PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Membangun keluarga surga adalah benteng pertahanan terakhir bangsa dan negara. Hal tersebut disampaikan Ustadz Toto S. Atho’illah, Direktur Pulpenmas Institute saat menjadi pembicara pada Seminar Parenting Sekolah Islam Terpadu (SIT) Andalusia di Hotel Kenari Parepare, Sabtu, (14/3/2020).
Menurutnya, revitalisasi keluarga itu sangat penting. Dimulai dengan keluarga sebagai pusat proses perbaikan internal, agar menjadi keluarga yang berkualitas atau keluarga surga.
Orientasi keluarga surga itu sendiri menurutnya, keluarga yang akan senantiasa berlomba-lomba melakukan kebajikan, baik dalam mendidik anak, memberdayakan ekonomi keluarga juga memberdayakan masyarakat sekitar.
“Apabila orientasinya sebagai keluarga surga, maka tidak akan ada pikiran tentang untung ataupun rugi jika membantu orang lain,” jelasnya.
Sementara, dalam membangun kelurga surga menurut Ketua Devisi Pengembangan Lembaga JSIT Indonesia itu, diawali dengan menanaman nilai-nilai tauhid.
“Menanamkan nilai-nilai tauhid ialah menyakini bahwa apa yang difirmankan Allah SWT dalam Alqur’an dan diperaktekkan Rasulullah melalui Hadistnya adalah kebenaran. Rasulullah mempraktekkan kebenaran itu terbukti dengan membangun Desa Yatsrib bisa menjadi Kota Madinah,” paparnya.
Kedua, mempraktekkan nilai-nilai tauhid sesuai petunjuk Alquran dan Hadis. Keluarga surga tidak hanya berpikir tentang bagaimana beribadah tapi ibadah dipahami secara luas. Tidak hanya tentang ritual semata, tapi juga tentang bagaimana memperbaiki kesejahtraan masyarakat.
“Kita berjuang, beramal itu tidak hanya dengan jiwa raga melaikan juga dengan harta. Seperti contoh Usman Bin Affan membeli sumur orang Yahudi kerena air di sumur itu dijual oleh orang Yahudi. Namun Usman Bin Affan membelinya demi kepentingan masyarakat,” urainya.
Ia mengatakan, kalau keluarga-keluarga memiliki pemikiran seperti itu, maka akan indah kehidupan bermasyarakat. “Salah satunya menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat,” katanya.
Yang ketiga, pembiasaan bagi anak se-dini mungkin dalam mengamalkan nilai-nilai itu. Dimulai dengan membentuk jiwa kepemimpinannya dan kewirausahaannya.
“Sedini mungkin anak-anak seharusnya dilatih untuk berinisiatif dan prakarsa. Hal itu dilakukan tidak dengan konsep melainkan pembiasaan,” jelas Toto.
Sebagai contoh pembiasaan BEBAS KOMIBA, untuk melatih anak memiliki prakarsa, ide ataupun gagasan. BEBAS KOMIBA ini akronim dari, berantakan rapikan, basah keringkan, kotor bersihkan, miring tegakkan, bahaya amankan.
“BEBAS KOMIBA ini diperaktekkan dalam bentuk kebiasaan. Sebab orang bisa itu bukan selalu karena pintar, tapi karena biasa, jadi tidak perlu menunggu besar,” katanya.
Demikianlah, lanjut Toto, sehingga ketika melihat ada persoalan anak akan berpikir solusinya. Inilah latihan-latihan sederhana yang dimulai dari rumah.
Sementara menutup tausiyahnya, ia mengajak kepada para peserta agar bisa menjadikan keluarga mereka sebagai keluarga surga.
Hadir dalam kegiatan tersebut yakni Ketua Yayasan SIT Andalusia, H Rahman Saleh dan ratusan orang tua siswa SIT Andalusia. (*)
Reporter : Hamdan
Editor : Alfiansyah Anwar