PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Gasing merupakan salah satu permainan tradisional yang masih diminati hingga saat ini, meski permainan ini hampir mengalami kepunahan akibat berkembangnya teknologi saat ini.
Mayoritas teori mengatakan, awalnya permainan ini muncul dari masyarakat pesisir pantai melayu yang menggunakan buah berembang. Ada pula yang berpandangan permainan ini berawal dari anak-anak yang memainkan menggunakan telur yang diputar, lalu muncul lah sebuah ide untuk dikembangkan menggunakan bahan kayu yang kuat berupa kayu sampi, sampi tanru, sampi pute, dan aju cempa supaya tidak mudah reppa atau tappolodua (pecah atau terbelah dua).
Dalam segi penggunaanya sangatlah mudah jika dilihatnya, akan tetapi membutuhkan abilitas yang baik, tepat sasaran jika diletakkan di atas kayu dan harus memiliki keseimbangan berputar. Di sisi lain, melakukan pelemparan hingga mengenainya dan mendapatkan point. Akan tetapi, belum ada data lengkap terkait kejelasan sejarah atau asal usul mengenai permainan Gasing.
Hanya sedikit masyarakat di beberapa wilayah yang masih memiliki aktualisir dalam memainkan permainan tradisional ini. Contohnya, masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan.
Salah satunya, di Kabupaten Sidrap, Kecamatan Pitu Riase, Desa Barukku, Dusun 02 Salo Palakka. Tiap tahun, Gasing masih masih dijadikan permainan musiman. Baik anak-anak, remaja bahkan orang tua pun ikut serta dalam memainkan permainan ini.
Kegiatan ini jika diperhatikan dengan teliti, sarat akan keharmonisan, keakraban dan kerja sama tim. Tidak pandang usia, antara anak-anak, remaja, orang tua. Pemain tetap akur, saling tersenyum, sesekali ada canda tawa dalam memainkan permainan ini.
Seharusnya, permainan inilah yang membutuhkan apresiasi dan apresiatif dijadikan simbol dari kekompakan, solidaritas bahkan silaturahmi dan menjaga kerukunan masyarakat melalui sebuah permainan tradisional.
Jika di tinjau menurut Hadits Nabi Muhammad SAW, diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari al-Mukminin fi al-Hadits Muhammad bin ismail al-Bukhari
“Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan, tetapi seseorang yang berusaha menjalin hubunganya dengan baik, meski lingkungan terdekat merusak hubungan persaudaraan dengan dirinya.”
Artinya, jika dibandingkan dengan permainan yang sekarang berbasis android (online) memang pada mulanya menimbulkan kekompakkan yang baik, tetapi ada keganjilan yang mesti diperbaharui supaya tidak mengalami lag, afk atau eror, yakni memperbaiki kosa kata yang santun, sopan dan tidak menimbulkan kegaduhan dan kebencian.
Karena arti dari sebuah silaturahmi itu, memiliki hubungan yang baik. Sebaik-baiknya permainan itu yang saling menghargai, baik dari segi adab terhadap yang lebih tua dan menjaga mulut supaya tidak mengeluarkan argumen-argumen yang tidak menyakiti perasaaan orang.
Kebudayaan seperti inilah yang mutlak harus dibangun dan dijaga setiap generasi, Melalui permainan toriolo (dulu) yang mensimbolkan kedamaian, ketentaraman serta keakraban.
Penulis : Kiswan Yuhandira (Mahasiswa IAIN Parepare)
Editor: Misbah Sabaruddin