PAREPARE, PIJARNEWS.COM – Aksi kekerasan terhadap salah seorang mahasiswa IAIN Parepare, Muhammad Yunus, yang dilakukan oleh oknum dosen saat perkulihan berlangsung beberapa waktu lalu kini menjadi sorotan di media sosial.
Melalui akun Whatsappnya Muhammad Yunus menuliskan beberapa poin terkait peristiwa tersebut. Dengan judul tulisan “Apa Bertanya ke Dosen itu dilarang?”.
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Menyikapi beredarnya berita miring dan tidak betul mengenai saya dan peristiwa yang melibatkan Bapak Drs. H. Anwar Saenong, MA, dengan ini saya, Muhammad Yunus menyampaikan bahwa:
1. Senin 10 Desember 2018, di gedung S ruangan 201, saya menerima mata kuliah Sejarah Islam yang dibawakan oleh Bapak Drs. H. Anwar Saenong, MA atau akrab di sapa Petta’ Puang.
2. Dosen yang Petta’ Puang telat memberi mata kuliah, sedianya mata kuliah disampaikan pukul 07.30 tetapi nyatanya baru masuk pukul 09.20. Catatan saya, Beliau beberapa kali bahkan absen tanpa pemberitahuan.
3. Proses mata kuliah dimulai proses ceramah dengan baik.
4. Sekitar pukul 10.15 – terjadi diskusi antara saya dan Petta’ Puang mengenai pembahasan sejarah agama Islam, khususnya gagasan bahwa di masa nabi, khalifah adalah sebuah ajaran sedang di masa pasca nabi, khalifah sebuah budaya. ini yang hemat saya terjadi kontroversi dan paradoks, sehingga hal tersebut saya pertanyakan. Bagaimana mungkin pasca nabi, khalifah itu sebuah budaya, saya meminta rasionalisasi dan penjelasan. kemudian Petta Puang menjawab tapi jawaban yang di sampaikan belum logis bagi saya. Lalu saya menanyakan ulang hal tersebut dan terjadilah debat hingga Petta Puang melemparkan buku berita acara lalu menghampiri saya dan memberikan sebuah tamparan yang amat sehingga topi yang saya kenakan terjatuh ke lantai.
5. Saya bertanya kenapa saya harus dipukul, pertanyaan itu saya ulangi sampai berapa kali. Tapi jawaban yang saya peroleh berupa sebuah kalimat yang intimidasi, kamu ya, suka memotong saya.
6. Pasca pemukulan di kelas, saya menghadap Ketua Prodi dan Ketua Jurusan, melaporkan Petta Puang. Selang beberapa saat PettaPuang muncul di ruangan Ketua Jurusan untuk mediasi, dan saya diancam dengan nilai C, bahkan saya dituduh sebagai aliran yang radikal.
7. Saya menghormati Bapak Drs. H. Anwar Saenong, MA atau Petta Puang sebagai Dosen dan orangtua di Kampus. Saya mendoakan beliau semoga baik-baik dan sehat wal afiat.
8. Bahwa kedatangan saya ke Polsek Ujung adalah inisiatif saya yang spontan dan tidak ada pelaporan tertulis sebab dijanjikan oleh pihak Kampus untuk mediasi, walau hingga kini saya belum dihubungi kembali oleh pihak Kampus.
9. Saya menyesali kejadian ini yang berdampak pada nama baik semua pihak, termasuk demonstrasi beberapa hari lalu, tetapi saya tidak menyesal bahwa telah menjalankan komitmen orangtua saya untuk menuntut ilmu.
Yang betul-betul bertanya, apakah jawaban dari pertanyaan mahasiswa adalah pemukulan dan intimidasi? Jika salah, saya Muhammad Yunus, anak Syari’ah Semester Satu, meminta maaf. Wassalam.
Sementara peristiwa tersebut masih dalam proses Penanganan Pihak Kode Etik Kampus IAIN Parepare untuk melakukan sidang kode etik antara kedua bela Pihak. (hmd/ibl)