OPINI-Momen pergantian tahun merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian besar orang, terlebih pada generasi milenial yang kebanyakan merayakan malam pergantian tahun dengan pesta dan hura-hura. Hal tersebut dapat dikatakan lumrah sebab masa muda merupakan fase yang paling identik dengan kesenangan. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua dari generasi milenial merayakan pergantian tahun dengan hal tersebut, banyak juga dari mereka yang berbondong-bondong untuk menyusun resolusi di tahun depan dengan kesibukan yang menggunung.
Resolusi ini memiliki bentuk yang beragam, salah satunya berupa perjanjian atau kesepakatan terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Resolusi juga dapat berupa harapan serta keinginan yang diimpikan oleh seseorang yang kemudian memunculkan perilaku untuk mencapainya. Perilaku yang dimunculkan oleh individu dalam mencapai resolusi merupakan bentuk pertanggungjawaban individu untuk mewujudkan sesuatu yang telah ia rencanakan.
Terkadang pada sebagian individu, perilaku yang ia munculkan merupakan gambaran dirinya yang sangat bergairah di awal resolusi itu dibentuk. Hal ini tentu saja berpengaruh pada kondisi psikis seorang individu, terkhusus pada generasi milenial yang sangat rentan mengalami stres. Vincent Corneli menyatakan bahwa stres merupakan gangguan yang terjadi pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Secara garis besar stres merupakan respon individu dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan yang dialaminya.
Tuntutan tersebut merupakan hal-hal yang sudah terjadi bahkan yang belum terjadi tetapi dibayangkan akan terjadi. Stres muncul karena adanya perasaan tertekan individu akibat dari keinginannya tidak sebanding dengan kemampuan yang ia miliki. Stres juga diakibatkan oleh ketidakmampuan individu dalam menangani permasalahan-permasalahan yang ada disekitarnya.
Dalam ilmu psikologi, sesuatu yang menyebabkan seseorang mengalami stres disebut sebagai stresor. Stresor merupakan sesuatu yang dianggap sebagai ancaman yang dapat mengganggu kestabilan dan kenyamanan individu. Stresor ini tidak dapat disepelekan karena seseorang bisa mengalami stresor tanpa ia sadari. Menurut Coleman ada tiga sumber stresor yaitu frustasi, konflik dan tekanan.
Frustasi merupakan suatu keadaan yang timbul akibat ketidakpuasan individu terhadap apa yang diinginkannya, serta perasaan kecewa yang diakibatkan karena individu merasa gagal untuk mencapai tujuan yang ia inginkan. Kemudian, konflik merupakan suatu kondisi yang menyebabkan perselisihan, pertikaian dan pertentangan. Lalu yang terakhir adalah tekanan, yang merupakan situasi dimana individu melakukan sesuatu secara terpaksa maupun dipaksa terhadap hal yang tidak ia inginkan.
Tidak hanya itu, adapula stresor fisik atau jasmani, stresor psikologis, dan stresor sosial budaya. Stresor fisik atau jasmani berupa suhu dingin atau panas, kebisingan, perasaan sakit, kelelahan, dan tempat tinggal yang tidak memadai. Stresor psikologis, berupa perasaan takut, sepi, sedih, marah, jengkel, cemburu serta iri hati. Kemudian stresor sosial budaya berupa hubungan sosial, kesulitan, perpisahan, keterasingan serta konflik dengan teman.
Pada generasi milenial, masalah yang muncul pun akan sangat beragam mulai dari masalah perkuliahan, pekerjaan, keuangan bahkan asmara. Permasalahan yang dialami pun tidak serta merta harus disepelekan karena setiap orang akan mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikannya. Stres memiliki tahapan-tahapan dari yang paling rendah hingga tinggi.
Pertama, tahap alarm stage yang dimana seseorang mulai mengalami kejadian yang menyebabkan ia mengalami stres dan menyebabkan perubahan pada dirinya. Perubahan ini tentu akan mengganggu keseimbangan tubuh merespon stresor dengan segara contohnya meningkatnya detak jantung, meningkatnya pernapasan dan penurunan suhu badan. Kedua, tahap resistensi yaitu tubuh berupaya menyesuaikan dengan stressor melalui sebuah proses memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh stres yang muncul.
Indikator perilaku pada tahap ini berupa kurang perhatian keluarga, sekolah, kehidupan, insomnia dan mudah marah. Ketiga, tahap exhaustion yaitu pada tahapan ini tubuh dan pikiran sudah tidak bisa memperbaiki kerusakan contohnya memiliki perasaan menyerah, sakit kepala, darah tinggi serta lepas kendali atau menyakiti diri sendiri yang terkadang berujung bunuh diri. Maka dari itu sangat penting untuk mengetahui rahasia manajemen stres.
Manajemen stres merupakan sebuah kondisi pencegahan dimana individu berusaha menghindarkan dirinya dari penyebab-penyebab stres. Apalagi pada generasi milenial yang notabenenya pada awal tahun sangat gencar untuk menciptakan resolusi sehingga berpeluang besar mengalami stres jika resolusi tersebut berubah menjadi sebuah tekanan. Terkhusus di awal tahun, dengan keinginan besar untuk menciptakan tahun terbaik dengan banyak pencapaian penting rasanya jika harus pandai-pandai dalam mengelola stres.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengendalikan stres sehingga hal tersebut tidak merugikan diri sendiri dan orang lain yaitu tertawa, belajar hidup tertib dan teratur dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya, menghindari perubahan besar dalam waktu yang bersamaan, menerima diri sendiri apa adanya, menerima lingkungan, berperilaku sesuai dengan kemampuan dan minat, membuat keputusan yang bijaksana.
Serta berpikir positif, membicarakan persoalan yang dihadapi dengan orang lain yang dapat dipercaya, memelihara kesehatan diri sendiri, membina persahabatan dengan orang lain, meluangkan waktu untuk diri sendiri dan melakukan relaksasi. Kemudian menurut survey yang dilakukan oleh Henry Parker (2007) menyebutkan ada beberapa cara dalam mengatasi stres yaitu berolahraga, melakukan hobby, banyak meminum air putih, meditasi, mengonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup dan terapi.
Beragam cara diatas dapat dilakukan oleh generasi milenial untuk bisa meminimalisir terjadinya stres. Adapun dampak stres mengutip dari International Labour Organization (ILO), pada beberapa tahun terakhir ini stres memberikan dampak terhadap psikososial seperti perkembangan individu dengan lingkungannya. Dampak tersebut tentu akan mempengaruhi pula terhadap produktivitas seseorang.
Produktivitas merupakan bentuk sikap serta cara pandang seseorang terkait dengan hari esok, yang diharapkan lebih baik dari hari ini dan kemarin. Produktivitas juga dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk memotivasi dirinya sendiri sehingga dapat melakukan kegiatannya dengan baik. Sehingga tidak semua orang dapat mencapai produktivitas dalam dirinya.
Produktivitas tentu bisa di dapatkan dengan kemampuan fisik yang baik dengan terhindar dari stres, memiliki motivasi atau dorongan yang tinggi terhadap tindakan yang ingin dilakukan serta memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri. Dalam produktivitas tidak hanya berupa keinginan belaka tanpa sebuah aksi untuk mencapainya. Melainkan produktivitas merupakan sebuah upaya yang berupa aksi dengan di dorong oleh motivasi yang mampu membuat seseorang memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dirinya.
Generasi milenial memiliki memiliki gairah hidup yang tinggi dengan segudang prestasi. Maka dari itu sebagai penerus bangsa, sangat penting bagi mereka untuk mampu mengelola stres dengan baik sehingga terus meningkatkan produktivitas diri di awal tahun 2023 ini. Karena setiap tahunnya, terdapat banyak perubahan yang memungkinkan timbulnya persaingan dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu, generasi milenial diharapkan memiliki value yang tinggi sehingga mampu bersaing dengan perubahan.
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.