiri dengan China atas perbatasan yang disengketakan, telah melarang sejumlah aplikasi China.
Sementara di sekutu setia AS, Jepang, anggota partai yang berkuasa meminta Tokyo memperhatikan kemungkinan risiko keamanan data. (*/er)
Sumber : scmp.com