Dia menyadari bahwa keperluan, kebutuhan, dan biaya hidup semakin meningkat. Ia mulai merasakan hal itu saat duduk di bangku perkuliahan.
“Menurut saya ini adalah salah satu jalan untuk mengurangi beban kebutuhan hidup. Di samping itu orang tua saya juga adalah penjahit dan senang membuat ukiran dari kayu. Kemudian saya merasa kurang percaya diri di dalam persoalan akademik jadi minimal saya berguna dalam urusan karya yang saya sadari memiliki potensi di situ,” tuturnya saat berbincang dengan Pijar, Rabu, 6 Juni 2018.
Ia juga bercerita sempat putus asa dan berpikir untuk menghentikan usahanya, akibat tendensi dari kedua orang tua, karena takut mengganggu rutinitasnya sebagai mahasiswi dalam menjalankan kewajiban dibidang akademik.
“Kamu kuliah untuk menuntut ilmu bukan waktunya untuk bekerja, nanti akan menganggu dan tidak fokus pada pelajaranmu,” katanya menirukan.
Tekad dan keberanian yang dimiliki tidak membuatnya surut. Baginya modal bukan sekadar nominal. Tetapi ide dan kemauan juga merupakan modal besar. Beberapa dosen di kampus yang akrab dengan mahasiswi kelahiran 11 Agustus 1996 ini senantiasa memberikan dukungan dan apresiasi serta motivasi dari potensi yang dimilikinya. Sehingga hal tersebut membuatnya tetap menjalankan usaha.
Tidak hanya itu, ternyata mahasiswi cantik ini memiliki niat baik menjalankan usaha. Tidak hanya memenuhi kebutuhanya tetapi juga merupakan kebahagiaan tersendiri melihat hasil dari keringatnya bisa membantu dan bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan.
“Saya percaya Tuhan memberikan rezeki kepada hamba-Nya dengan jalan atau cara yang berbeda-beda. Sehingga sedikit dari pendapatan keuntungan, saya berniat sisipkan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya.
Kini Filzah mampu memproduksi hijab sampai 600 pcs dalam satu bulan dibantu oleh adik dan ibunya dengan menggunakan mesin jahit miliknya itu. Kemudian di pasarkan ke beberapa daerah menggunakan beberapa strategi terapan di antaranya, pemasaran online dan beberapa reseller dari teman kuliah dan teman dekatnya. Hasil prodiksinya kini mampu di pasarkan di luar kota di antaranya, Majene, Mamuju, Sinjai dan Riau. Keuntungan yang didapatkan kini mencapai Rp 6 Juta per bulan.
Kini Filzah juga bergabung dalam Organisasi Himpunan Pengusaha Muda Perguruan Tinggi (HIPMI-PT) Kota Parepare sebagai wadah memperbanyak jaringan juga saling berbagi dalam meningkatkan usaha bersama pengusaha-pengusaha muda perguruan tinggi.
Saat ini Filzah Awalia belum merasa puas atas pencapaian usaha yang telah geluti selama dua bulan terakhir ini. Dia berniat menjalankan usaha ke depan lebih giat lagi agar dapat memberikan kontribusi kepada banyak orang mulai dari reseller, hingga penjahit yang bekerja sama dengan “AFA Hijab”. Dia juga berharap bisa membuka galery atau toko secara offline. (*)
Reporter: Hamdan
Editor: Dian Muhtadiah Hamna