“Oh, ada ya hari kebangkitan teknologi di Indonesia?” Kira-kira begitu ungkapan seorang laki-laki paruh baya yang duduk di pojok Warung Kopi Paste sambil membaca informasi dari group WhatsApp. Ternyata bapak itu sedang membaca informasi tentang BJ Habibie pulkam part sekian ke kota kelahirannya Parepare. Apa yang dilakukan BJ Habibie di Parepare hingga harus pulkam di hari sakralnya, Hari Kebangkitan Teknologi Nasional?
Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, disingkat Hakteknas merupakan salah satu hari bersejarah nasional yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus. Hakteknas tercatat sebagai tonggak sejarah kebangkitan teknologi di Indonesia, diawali dengan penerbangan perdana pesawat terbang N-250 Gatotkaca pada tanggal 10 Agustus 1995 di Bandung. Hasil karya anak bangsa ini menjadi bukti bahwa negara kita telah berhasil mengembangkan jiwa Iptek yang inovatif yang kemudian menghasilkan produk inovasi nasional yang membanggakan sampai ranah internasional. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menanamkan perhatian, minat, dan kesadaran seluruh komponen bangsa terhadap pengembangan iptek dan inovasi dalam pembangunan nasional yang berkesinambungan.
Jelas sekali, ya … paragraf di atas itu saya kopi-paste dari siaran pers Ristekdikti. Ungkapan sederhananya adalah BJ Habibie yang dimaksudkan anak bangsa pada rilis pers itu adalah Eyang Teknologi Indonesia. Lalu buat apa Eyang pulkam pada hari sakral kebangkitan teknologi itu? Sebelumnya berikut kejadian pulkam Eyang ke Parepare akhir-akhir ini.
Setiap kepulangan Eyang ke kampung halaman selalu membawa angin segar yang semriuh segar. Setiap pulang kampung, Eyang membawa hadiah. Pada 28 Agustus 2014 Eyang pulkam meresmikan pembangunan Institut Teknologi Habibie (ITH) ditandai dengan pemasangan tiang pancang pada gedung pemuda milik Habibie Centre. Pemerintah Kota Parepare yang dipercayakan itu hendak menyulapnya menjadi kantor rektorat ITH sebagaimana Walikota Parepare menyebutnya.
Selanjutnya pada 12 Mei 2015, Eyang pulkam untuk meresmikan Monumen Cinta Sejati Eyang Habibie dan Oma Ainun di alun-alun Kota Parepare. Pada malam peresmian yang romantis itu Eyang membacakan puisi untuk Oma, di mana ada Oma di situ ada Eyang, di mana ada Eyang di situ ada Oma.
Pada tahun 2016, seyogyanya Eyang kembali pulkam untuk meresmikan sebuah bangunan yang menyematkan nama Oma sebagai nama gedung tersebut. Namun, karena kesibukan Eyang dan juga gedung Oma yang dimaksudkan belum jadi, akhirnya di-reschedule.
Barulah tahun 2017 ini bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 10 Agustus 2017, sehari sebelum hari kelahiran Oma dan juga sehari setelah pembukaan Hakteknas yang dipusatkan di Centre Point of Indonesia (CPI) Makassar, Sulawesi Selatan, akhirnya Eyang memutuskan kembali pulkam untuk meresmikan gedung Oma yang tertunda pada tahun 2016.
Begitu sayangnya pemerintah Parepare pada sosok Eyang hingga memikirkan dengan detail kisah kasih Eyang bersama Oma. Jadilah monumen cinta sejati Eyang dan Oma, juga sebuah gedung dengan nama Oma, pemerintah Parepare juga sedang mempersiapkan museum dengan nama Eyang. Mungkin bila pemerintah Parepare merupakan sosok perempuan, Eyang telah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya padanya. Bisa jadi sedang dimabuk cinta seperti pada film Eyang dan Oma atau juga pada film saat Eyang masih dipanggil Rudi.
Kecanggihan teknologi buatan Eyang termasuk R-80 anyar itu, walau belum pernah sekalipun mendarat di Parepare, tapi hal itu sangat rasional karena mungkin kota ini belum ada bandaranya. Rasionalisasi Institut Teknologi Habibie yang terbayang-bayang kala itu bisa menjadi lokomotif pembangunan software hardware kehidupan, setelah tiang pancangnya terpasang dan tak lama setelahnya dicabut dan hingga kini di tahun 2017 tidak ada kabar lagi tentang ITH itu semoga bukan karena di Parepare belum ada bandara.
Eyang … Bagaimana kalau gedung pemuda milik Habibie Centre yang Eyang percayakan pada pemerintah untuk menjadi rektorat Institut Teknologi Habibie itu bisa ditinjau ulang kembali. Habibie Centre di tanah kelahiran Eyang dengan fungsi sebagai perpustakaan gerakan sekaligus menjadi gedung kesenian dan kebudayaan juga inkubator UKM sangat lebih mungkin daripada sulap-sulap rencana ITH itu.
Habibie Centre bisa menjadi pusat dituainya pertemuan-pertemuan ide, kreatifitas, inovasi, gerakan, expo, keberanian dan juga inspirasi masyarakat Parepare yang menjadikan Eyang legacy dunia-akhirat. Hal itu bisa jadi cara sederhana untuk membalas senyuman masyarakat Parepare yang setiap saat bahagia dan bangga karena Eyang adalah bagian dari mereka.
Sekadar catatan tangan prediksi masa depan dengan adanya Habibie Centre Eyang di Parepare. Di mana ada Eyang di situ ada masyarakat Parepare, yang mungkin saja suatu hari nanti di antara mereka bisa membuat bandara Parepare juga dengan nama Eyang dan Oma, paling tidak untuk jadi pelengkap R-80 tiba di tanah lahir Eyang atau barangkali juga ITH yang saat ini hanya terbayang-bayang.
Ibrah La Iman
Parepare Menulis