D. Covid-19 dan Melek Teknologi
Virus Corona telah melumpuhkan sendi peradaban. Berawal dari peristiwa menggemparkan di Wuhan, Cina. Manusia tumbang di mana-mana. Rumah sakit penuh sesak, tenaga medis tidak mampu menghadapi serangan virus yang begitu masif. Jenis virus ini belum mampu dideteksi penyebabnya, apatah lagi obat untuk menyembuhkan bagi yang terpapar virus ini.
Virus Covid-19 menyebar penyakit yang tidak lazim, dengan gejala yang berbeda dengan biasanya. Virus corona jenis baru yang disebut SARS-CoV-2, yang sebelumnya disebut 2019-nCoV adalah virus jenis baru yang belum diidentifikasi pada manusia sebelumnya. Penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 inilah pada akhirnya disebut Covid-19. Jadi, virus jenis baru ini akhirnya lebih dikenal sebagai corona Covid-19. Coronavirus adalah keluarga besar virus yang bisa menyebabkan penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit pernapasan paling parah, seperti Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS).
Islam telah memberi suatu penegasan bahwa tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, hanya manusia belum menemukan. Penemuan obat itu tidak serta merta datang begitu saja, tetapi melalui proses pengembangan ilmu pengetahuan. Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya” (HR. Bukhari). Hadits Nabi lainnya menyebutkan: “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah subhanahu wa ta’ala.” (HR. Muslim)
Pergerakan virus Covid-19 dapat dilihat dari data WHO saat ini (Senin, 20 April 2020) di seluruh dunia terkonfirmasi 2.285.210 jiwa yang positif, dengan korban terbanyak di Eropa 1.122.189 jiwa, menyusul di Amerika 858.631 jiwa. Sementara di Indonesia terkonfirmasi 6.760 jiwa positif, yang menjalani perawatan 5.423 jiwa, dan berita gembiranya 747 jiwa yang telah sembuh. Data untuk Sulawesi Selatan, kategori ODP (Orang Dalam Pemantauan) 3.272 jiwa, PDP (Pasien Dalam Pemantauan) 560 jiwa, positif 369 jiwa dan yang sembuh 70 jiwa. Data ini menggambarkan ancaman penyebaran virus ini masih sangat tinggi. (Sumber:
covid19.sulselprov.go.id)
Menghadapi Covid-19 bukan hal yang sepele. Terjadi perubahan drastis seluruh aspek kehidupan manusia di seluruh dunia. Situasi ini telah mengubah pola hidup, pola pikir, pola tindak, manusia. Kebiasaan yang telah menjadi aktivitas keseharian berubah total. Biasanya jabat tangan, cipika-cipiki saat ketemu dalam situasi ini dihindari. Muncullah tradisi baru jabat tangan diganti salam kaki, atau tangan kanan ke dada kiri kemudian menunduk sedikit. Cipika-cipiki diganti dengan cium jauh dan masih banyak lagi perilaku manusia yang berubah karena khawatir akan terkontaminasi dengan virus Covid-19.
Upaya memutus mata rantai virus Covid-19 melahirkan kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas manusia. Mulai dari belajar dari rumah, bekerja dari rumah, bahkan hampir semua aktivitas manusia dilakukan di rumah dengan munculnya hastag #stayathome, work for home. Suasana kantor, pasar dan tempat-tempat keramaian menjadi sepi. Hiruk-pikuk manusia yang seakan tiada henti selama 24 jam setiap hari berubah menjadi sunyi. Perantau tidak bisa pulang ke kampung halaman “mudik”.
Fenomena ini memaksa manusia sehingga terbuka pikiran, tindakan, aksi-reaksi dari berbagai kalangan dan berbagai aspek. Disadari atau tidak, kehadiran virus ini memberi banyak pelajaran, tekanan yang memaksa manusia untuk tetap beraktivitas walau tetap tinggal di rumah. Kehadiran Pandemi Covid-19, makhluk ciptaan Tuhan ini, bagi saya telah banyak hikmah.