MAKASSAR, PIJARNEWS.COM — Jika paket Nurdin Abdullah (NA) dan Rusdi Masse (RMS) makin gencar disebut, maka sebaliknya, paket NA dan Tanribali Lamo (NA-TBL) justru gencar disebut berpisah. Benarkah?
Direktur PT Indeks Politica Indonesia (PT IPI) Suwadi Idris Amir menilai NA-TBL kecil kemungkinan berpisah. Suwadi menyebut, selain mereka solid, elit politik pun sudah mulai memahami kedua figur tersebut.
“Yang menarik dari NA – TBL, yaitu mereka hadir dengan membawa warna gerakan politik yang baru, dimana mereka paling duluan sepakat berpasangan, kemudian mereka lebih menonjolkan prestasi-prestasi kinerja maing-masing, dan tidak terjebak beropini dan bermanuver,” jelas Suwadi dalam rilisnya kepada PIJAR, Rabu 2/8.
IPI menganalisa tiga hal dari keputusan politik NA yang menggandeng TBL berpaket sejak dini. Pertama, NA mencari figur yang syarat pengalaman di birokrasi, serta sejiwa, se visi, dan memiliki misi yang sama untuk sulsel kedepan, dan NA menemukan itu pada sosok seorang TBL.
Kedua, aspek geopolitik NA-TBL saling menguatkan. Ketiga, dukungan elektoral NA-TBL hingga saat ini teratas dari pasangan IYL – Cakka, NH – AQM, AAN – Alyah. “Jadi efek berpaduan geopolitik terekam di survei elektabilitas NA – TBL,” tandasnya. (ris)