Penulis: Irfan S (mahasiswa Kampus V UNM Parepare)
PIJAR OPINI — Literasi, tema yang saat ini tengah menggeliat di kampus. Akhir-akhir ini, proker organisasi banyak yang berhubungan dengan wacana ini. Sepertinya, literasi mulai disadari memegang peran penting dalam membangun generasi.
Tulisan ini-pun lahir, semata ingin menggaungkan wacana litarasi. Menjaga agar gemanya tetap terpantaul, membesar, menjadi riak, syukur-syukur bisa menjadi gelombang gerakan di kampus penulis sendiri.
Sejatinya, budaya literasi sudah dimulai sejak dulu di kampus-kampus. Pada komunitas yang digeluti penulis, HMI sudah sejak lama ‘mewajibkan’ kadernya menekuri buku-buku. Membaca, mendaras lalu mempresentasekannya -meski kadang mesti begadang ria sampai telat masuk kuliah-.
Kadang mesti dengan meminjam buku-buku milik senior, lalu dengan sengaja ‘lupa’ mengembalikannya.
Hal serupa (membudayakan membaca) tentu juga terjadi pada pelbagai organisasi seperti PMII, IMM, dan sederet lembaga lain, meski dengan metode yang berbeda.
Upaya tersebut berangkat dari pemikiran yang sama. Kesadaran literasi yang tinggi adalah kunci melahirkan mahasiswa (kader) yang dapat diandalkan, baik dalam membesarkan lembaga.
Selanjutnya, selain membaca dan mendaras bacaan itu, tantangan selanjutnya adalah mengajak mahasiswa menulis. Tulisan apapun, daripada menghabiskan berderet-deret kalimat didinding facebook, akan jauh lebih baik jika dituangkan dalam bentuk tulisan.
Opini, esai, puisi, atau apapun namanya. Mulailah menulis. Jika tidak memulai sekarang, lalu kapan? “Perjalanan ribuan kilometer selalu dimulai dengan satu langkah kecil’. Kira-kira begitu.
Penulis hanya sekadar mampu mengajak, belum layak mengajarkan. Sehingga kembali ke diri masing-masing. Yang dekat dengan Parepare atau kampus V UNM Parepare, bolehlah kita bikin forum kecil-kecilan, mengobrol soal literasi. (*/ris)