Jadi, meskipun sebuah keluarga terpaksa harus berutang maka tetap harus punya pertimbangan, perhitungan, dan strategi.
Berikut ada 8 (Delapan) yang bisa menjadi pertimbangan sekaligus dijadikan langkah-langkah dalam memulai dan mengelola utang, baik bagi yang terpaksa akan berutang maupun yang sudah terlanjur berutang :
Membuat rancangan yang matang sebelum berutang
Utang memang punya daya pikat dan daya “hipnotis”. Bagi yang tidak berpikir jauh tentang dampak dan resiko utang, maka akan dengan mudah tergiur untuk mengambil utang. Kondisi inilah yang kadang membuat seseorang berutang tanpa sebelumnya meluangkan waktunya untuk berpikir secara matang. Mulai dari menghitung kondisi ril keuangannya sehingga bisa menilai dengan cermat keputusan yang diambil, apakah memang harus berutang ataukah tidak perlu? Memikirkan untuk apa penggunaan dan pengelolaan dana utang agar berfungsi efektif, sampai pada memikirkan tentang rancangan dan skema yang akan ditempuh untuk pelunasan utang, baik untuk utang jangka pendek (short-term loan) maupun untuk utang jangka panjang (long-term loan).
Berutang sesuai kebutuhan
Hasrat untuk mengambil utang tidak boleh dibiarkan tanpa kontrol. Berutang itu memerlukan tanggung jawab dan perhitungan cermat. Berutang adalah meminjam sejumlah uang dengan janji untuk dikembalikan. Maka dengan begitu berutang berarti melahirkan sebuah kewajiban yang harus ditunaikan. Sejauh mana perkara ini bisa ditunaikan sangat ditentukan oleh kemampuan kita. Seberapa besar potensi penghasilan dan pemasukan keluarga kita. Seberapa cakap kita mengatur pengeluaran-pengeluaran kita. Atau seberapa kuat aset-aset kita bisa menopang utang-utang kita. Makanya salah satu cara yang paling aman, adalah dengan mengendalikan besaran utang. Kalaupun terpaksa, berutang hanya dilakukan untuk hal-hal yang sifatnya urgen dan mendasar. Misalkan semata untuk membiayai kebutuhan primer saja seperti pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Kemudian hindari mengambil utang melebihi apa yang sudah kita estimasi sebagai kebutuhan. Kadang kala terjadi, awalnya sudah ada perhitungan matang, kebutuhan utang dan kemampuan membayar kita cuma Rp. 3.500.000, tapi karena mendapat penawaran lebih, akhirnya tanpa sadar kita mencukupkan mengambil utang sampai Rp. 5.000.000. Karena sudah melakukan keputusan tanpa kontrol, akhirnya dalam hal penggunaan dana utang biasanya juga menjadi tidak lagi terkontrol. Tidak lagi sadar dalam sekejap langsung menghabiskan selisih yang sebesar Rp. 1.500.000. Mungkin terlena dan merasa mendapat hadiah atau suntikan cashflow tiba-tiba. Karena tidak ada dalam penganggaran (ghost budget), jadi lupa kalau sebenarnya itu adalah sebuah utang nyata (real loan) yang kelak harus dilunasi.