MAKASSAR, PIJARNEWS.COM — Makassar International Writers Festival kembali akan digelar di Makassar 17-20 Mei 2017. Perayaan MIWF edisi ketujuh ini akan berlangsung lebih panjang yakni 9 hari di sejumlah lokasi di Makassar dengan pusat pelaksanaan festival di Fort Rotterdam. Festival literasi internasional pertama dan satu-satunya di Indonesia Timur ini diselenggarakan oleh Rumata’ Artspace sebagai program tahunan.
Pertama digelar 2011, festival ini menjadi salah satu acara sastra yang hidup dari semangat hampir 200 relawan, melahirkan kerja kreatif dan kerjasama warga dari berbagai kalangan. MIWF tahun lalu dihadiri sekitar 8.000 orang setiap, menjadikan festival ini sebagai kegiatan literasi yang paling dinanti dan diminati di Indonesia timur.
Tahun ini, MIWF mengangkat tema DIVERSITY! Terinspirasi dari keberagaman yang begitu kaya di negeri ini serta makin kompleksnya persoalan kebangsaan yang muncul untuk merawat kebhinekaan. Melalui serangkaian panel diskusi, lokakarya, pertunjukan dan pembacaan karya serta forum terbuka, festival ini mengeksplorasi berbagai isu seputar keragaman di Indonesia, kawasan dan di dunia. Festival ini juga menawarkan pula berbagai topik dan tema yang akan didiskusikan serta sejumlah buku akan diluncurkan dievent ini.
* Para Penulis Hebat
Setiap tahun, MIWF selalu menyajikan para penulis dan pembicara penting untuk membagi pengalaman dan gagasan mereka dalam berbagai topik pilihan. Benedicte Gorrillot penulis buku-buku Perancis kontemporer dan sejak 2005 sudah menulis lebih dari enam puluh artikel tentang puisi-puisi karya penyair-penyair Perancis. Shida Bazyar, penulis berdarah Iran yang lahir dan tinggal di Jerman, ia banyak menulis tentang keluarga-keluarga migran dari Iran yang tinggal di Jerman. Xu Xi penulis asal Hong Kong, Ridwan Saidi, Lokman Hakim dan Shaz Johar penulis asal Malaysia, Ypil Lawrence seorang penyair dan esais dari Cebu, Filipina. Mark Heyward penulis dan peneliti asal Australia yang sudah 25 tahun melakukan penelitian di Indonesia, dua bukunya tentang Indonesia “Crazy Little Heaven, an Indonesian Journey” dan “Looking for Borneo”. Hadir jugaa empat penulis Australia lainnya Antje Missbach, Derek Pugh, Jemma Purdey, dan Madelaine Dickie.
Pembicara dan penulis asal Indonesia, penyair Sapardi Djoko Damono kembali menjadi bagian MIWF dan yang istimewa tahun ini akan digelar pameran manuskrip tulisan-tulisan tangan Sapardi. Sastrawan Budi Darma dan Bondan Winarno juga akan meramaikan festival tahun ini. Penulis karya best-seller Ika Natassa tahun ini kembali hadir. Penulis novel-novel remaja Esti Kinasih, penulis skenario film Salman Aristo, penulis dan jurnalis Maggie Tiojakin, penulis novel dewasa dan buku anak-anak Clara Ng, Arief Ash Shiddiq, Endy Bayuni, Debra Yatim, Lala Bohang, Devi Asmarani, dan tentu saja penyair dan penulis dari Makassar M Aan Mansyur.
Dua tokoh penggerak perpustakaan komunitas, Muhammad Ridwan Alimuddin dan Maman Suherman juga akan hadir. Tahun ini Perahu Pustaka Colliq Pujie akan diluncurkan. Ini perahu pustaka ketiga, sebelumnya, Perahu Pustaka Pattingalloang yang merupakan perahu pustaka pertama diresmikan pada MIWF 2015.
* Program Spesial
Setiap tahun, MIWF selalu menghadirkan program-program spesial. Tahun ini, kami memperkenalkan konsep pop-up park, sebuah proyek kolaborasi yang menawarkan ruang piknik, kuliner, musik, layar tancap, dan perpustakaan terbuka. Taman ini sudah terbuka sejak 13 Mei sampai 20 Mei 2017 sehingga membuat perayaan MIWF dan rangkaian kegiatannya menjadi lebih panjang.
Mitra utama untuk tanggal 13-14 Mei adalah Pesta Pendidikan – sebuah gerakan komunitas pendidik yang melakukan berbagai aksi publik di berbagai kota Indonesia; 14-16 Mei hadir Taman Sinema, dan juga ada Master Class Series bersama Papermoon Puppet Theatre Yogyakarta, Tobucil Bandung, Kelas Penulisan Skenario oleh Wahana Penulis Jakarta dan penulisan kreatif dalam bahasa Inggris bersama The Jakarta Post Writing Centre. Seluruh rangkaian acara ditutup dengan Konser Reformasi pada 21 Mei yang akan diramaikan oleh duo legendaris Ari Reda.
Program Spesial lainnya adalah Ruang Bersama yang didukung Yayasan Kelola dan Kedutaan Denmark. Ruang Bersama akan membuka dialog tentang konflik dan trauma, serta bagaimana konflik menjadi sumber inspirasi bagi penulis dan masyarakat biasa. Dan yang tak kalah pentingnya, para penulis muda berbakat asal Indonesia Timur yang terpilih dalam program Emerging Writers akan menyajikan karya mereka di festival ini. Tahun ini, enam penulis yang terpilih adalah: Anaci Tnunay (Kupang), Ashari Ramadana T (Makassar), Bayu Pratama (Mataram), Maria Pankratia (Ende), Muhammad Arham (Luwu), dan Nurdahlia Simba Manna (Kolaka).
Seluruh program pada festival ini melalui proses kurasi dengan teliti oleh tim MIWF. Dalam tujuh tahun terakhir, festival ini telah berkembang sebagai festival yang melibatkan para penulis, pembaca, pembuat perubahan, orang-orang dengan ide yang luar biasa serta masyarakat luas. (ris)