OPINI, PIJARNEWS.COM — Jajaran PT PLN tidak bisa lagi duduk berpangku tangan di belakang meja atau santai-santai ngopi menunggu pelanggan. Dulu, perusahaan yg memonopoli bisnis setrum itu seolah tak butuh pelanggan. Justru pelanggan diposisikan sebagai pihak yg butuh PLN.
Kini, PLN harus proaktif mengejar-ngejar pelanggan. Bukan semata-mata untuk menihilkan tunggakan pembayaran tagihan listrik bulanan, melainkan juga harus agresif menggaet pelanggan baru atau menawarkan _upgrade_ daya listrik kepada para pelanggan lama.
Maklum, dulu PLN defisit setrum, kini surplus. Kalau surplus itu tidak terjual atau tersalurkan ke rumah tangga, lembaga atau dunia usaha, yang terjadi bukan hanya mubazirnya program penyediaan listrik 36 ribu MW. Lebih gawat dari itu, setrum surplus akan menyengat PLN sendiri.
Digencarkanlah kampanye Terang di Perbatasan, Shining Borneo, dsb. Seiring dengan itu, ada penanaman nilai-nilai korporasi ke jajaran PLN. Itu dilakukan dari kantor pusat di Jakarta hingga wilayah-wilayah, area-area dan rayon-rayon.
Mereka berlomba mencapai kinerja terbaik (K1), baik dalam hal kualitas pelayanan pelanggan maupun performa bisnis korporasi. Tidak terkecuali PLN Wilayah Kalimantan Timur dan Utara (Kaltimra) yang Rabu-Kamis (25-26/7/2018) secara khusus menggelar workshop atau pendidikan dan latihan (diklat) Komunikasi dan Kehumasan di Balikpapan.
Lebih dari 100 pegawai yang mengikuti diklat tersebut. Mereka dari kalangan manajer, deputi manajer, dan pelaksana di kantor wilayah, area, dan rayon. Mas Aqua Dwipayana tampil sebagai pembicara utama yang menyampaikan materi tentang Komunikasi sekaligus motivasi. Motivator dan pakar komunikasi yang gelar doktor dari Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat, itu mengikutsertakan saya sebagai pembicara pendamping.
Di acara yang diadakan di Kantor PLN Wilayah Kaltimra itu, saya berbagi ilmu dan pengalaman jurnalistik dan kehumasan, terutama terkait dengan media relation dan keterampilan menulis yang seharusnya dimiliki para pengemban fungsi public relation (PR writing).
*Kepedulian Manajemen PLN Kaltimra*
“Untuk memajukan perusahaan dan melaksanakan visi-misinya mewujudkan Kalimantan Bersinar Terang (Shining Borneo), nilai-nilai yang disepekati bersama perlu dikomunikasikan dengan baik,” kata General Manager (GM) PLN Wilayah Kaltimra Riza Novianto Gustam di depan seluruh peserta.
Riza memaparkan nilai-nilai dimaksud yang sangat menarik dikenal dengan 3C+I, yakni _care, communicative, consistent, dan innovative. Care, maksudnya ialah jajaran PLN harus cepat tanggap dan empati terhadap sesama rekan kerja dan para pelanggan dengan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan memberikan yang terbaik.
Tujuannya ialah untuk pencapaian kinerja terbaik perusahaan sekaligus kepuasan pelanggan. Hal itu dilakukan secara konsisten, diiringi dengan kreativitas menciptakan terobosan-terobosan bagi peningkatan kinerja perusahaan dan kepuasan pelanggan.
Riza mengatakan hal itu perlu dikomunikasikan, baik di internal kepada sesama pegawai PLN, maupun secara eksternal dengan para pelanggan dan seluruh pemangku kepentingan (stake holders) terkait. “Tanpa didukung komunikasi yang baik, hal itu tidak mungkin dapat tercapai. Dan, komunikasi yang baik itu harus dilandasi niat yang tulus, hati yang bersih, dan ikhlas.”
Kesadaran dan pemahaman Riza tentang pentingnya seluruh jajaran PLN di semua lini juga memerankan sebagai pengemban fungsi hubungan masyarakat (humas) sangatlah patut diapresiasi. Sebagai korporasi, PLN memang dipacu untuk meraih untung, bukan malah buntung. Di saat yang sama, sebagai BUMN energi yang menyangkut “hajat hidup orang banyak”, PLN juga memanggul tanggung jawab pelayanan publik yang ditugasi oleh negara.
Itu artinya, kinerja dan layanan PLN haruslah prima. Tidak bisa lagi dikelola secara “business as usual” mentang-mentang memegang monopoli.
Dalam konteks itulah, kita dapat memahami harapan Riza yang memimpikan seluruh jajarannya mampu menjalankan fungsi PR yang terampil menjalin komunikasi internal dan eksternal.
Di era maraknya pemakaian teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet, kemampuan komunikasi dalam mengemban fungsi PR menjadi teramat sangat penting. Kenapa? Karena semua orang berpeluang menjadi produsen informasi, bukan sekadar konsumen seperti masa sebelum maraknya penggunaan TIK canggih berbasis internet.
Karena itulah, para pegawai di semua lini perlu memiliki keterampilan menulis atau menyusun narasi, baik untuk disampaikan dalam format visual, audio, maupun audio visual.
Di sinilah perlunya pembekalan keterampilan PR Writing.
Tentu saja, agar produk informasi yang disampaikan oleh kalangan pemangku fungsi PR perusahaan itu kredibel, pendekatan jurnalistik menjadi sangat penting dan relevan. Hal itu menyebabkan sangat urgen dan relevan pula untuk mengembangkan jurnalistik PR, yakni yang produk informasinya disusun berdasarkan kaidah-kaidah jurnalistik.
Salah satu yang terpenting ialah bahwa informasi yang disampaikan ke publik itu ialah realitas/kenyataan yang terjadi, bukan reka-rekaan.
Dengan begitu, masyarakat akan percaya bahwa apapun angle yang dipilih, informasi yang disampaikan kalangan pegawai dan jajaran manajemen korporasi itu bukanlah hoaks. (*)
*Penulis: Nurcholis MA Basyari, Wartawan senior dan editor buku super best seller The Power of Silaturahim : Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi.