OPINI — Belum tuntas perbincangan mengenai tantangan revolusi industri 4.0 dari berbagai bidang kehidupan manusia. Masyarakat dunia dihadapkan satu fenomena pandemic virus covid 19. Munculnya virus inimemberi dampak pada perubahan pola pikir, perilaku keseharian yang tidak seperti biasanya. Misal, adanya maklumat untuk tetap tinggal di rumah, bekerja dari rumah, belajar dari rumah, belanja dari rumah, dan lain-lain.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai bagaimana upaya yang dilakukan menghadapi situasi “terpaksa” ini. Alangkah baiknya terlebih dahulu diketahui bagaimana tantangan era revolusi industri yang menuntut manusia untuk “melek teknologi” atau sikap “sadar teknologi”. “Melek teknologi dalam arti mereka bukan early adaptors (para perintis/pelopor dalam penerimaan inovasi) dan terus mengikuti perkembangan teknologi,” kata Michael S. Sunggiardi.
Peradaban manusia senantiasa berkembang dan pada abad ke-21 berada di era revolusi Industri 4.0. Terjadi perubahan dari berbagai bidang melalui perkembangan teknologi dimana mengurangi pemisahan antara fisik, digital. Revolusi industry 4.0 ditandai dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya kecerdasan buatan, robot, blockchain, teknologi nano, komputer kuantum, bioteknologi, Internet of Things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak.
B. Revolusi Industri, Teknologi Informasi dan Komunikasi
Revolusi industri 4.0 mewujudkan integrasi antara dunia online dengan dunia industri untuk meningkatkan efisiensi nilai proses mulai dari produksi sampai pada pemasaran. Demikian pula pada dunia pendidikan dengan sistem digitalisasi akan meningkatkan efiensi pengelolaan lembaga pendidikan, proses pembelajaran, dan penelusuran literature dengan munculnya e-book dalam meningkatkan wawasan keilmuan. Selain itu, dalam bidang ekonomi munculnya digitalisasi dagang dengan sistem online.
Penawaran yang begitu “menggiurkan” pada aspek pelayanan publik cepat, tepat dan akurat. Aktivitas kerja yang biasanya membutuhkan tenaga manusia tidak lagi menjadi prioritas. Pelayanan kantor yang dulunya membutuhkan waktu yang lama, pada era ini dipersingkat dengan bantuan teknologi. Bahkan beberapa lembaga pelayanan publik tidak lagi membutuhkan antrean yang panjang, tetapi dapat dilakukan melalui antrean online.
Ketika sebuah negara masuk ke era Revolusi Industri 4.0, maka cenderung terjadi pertumbuhan dan perkembangan industri secara menyeluruh dan berkelanjutan. Cara menghadapi revolusi industri 4.0 ini tiap negara punya strategi masing-masing.
Teknologi informasi dan komunikasi menjadi basis dalam kehidupan manusia. Perkembangan dunia internet dan teknologi digital yang cepat dan masif mempengaruhi penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas, sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Dan luas serta dalamnya perubahan ini menandai transformasi seluruh sistem produksi, manajemen, dan tata kelola.
Menurut Lee (2013), revolusi industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: 1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan 4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing.
Lifter dan Tschiener (2013) menambahkan, prinsip dasar industri 4.0 adalah penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang rantai dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri.
Gambaran pengguna mobile (ponsel atau tablet) di Indonesia mencapai 355,5 juta sementara jumlah penduduk 268,2 juta jiwa, ini berarti peredaran ponsel dan tablet lebih banyak dari jumlah penduduk di seluruh Indonesia. Data ini menggambarkan bahwa kemungkinan penduduk Indonesia memiliki 2 ponsel perorang.
Sementara pengguna Internet, tercatat ada 150 juta pengguna internet aktif, yang berarti 56% dari total jumlah penduduk Indonesia sudah menggunakan internet. Demikian pula dengan media sosial, rata-rata 50% lebih penduduk Indonesia aktif menggunakan media sosial. Pengguna Mobile Phone mencapai 91%, laptop/PC hanya 22%. Rata-rata orang berselancar menghabiskan waktu 8 jam 36 menit per harinya. Disusul oleh Media Sosial dengan 3 jam 26 menit. Televisi, seperti yang sudah kami tulis diatas, masih jadi favorit pemirsa dengan lama nonton mencapai 2 jam 52 menit. Terakhir streaming musik dengan ‘hanya’ 1 jam 22
menit.
Perkembangan dunia digital di Indonesia sangat menjanjikan, dari sisi pengguna internet, pengguna media sosial, bahkan pengguna ponsel-ponsel pintar. Ini tentunya menawarkan peluang-peluang usaha serta kemana arah tujuan bisnis kedepan. Perusahaan yang hanya mengandalkan cara-cara konvensional dan tradisional bakal tergilas oleh perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan teknologi informasi dalam operasional bisnisnya.