MAKASSAR, PIJARNEWS.COM – Makassar International Writers Festival (MIWF) edisi ketujuh kembali digelar di Makassar 17-20 Mei 2017. Festival literasi dan satu-satunya di Indonesia Timur ini diselenggarakan oleh Rumata’ Artspace sebagai program tahunan. Pertama digelar tahun 2011, festival ini menjadi salah satu acara sastra yang hidup dari semangat hampir 200 relawan, melahirkan kerja kreatif dan kerjasama warga dari berbagai kalangan. MIWF tahun lalu dihadiri sekitar 8.000 orang setiap tahun, menjadikan festival ini sebagai kegiatan literasi yang paling dinanti dan diminati di Indonesia Timur.
Rabu, 17 Mei 2017 menjadi malam yang istimewa sebagai pembukaan MIWF 2017. Lily Yulianti Farid sebagai founder MIWF pada malam pembukaan mengungkapkan harapan dan impian yang tak akan pernah padam untuk terus menebarkan semangat literasi kepada semua orang. Lily juga bernostalgia bagaimana dahulu ajang festival selalu diidentikkan sebagai wadah perlawanan. Kebebasan merengguh pengetahuan saat itu sangat terbatas.
“MIWF adalah rumah ta’ semua. Dengan merengguh pengetahuan sebanyak-banyaknya dan keingintahuan yang tinggi terhadap bacaan, hingga dengan itu setiap fenomena yang terjadi bisa dipahami dengan baik”, ungkapnya.
Setiap tahun MIWF selalu menghadirkan program-program special. Khusus untuk tahun 2017, MIWF hadir dengan konsep pop-up park, sebuah proyek kolaborasi yang menawarkan ruang piknik, kuliner, music, layar tancap, dan perpustakaan terbuka.
Pada malam pembukaan MIWF edisi ketujuh ini, berbagai pementasan menarik disuguhkan. Sebagai pembuka dimulai oleh Papermoon Puppet Theatre Yogyakarta, perkenalan penulis tamu MIWF, pembacaan puisi, musikalisasi puisi Sapardi Joko Damono oleh duo Nana dan Umar, juga pemutaran film dokumenter The last Puang Matoa, Puang Saidi disutradarai oleh Arman Dewarty.
MIWF 2017 sendiri mengusung tema Diversity, keberagaman.
“Indonesia hanya bisa bertahan jika kita percaya pada keberagaman”, tutup ka’ Lily sapaan akrab founder MIWF Lily Yulianti Farid. (ibr)