C. Pendidikan dan Tuntutan Revolusi Industri
Dunia pendidikan pada era revolusi industry berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information super highway (Gates, 1996). Tuntutan perubahan mindset manusia abad 21 yang telah disebutkan di atas menuntut pula suatu perubahan yang sangat besar dalam pendidikan nasional, yang kita ketahui pendidikan kita adalah warisan dari sistem pendidikan lama yang isinya menghafal fakta tanpa makna. Merubah sistem pendidikan Indonesia bukanlah
pekerjaan yang mudah. Sistem pendidikan Indonesia merupakan salah satu sistem pendidikan terbesar di dunia yang meliputi sekitar 30 juta peserta didik, 200 ribu lembaga pendidikan, dan 4 juta tenaga pendidik, tersebar dalam area yang hampir seluas benua Eropa. Namun perubahan ini merupakan sebuah keharusan jika kita tidak ingin terlindas oleh perubahan zaman global.
Sejalan dengan hal itu, Kemendikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013).
Adapun penjelasan mengenai framework pembelajaran abad ke-21 menurut (BSNP:2010) adalah sebagai berikut: (a) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah; (b) Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak; (c) Kemampuan mencipta dan
membaharui (Creativity and Innovation Skills), mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif; (d) Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology Literacy), mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari; (e) Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning
Skills) , mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari
pengembangan pribadi, dan (f) Kemampuan informasi dan literasi media, mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.
Untuk menghadapi pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan menguasai teknologi informasi dan komunikasi (Frydenberg & Andone, 2011) Keterampilan abad 21 adalah (1) life and career skills, (2) learning and innovation skills, dan (3) Information media and technology skills. Ketiga keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang disebut dengan pelangi keterampilan pengetahuan abad 21/21st century knowledge-skills rainbow (Trilling dan Fadel, 2009).
Bila diperhatikan antara tuntutan revolusi industry 4.0 dengan aktivitas kehiduapan manusia di era ini seharusnya apa yang dihadapi saat ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan. Misalnya pesan makanan online, belanja online, pendaftaran online, hamper semua aktivitas manusia terlayani dengan system digital. Penduduk Indonesia seakan belum siap untuk menghadapi perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi yang merupakan wujud era revolusi industry 4.0. Penggunaan Ponsel dan tablet lebih kepada hiburan semata. Frekuensi paling banyak dilakukan hanya berselancar di dunia maya untuk mencari hiburan, bersosial media melalui facebook, twitter, Whatshaap, line, dan lain-lain.
Disaat yang sama, ketika yang akan dilakukan pembelajaran online, aktivitas layanan online masih yang menolak dengan dalih aplikasi ponsel tidak mendukung, jaringan tidak lancar dan banyak lagi alasan-alasan yang muncul. Seharusnya alasan ini tidak perlu ada bila melihat presentase kepemilikan ponsel dan tablet serta keseringan berselancar di dunia maya.
Pertanyaan yang muncul melalui tulisan ini, apa hubungannya dengan fenomena pandemi Covid-19 yang mewabah hampir di seluruh kawasan di dunia ini. Bahkan negara sekuat apapun, kemajuan teknologi dan teknologi yang tidak ada tandingannya di belahan dunia ini, tidak mampu mengatasinya.