PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Kementrian Pertanian (Kementan) bekerjasama dengan Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo) sejak 2015 telah meluncurkan program asuransi pertanian. Namun hingga kini ternyata belum ada petani di Parepare yang ikut program tersebut.
Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan Kelautan (PKPK) Rostina Rahman membenarkan hal tersebut. Dari 834 hektar sawah di Parepare, belum ada satu pun yang diasuransikan lewat program itu.
“Belum, tapi sudah disosialisasikan, dan ini kita mau tindaklanjuti kembali untuk memberikan pemahaman kepada petani. Apalagi melihat kondisi cuaca seperti saat ini.” jelasnya, saat dikonfirmasi via WhatsApp. Jumat, 22/12
Terpisah, Kabid Pertanian Dinas PKPK, Adam Basyit menjelaskan, kondisi itu disebabkan belum adanya kemauan petani untuk mengasuransikan sawahnya. Petani menganggap, baik pengurusan maupun saat mengkalim asuransi, harus melalui proses yang berbelit-belit.
“Itu yang menjadi kendala. Juga, Jasindo masih minim perhatian ke pertanian, lebih fokus ke perikanan atau nelayan dan peternakan.” ungkapnya
Kendala lain, sambung Adam, dari 834 hektar sawah di Parepare, 612 hektar, berada di Bacukiki. Separuh luasan itu, ternyata bukan milik petani atau hanya sebagai penggarap. “Kemudian, hanya 240 hektar yang beririgasi. Sepertinya hanya itu berpotensi di asuransikan”
Sementara, Kordinator Balai Penyuluha Pertanian (BPP) Bacukiki Andi Ibrahin mengatakan, pihaknya sudah sering melakukan sosialisasi, namun banyak kendala yang ia dapatkan dilapangan.
Diantaranya, petani punya pekerjaan lain selain bertani, Asuransi itu tidak terlalu menjanjikan karena hanya sekira 6 juta biaya ganti ruginya. Kemudian asuransi baru akan menanggung jika tingkat kerusakan 75 persen per petak alami.
“Terlebih petani harus membayar premi Rp36 Ribu per hektar. Hal itulah yang membuat petani masih enggan mengasuransikan sawahnya,” tandasnya. (mul/ris)