OPINI — Sebelumnya kita sudah membahas bangunan perspektif tentang kebahagiaan, kebutuhan, rezeki, sedekah, dan utang. Diharapkan kejernihan dalam memaknai perkara-perkara tersebut memberi pengaruh yang positif dalam manajemen keuangan keluarga yang kita rancang. Selanjutnya kita akan merumuskan prinsip-prinsip perencanaan keuangan keluarga. Meski mulai menyinggung tentang fungsi pertama dalam manajemen yaitu perencanaan (planning), tapi bahasan kita belum sepenuhnya bersifat teknis. Pendekatannya masih menggabungkan antara aspek teknis dan aspek non teknis.
Prinsip-prinsip ini nantinya menjadi asas (dasar) berpikir dan kaidah dalam mengambil keputusan keuangan. Tentang pentingnya perencanaan ini sendiri, bisa dihubungkan dengan racikan ala Stephen Covey ketika membahas tentang kebiasaan manusia efektif (7 Habits of Highly Effective People). Pada kebiasaan nomor dua dikatakan – Begin with the End in Mind – yang bisa diartikan mulai (sesuatu) dengan memikirkan akhirnya. Semangat ungkapan ini mirip dengan yang diinginkan dalam fungsi perencanaan. Ada pandangan (outlook) yang berdimensi masa datang. Jika dibawa ke konteks keuangan keluarga, perencanaan itu bisa memberikan arah, berfungsi sebagai navigasi, sekaligus alat kontrol terhadap setiap tindakan keuangan. Jadi misalkan diawal bulan kita menyusun perencanaan, maka disaat yang sama sudah ada proyeksi kondisi keuangan keluarga pada akhir bulan. Tentu perencanaan yang dibuat, didesain untuk menghasilkan posisi keuangan yang surplus diakhir periode, bukan minus atau defisit.