Oleh: Nasywa Arifah Aliyah
(Mahasiswi Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Airlangga)
Tanpa terasa, tahun 2024 akan segera berlalu, dan tergantikan dengan tahun baru 2025. Lazimnya, dalam momentum menjelang peralihan tahun, ada banyak cara yang biasa dilakukan dalam menyikapinya. Salah satunya adalah dengan membuat resolusi tahun baru.
Resolusi tahun baru adalah janji pada diri sendiri untuk melakukan perbaikan diri dalam hal perilaku atau pun gaya hidup untuk tahun yang akan datang (Aris: 2024). Dalam tradisi populer masyarakat barat yang juga dapat ditemukan di belahan bumi lainnya, membuat resolusi merupakan hal yang lumrah dilakukan di ujung tahun dalam rangka menyusun rencana perbaikan kualitas diri. Rencana tersebut bisa dalam hal mengubah perilaku buruk menjadi baik, mencapai tujuan-tujuan pribadi, atau pun meningkatkan kualitas hidup di tahun yang baru.
Membuat resolusi sebelum pergantian tahun adalah momentum yang sangat tepat. Ketika perjalanan tahun baru dimulai di bulan Januari, kita pun memulai langkah dengan semangat baru untuk meraih beragam harapan di tahun yang akan datang. Resolusi yang dibuat dapat berisi sejumlah daftar harapan dan komitmen diri yang dituangkan secara tertulis sehingga membantu memberi arah dan tujuan dalam melintasi satu tahun yang baru. Hal ini tentu akan menuntut upaya dan kesungguhan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Namun demikian, banyak orang yang gagal dalam memenuhi resolusi yang telah ditetapkannya. Hal ini bisa diakibatkan oleh faktor lemahnya komitmen serta menyerah sebelum tiba di pengujung waktu satu tahun. Resolusi bukan hanya sekadar daftar rencana, tetapi yang sangat penting adalah tindakan untuk mewujudkannya.
Untuk memulai resolusi, terlebih dahulu kita menetapkan apa yang ingin dicapai di tahun yang akan datang. Untuk hal ini, kita perlu mempertimbangkan area yang ingin ditingkatkan atau diperbaiki, misalnya ibadah, pengembangan pribadi, atau kesehatan. Penetapan ini karena kita melihat ada masalah dalam area tersebut, dan bisa diperbaiki dengan melakukan langkah-langkah tertentu. Seseorang yang mengalami kelebihan berat badan dan ingin menurunkannya misalnya, bisa saja menetapkan resolusi untuk menurunkan berat badan sebanyak 10 kilogram dalam kurun waktu beberapa bulan dengan melakukan rangkaian olahraga tertentu. Selain itu, penetapan resolusi bisa dilakukan dengan pertimbangan untuk menaikkan kemampuan diri. Seseorang yang ingin belajar menulis dapat menetapkan resolusi untuk menulis satu lembar setiap malamnya terkait dengan apa yang telah dilewati setiap harinya.
Dalam menyusun resolusi, Kurnia Ekaptiningrum (2023) menyarankan untuk menggunakan metode SMART. Pertama, resolusi yang dibuat harus memuat unsur specific (spesifik/jelas). “Joging selama 20 menit tiap pagi” merupakan pernyataan yang lebih spesifik dan jelas daripada mengatakan “melakukan olahraga”. Jadi, pada bagian ini tidak boleh dinyatakan secara umum atau kabur. Kedua, resolusi harus bisa diukur atau measurable. Menentukan durasi pada contoh “joging selama 20 menit tiap pagi” dapat diukur, yaitu selama 20 menit pada saat pagi. Ketiga, resolusi harus bisa dicapai atau achieavable. Target yang ditetapkan adalah sesuatu yang secara kalkulasi bisa dicapai dengan memperhatikan kemampuan. Keempat, resolusi harus sesuai atau relevant dengan kondisi masing-masing. Kelima, adalah time-bound. Resolusi yang ditetapkan harus memiliki waktu untuk pencapaiannya.
Untuk lebih jelasnya dari penerapan SMART dalam resolusi, berikut adalah contoh resolusi yang berkaitan dengan membaca buku pengembangan diri. “Di tahun 2025, saya akan membaca 6 buku pengembangan diri, dengan target menyelesaikan satu buku setiap dua bulan, dan menulis uraian singkat setelah menyelesaikan setiap buku untuk meningkatkan pemahaman saya”.
Dalam resolusi tersebut, tujuan spesifiknya adalan membaca buku pengembangan diri. Tujuan ini juga bisa diukur yaitu sebanyak 6 buku selama setahun atau 1 buku setiap dua bulannya. Hal ini juga dapat dicapai karena sangat memungkinkan menyelesaikan satu buku dalam dua bulan bagi pembaca yang konsisten.
Tentu saja, hal ini relevan dengan kebutuhan si pembuat resolusi yang merupakan seorang mahasiswa yang membutuhkan buku-buku pengembangan diri. Terakhir, resolusi ini memiliki waktu untuk pemenuhannya yaitu sepanjang tahun 2025. Contoh lain, seorang perokok yang berkeinginan berhenti merokok, dapat melakukan resolusi dengan menuliskan, “Pada penghujung tahun 2025, saya akan berhenti merokok dengan memulai mengurangi merokok yang saya isap dari 15 batang perhari menjadi 5 batang perhari dalam 2 bulan pertama, lalu berhenti total pada bulan ketiga”.
Menyusun resolusi di akhir tahun menjelang tahun baru akan memberikan banyak manfaat. Pertama, memandu dan mengarahkan pada tujuan. Kita bisa fokus pada tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai sepanjang tahun. Sejak awal tahun, kita telah mengimajinasikan arah yang hendak kita tuju, dan hal-hal yang perlu dilakukan secara konsisten untuk mewujudkannya. Kedua, membantu pertumbuhan pribadi. Membuat rutinitas-runitas positif secara disiplin selama kurun waktu tertentu atau pun sepanjang tahun akan memberikan efek positif terhadap diri. Kebiasaan membaca buku atau pun mempelajari keterampilan baru misalnya, akan memperkaya wawasan dan kemampuan diri.
Ketiga, meningkatkan kesabaran dan motivasi. Dengan membuat resolusi, kita didorong untuk melakukan tindakan nyata terhadap apa yang kita tuliskan. Keinginan untuk melakukan perubahan dalam diri dapat menjadi motivasi yang kuat untuk menjalankan resolusi yang dibuat secara konsisten. Hal ini juga akan melatih kesabaran kita dalam melewati proses dalam menjalankan resolusi.
Keempat, mendorong diri untuk displin dan konsisten. Melaksanakan resolusi yang sudah dibuat menuntut kedisiplinan dan konsistensi untuk menjalankannya. Tanpa hal ini, rencana-rencana awal yang tertuang dalam resolusi mustahil bisa berjalan. Menyelesaikan satu buku dalam satu bulan misalnya, tidak akan pernah terwujud bila kita tidak secara teratur atau konsisten membaca bagian demi bagian buku tersebut sesuai dengan target waktu.
Kelima, sarana memperbaiki diri. Menetapkan sejumlah resolusi dan melaksanakannya sepanjang tahun dengan baik dapat mendorong terciptanya pribadi yang lebih baik. Keenam, menghargai waktu. Setiap resolusi dibatasi oleh waktu, sehingga hal ini mendorong kita untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Menunda-nunda waktu bisa membuat tujuan yang hendak dicapai tidak terpenuhi alias gagal.
Oleh karena itu, dalam pengujung tahun ini setelah kita melakukan refleksi diri, merenungkan, ataupun mengevaluasi apa yang telah kita lakukan pada tahun sebelumnya, kita juga perlu membuat resolusi tahun baru, yang memberikan dampak positif bagi kita.
Hal terpenting adalah kita memiliki komitmen untuk bisa menjalankan resolusi tersebut. Tidak ada artinya kita menulis resolusi-resolusi di atas kertas, kalau kita tidak bisa menindaklanjuti dengan aksi. Mudah-mudahan kita menjadi manusia baru kembali, yang lebih baik dari tahun sebelumnya, serta resolusi tahun baru yang dibuat dapat mengantarkan kita pada arah dan tujuan yang jelas. (*)
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.