Oleh: Muh Fitrah Yunus, S.IP., MH.
Pemerhati Politik & Kebijakan Publik
NYARIS setengah abad usia Partai Persatuan Pembangunan menghiasi dunia politik di negeri ini. Di Harlahnya yang ke-49 masih mampu eksis dalam percaturan penegakan demokrasi demi tercapainya keadilan yang diharapkan seluruh masyarakat.
Tak terhitung perjuangan partai berlambang Kakbah ini menyertai pembangunan bangsa dan negara. Dengan Tagline barunya, “Merawat Persatuan Dengan Pembangunan”, Partai Persatuan Pembangunan yakin mampu mendorong spirit kader untuk mengajak seluruh masyarakat bersatu dan membangun ummat, bangsa dan negara lewat karya nyata, tidak hanya pembangunan fisik (infrastruktur), namun juga pembangunan modal utama sebuah negara, yaitu manusianya.
Sejarah panjang berdirinya PPP adalah ruh yang seharusnya mampu memberikan kekuatan pada partai ini. Bersatunya banyak elemen partai keagamaan menjadi satu dalam naungan sebuah partai yang disepakati bersama, bernama Partai Persatuan Pembangunan (PPP), semestinya menjadi modal utama, kekuatan utama yang mengokohkan.
Sebuah tantangan yang tak mudah bagi PPP menghadapi zaman yang terus berubah, apalagi jika modal itu terkikis karena ego sektoral satu atau dua kelompok saja. Jawaban itu semua ada di tangan semua kader PPP, apakah terus bersatu dan membangun, atau kedepan hanya tersisa nama saja?
Partisipasi Politik
Partai politik (Parpol) tanpa partisipasi politik yang aktif tidak akan mampu bertahan. Sebuah partai sudah semestinya memiliki jalan partisipasi yang aktif dalam setiap pengambilan kebijakan di pemerintahan, baik ia sebagai sang pengambil keputusan ataukah sebagai oposisi. Demikian tentang partisipasi politik menurut Keith Fauls (1999:133).
Herbert McClosky (1972:252) lebih detil mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan-kegiatan sukarela yang dilakukan oleh warga masyarakat dimana wadah mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, juga mengambil bagian dalam proses pembentukan kebijakan. Definisi ini tentu menekankan tidak hanya pada sebuah kelompok, namun juga pada individu-individu.
Partai Persatuan Pembangunan sebagai partai yang bernafaskan Islam semestinya mampu memberikan jawaban yang riil atas partisipasi politik sebagaimana definisi di atas. Partisipasi itu tidak hanya membangunan kesadaran dalam parpol saja, kesadaran pada kader-kader saja, tapi juga mampu mendampingi individu-individu masyarakat dan juga tentu kelompok-kelompok masyarakat agar lebih aktif dalam agenda-agenda politik.
Sebuah apresiasi dan harapan begitu tinggi, misalnya, dari para ulama dan santri di saat partai berlambang Kakbah ini mampu menginisiasi dan menggolkan UU pesantren sebagai bentuk perhatian dan keberpihakan pada pesantren, wabilkhusus para santri. Hal itu bukan hanya sebuah kebanggaan dan kebahagiaan bersama dengan santri, tapi tentu juga bagi seluruh warga Indonesia, muslim majority.
Ulama, santri dan Partai Persatuan Pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh. Sebagai partai Islam tentu bernafaskan Islam yang rahmatan lilalamiin, rahmat bagi semua. Partai Islam yang membawa nilai-nilai Islam di setiap perjuangan dan pergerakannya demi kepentingan semua pihak, demi keutuhan semua pihak, tidak sekedar Islam itu sendiri.
Merawat Persatuan dengan Pembangunan
Dalam Memperjuangkan kepentingan semua pihak, Partai Persatuan Pembangunan hadir dengan sebuah narasi besar, “Merawat Persatuan dengan Pembangunan”. Narasi ini tentu berasal dari sebuah ide maupun gagasan otentik paling dasar yang melandasi lahirnya partai ini.
Tanpa persatuan mustahil cita-cita pembangunan bangsa dan negara ini dapat diraih dengan apik. Persatuan tanpa pembangunan ibarat iman tanpa ilmu. Gagasan dan ide-ide pembangunan menjadi nyata hanya sebatas ide dan berhenti pada narasi saja, tidak ternyatalaksana sesuai tujuan didirikannya PPP.
Dengan demikian, narasi “Merawat Persatuan dengan Pembangunan” harus betul-betul terpatri dalam sanubari terdalam dan terejawantah di lingkungan masyarakat. Meski ada sedikit duri, misalnya, namun duri itu tidak menghambat kerja-kerja riil partai dalam membangun ummat, bangsa dan negara. Ibarat mawar berduri yang tetap indah dipandang mata.
Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah semua kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kekompakan dan terus hadir di tengah-tengah masyarakat adalah kunci eksistensi partai, khususnya para kader-kader muda PPP, PPP millenial. Menukil Imam Hasan Al Banna, “Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal (serta pengorbanan) merupakan karakter yang melekat pada pemuda”.
Semoga di Harlah PPP yang Ke-49 dapat menjadi refleksi serta momentum meningkatkan iman, ikhlas, semangat dan beramal (berkorban) untuk ummat, bangsa dan negara. (*)
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.