Oleh : HM. Saleh
Dosen IAIN Parepare & Ketua Majelis Anak Shaleh Kota Parepare
Islam mengajarkan bahwa setiap yang bernyawa akan menghadapi dan mengalami kematian. Kematian proses berpisahnya antara jasad dan roh. Proses perpisahan ini tidak akan mungkin tertunda apabila tiba waktunya.
Allah swt telah memberikan kabar melalui firman-Nya pada QS Al-A’raf: 34; “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya”
Demikian pula pada QS. Al-Hijr: 5; “Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (nya)”.
Demikianlah ajal manusia tidak memandang usia, waktu, tempat akan dihadapi. Berita kematian menjadi berita yang dapat menghentikan segala aktivitas yang peduli dengan kondisi ini. Tidak memandang apapun pekerjaan, jarak tempat kerja, semuanya fokus untuk mengantarkan orang yang lebih dahulu meninggalkan dunia.
Berpisahnya jasad dan roh pada seorang hamba Allah swt menyebabkan keluarga, kerabat, handai taulan, kolega saling komunikasi menanyakan segala sesuatunya yang terkait almarhum.
Rumah duka tempat berkumpul keluarga, kerabat, handai taulan, kolega. Hampir semua yang mendengar berita duka itu meluangkan waktu datang memberi semangat dan motivasi keluarga yang ditinggalkan untuk bersabar atas musibah yang dihadapi.
Rasa sedih, air mata mengalir yang tak tertahankan setiap ada yang hadir. Tetapi kadang kita tidak sadari ternyata antara sedih dan gembira silih berganti. Ini sangat terasa saat salah seorang keluarga kami mendahului.
Keluarga besar kami berkumpul di Desa Citta Kecamatan Citta Kabupaten Soppeng atas meninggalnya almarhum Abd. Samad (suami dari Kakak Darmawati). Almarhum meninggalkan 4 putra (Lukman, Risqun, Lutfi, Rijal). Anak yang menjadi kebanggaan orang tuanya, menjadi modal untuk tabungan akhirat. Anak shaleh yang senantiasa mendoakan orangtuanya.
Kehilangan satu orang anggota keluarga ternyata selain menyebabkan kesedihan yang mendalam.
Berakhirnya cengkerama dengan istri tercinta di saat waktu senggang, berakhirnya petuah-petuah ayah kepada anaknya untuk menjadi lebih baik. Berakhirnya cengkerama dengan cucu-cucunya.
Berakhirnya ladang amal sang isteri untuk berbakti pada suami, berakhirnya ladang amal anak untuk berbakti pada ayahnya.
Kehilangan tidak berarti akan hilang selamanya, tetapi kehilangan ini hanya sementara karena kita semua tinggal menunggu waktu kapan giliran untuk meninggalkan dunia dan berpindah di alam kubur.
Sedih karena kehilangan tidaklah menjadi kesedihan yang berkepanjangan. Almarhum Abd. Samad telah memiliki bekal untuk mendapatkan kelapangan pada alam kuburnya.
Setelah amalan kebaikan terhenti dengan berakhirnya jatah umur di dunia, namun satu kebahagiaan karena memiliki amalan yang tak terputus sebagaimana sabda Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Jika manusia itu meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang mendoakannya,” (HR Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i).
Itulah kehidupan, semua makhluk akan menghadapi kematian (berpisahnya roh dan jasad). Namun dibalik duka ada satu hal yang menarik, kematian menjadi magnet mempererat SILATURRAHIM.
Sabda Rasulullah saw., sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah: “Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung tali silaturahmi.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim). Dihadis yang lain: “Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)
Silaturrahim menjadi resep untuk dilapangkan rezeki dan dipanjangkan umur. Suasana ini muncul disaat ada kematian, kerabat yang datangnya dari jauh berkumpul saling memperkenalkan diri antara satu dengan yang lain. Boleh jadi ada kerabat yang selama ini sudah ada interaksi karena adanya kesamaan profesi, kesamaan wilayah kerja namun tidak saling mengenal.
Dengan adanya kematian, kerabat berkumpul, saling interaksi, saling memperkenalkan diri hingga kekerabatan terjalin yang boleh jadi hampir hilang karena tidak saling mengenal.
Demikianlah kematian dan silaturrahim menjadi satu rangkaian dalam kehidupan. Selamat jalan alm. Bapak Abd. Samad walau keluarga besar kami kehilangan, namun kami sadar ini sesuatu yang tidak mungkin kami memiliki kekuatan untuk mengubahnya.
Teriring doa semoga husnul khatimah dan menghadap keharibaan Allah membawa amalan yang melapangkan kuburnya, menghapus segala kesalahannya. Insya Allah kami akan ikhlas dan bersabar menghadapi ini semua. Dan hanya kepada Allah swt. dikembalikan segala sesuatunya. Innalillahi wa inna ilaihi Rajiun.
Wallahu a’lam.