OPINI — Idul Fitri sebagai hari raya umat Islam adalah sebuah instrumen edukasi umat untuk membangun perubahan mental spiritual dalam kehidupan secara individu dan sosial menjadi lebih baik. Perayaan Idul Fitri tahun 1442 Hijriyah di tahun 2021 Masehi adalah perayaan pertama sejak pandemi Covid-19 yang dibolehkan digelar mendekati suasana normal.
Meskipun dalam pagelaran hari raya tersebut belum sepenuhnya sesuai harapan masyarakat.
Pembatasan-pembatasan masih ada. Larangan penggunaan lapangan sebagai tempat penyelenggaraan Shalat Idul fitri di daerah tertentu, penegakan protokol kesehatan secara ketat di dalam masjid, tidak diperbolehkannya berkerumun dalam jumlah besar di luar pelaksanaan shalat, larangan mudik dan sebagainya masih mewarnai perayaan Idul Fitri tahun ini.
Semua dilakukan oleh pemerintah demi kemaslahatan bersama. Namun demikian syukur atas segala karunia nikmat Allah tetap merupakan sebuah keniscayaan. Bukankah ending dari seluruh rangkaian ramadan dengan segala amaliahnya adalah Bersyukur. (Q.S. Al-Baqarah :185) dan sempurnakanlah puasa dan hendaknya bertakbir semoga kalian bersyukur.
Pandemi Covid-19 sebagai musibah bisa dikatakan sebagai salah satu musibah kemanusiaan terbesar abad ini. Betapa tidak, kehadirannya menghebohkan seluruh jagad, berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia di muka bumi ini. Pandemi Covid-19 memapar dan menerjang seluruh penjuru dunia nyaris tanpa sisa. Ia mengubah secara fundamental mulai dari tatanan sosial budaya, politik, ekonomi, hukum, agama dan sebagainya. Tidak salah jika akibat yang ditimbulkan pandemi ini diklaim membawa efek domino dalam segala lini dan tatatan kehidupan. Pandemi Covid mengguncang seluruh sendi-sendi kehidupan manusia dengan sangat dahsyat.
Kehadirannya timbul tenggelam tanpa diduga. Ia bisa menghilang sejenak kemudian muncul kembali secara tiba-tiba dengan intensitas serta ‘kreativitas’ tinggi.
Negara-negara di benua Eropa dan Amerika serta India akhir-akhir ini menjadi contoh dan bukti sahih kasus ini yang sangat mengerikan. Semoga itu tidak terjadi lagi di tempat lain terutama Indonesia.
Di tengah terjangan pandemi Covid-19 yang menginjak tahun ke 2 ini, menyangkut keberadaannya manusia dapat diklasifikasi dari segi responnya setidaknya 3 kelompok yaitu kelompok yang percaya sepenuhnya bahwa virus corona yang mematikan ini benar-benar nyata adanya. Kelompok ini masih bisa di klasifikasi lagi ke dalam dua kelompok kecil yaitu kelompok yang percaya bahwa virus corona adalah sesuatu yang alamiah. Sementara kelompok kedua meskipun percaya bahwa virus itu nyata adanya tetapi keberadaannya tidak alamiah. Ada rekayasa kelompok tertentu sehingga virus ini ada dan menyebar. Adapula kelompok yang setengah percaya. Kelompok ketiga adalah kelompok yang belum percaya sama sekali bahwa sesungguhya Pandemi Covid-19 ini hanya diada-adakan untuk maksud tertentu.
Berikut ulasan berikutnya….