By: Saffana Afra
(Aktivis Mahasiswa)
Kabar memprihatinkan datang dari dunia pendidikan. Seorang siswa SMA sekaligus ketua OSIS di SMAN 1 Cawas, Kalten dikabarkan meninggal dunia pada Selasa, 9 Juli 2024. Berdasarkan informasi awal, siswa ini meninggal akibat tersetrum kabel di kolam sekolahnya seusai diberi kejutan ulang tahun dengan diceburkan ke kolam ikan. Dari keterangan sejumlah saksi, Fajar sempat bercanda di dalam kolam setelah diceburkan teman-temannya sebagai kejutan hari ultahnya. (soloraya.solopos.com)
Merayakan ulang tahun dengan memberi kejutan tampaknya menjadi tren di kalangan remaja. Hari spesial itu dijadikan patokan seseorang bertambah usianya. Menjadi suatu bentuk eksistensi diri, karena menandakan seseorang memasuki fase umur yang lebih dewasa. Hari itu akan dirayakan dengan bahagia, bersenang-senang, beramai-ramai seakan mendapat gelar baru.
Namun, namanya saja remaja masa kini. Perilaku mereka seringkali spontan, tanpa pemikiran mendalam. Mereka melakukan sesuatu tanpa berpikir baik dan buruknya tentang apa yang dilakukan. Yang penting mereka senang, bahagia, dan tertawa. Tidak jarang pula, halal haram diterabas demi kesenangan belaka.
Di sini tampak adanya ketidakpahaman dalam kaidah berpikir dan beramal, serta adanya pertanggungjawaban atas setiap perbuatan. Semua tidak lepas dari bagaimana akidah ada dalam dirinya. Akidah yang mungkin hanya ditanamkan seperti saat masih kecil, tanpa melalui proses berpikir yang tajam. Yang mereka dapat dari orang tuanya, yang orang tuanya dapat dari orang tuanya lagi. Turun menurun, yang penting Islam. Tidak peduli bagaimana kualitas dari akidah tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan proses pembelajaran agama di sekolah, yang hanya memiliki sejam dua jam dalam seminggu, tidak bisa diharapkan. Padahal akidah seharusnya ditancapkan kuat dengan proses berfikir yang sempurna. Yang dimulai dari belia dari kedua orang tua yang juga harus memiliki kaidah berpikir itu.
Dengan akidah yang kuat, akan muncul pemahaman tentang Allah. Bahwa Allah yang menciptakan ia, Allah-lah tempat kembalinya nanti, dan hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah serta segala perbuatannya di dunia nanti akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya. Sehingga ia akan memandang perbuatan dari halal haram yang telah Allah jadikan pedoman bagi manusia. Yang tentunya perbuatan halal akan mengantarkan pada kebaikan dan keproduktifan. Tidak akan mensia-siakan waktu dan berakibat buruk.
Maka selain didikan dari orang tua, perlu adanya sistem pendidikan yang mumpuni. Karena sebaik-baiknya orang tua mengasuh, mendidik, anak akan dididik pula oleh lingkungan. Ya, lingkungan berkonstribusi besar terhadap tercetaknya suatu kepribadian.
Sistem pendidikan saat ini hanya berorientasi pada nilai akademik, bahkan sekelas perguruan tinggi targetnya adalah materi, duit. Bukan lagi untuk mencetak generasi berakal sehat, berpemikiran cemerlang, dan berakhlak mulia. Jangan harap sistem pendidikan hari ini mampu mendidik remaja menjadi insan yang beriman dan bertaqwa. Dan semua ini jelas akarnya adalah kapitalisme liberal yang sedang menggerogoti dunia.
Padahal Islam memiliki sistem pendidikan yang sempurna. Pendidikan Islam mengajarkan kaidah berpikir benar yang akan menghasilkan amal produktif yang dihasilkan dari berpikir mendalam. Darinya akan mencetak generasi emas yang standarnya bukan materi, namun kepribadian Islam, cakap pengetahuan sains maupun teknologinya.
Sistem pendidikan Islam akan dikontrol dan terjamin oleh karena individu, masyarakat dan negara. Individu akan ditanamkan akidah yang benar dengan kuat dari akarnya. Sehingga setiap perbuatannya terikat oleh hukum Allah. Individu akan meninggalkan perbuatan yang sia-sia apalagi yang dapat merenggut nyawa seseorang. Individunya lurus dan berakhlak.
Dari segi masyarakat. Individu akan terjaga prinsipnya karena masyarakat akan menjadi kontrol dalam amar makruf nahi munkar. Antar individu akan saling nasehat menasehati, tidak ada lagi kebiasaan meniru hal yang bathil. Karena akan sangat sedikit bahkan tidak ada yang melakukannya.
Dan dari segi negara, negara menyediakan sistem pendidikan terbaik untuk generasinya.
Penanaman ilmu tsaqafah Islam di setiap jenjangnya. Tidak akan ada lagi muslim yang tidak menaati syariat dengan alasan tidak diajari di sekolah. Seimbang akal dan perilakunya.
Dan semua itu hanya bisa terwujud dengan penerapan Islam secara menyeluruh di segala aspek kehidupan. Tidak bisa hanya dengan menerapkan sistem pendidikannya, namun system bernegaranya harus dengan Islam. Agara generasi terselamatkan dan menjadi generasi emas di masa mendatang. (*)