OPINI, Kuliah merupakan masa pertarungan dengan waktu. Dituntut mandiri dan tak ada lagi yang gratis. Berbeda saat masih duduk di bangku sekolah dulu, yang biaya semesternya (untuk sekolah negeri) masih ditanggung oleh pemerintah (gratis).
Selain itu, waktu tempuh untuk kelulusan atau ke jenjang selanjutnya juga relatif pendek. Masing-masing hanya 3 tahun untuk Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Akhir (SMA). Meskipun waktu tempuh untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) cukup lama, yaitu 6 tahun . Tapi, karena gratis jadi tidak menjadi persoalan. Lain halnya, saat memasuki jenjang perkuliahan.
Di masa perkuliahan, selama masih mampu membayar uang semester dan tidak melebihi batas waktu 7 tahun atau yang dikenal dengan istilah DO (Drop Out), maka dianggap sah-sah saja. Akan tetapi, idealnya. Kuliah itu ditempuh dalam waktu 4 tahun atau 3,5 tahun jika mendapatkan predikat cumlaude.
Memorable. Barangkali itulah kata yang pantas disematkan untuk masa perkuliahan. Memulainya dari mahasiswa semester awal (MABA), hingga akhirnya menjadi mahasiswa semester akhir atau yang sering disebut senior. Lucu rasanya ketika mengingat kembali masa Mahasiswa Baru (MABA) dulu. Selain, bertemu dengan kawan-kawan seangkatan yang sama-sama culun, juga bertemu dengan kakak-kakak senior yang bijak dan penuh indoktrinasi.
Saya jadi teringat disuatu malam tongkrongan bersama dengan senior dan kawan-kawan yang lain. Saat itu, salah satu dari kawan saya bertanya kepada salah satu senior tentang bagaimana cara agar cepat selesai dalam per-kuliah-an.
Tidak memerlukan waktu yang lama bagi senior itu untuk memberikan sebuah jawaban. “ah! buat apa cepat selesai kalau tidak punya kerjaan. Lebih baik lambat selesai tapi tepat dari pada cepat tapi tidak tepat.” Begitu yang dia (senior) katakan yang membuat saya termangut-mangut.
Dia lalu melanjutkan kembali dengan sebuah penjelasan bahwa “toh, kenyataannya banyak yang sudah selesai tapi tidak tahu harus melakukan apa (kerja), dan disisi lain ada juga yang lambat selesai tapi langsung dapat kerjaan.” Sekali lagi saya hanya bisa mangut-mangut mendengar jawaban ada benarnya juga dan terasa sangat bijak itu.
Hingga, akhirnya saya berada pada masa-masa semester akhir. Dimana harapan orang tua seharusnya selesai hanya empat tahun, akan tetapi harus menambah semester lagi dan membayar lagi.
Tapi, dari situ saya belajar dan menyadari satu hal, bahwa tidak semua bahasa bijak seperti itu harus ditelan mentah-mentah. Boleh jadi, kita harus terlebih dahulu memahami. Karena, entah kenapa seolah-olah, apa yang senior bahasakan waktu itu menjadi tampak sebagai bahasa pasar yang sampai saat ini dipakai beberapa kawan mahasiswa yang sudah memasuki semester akhir. Ironinya, saya sendiri juga pernah menggunakan bahasa-bahasa itu sebagai pleidoi (pembelaan diri) ketika seringkali ditanya kapan selesainya.
Bukannya hendak mempersoalkan atau mengatakan bahwa apa yang dibahasakan oleh sebagian kawan atau senior itu salah. Itu urusan mereka yang tak ingin saya urusi. Akan tetapi, saya hanya menertawakan diri dan merefleksikan kembali bahwa bahasa seperti itu sebaiknya diproses kurasi terlebih dahulu. Melihat dari sudut pandang yang relevan dengan keadaan pribadi. Jangan-lah sampai menjadi korban omongan yang benar dari perspektif orang yang mengatakan.
Lagi pula, kuliah tidak gratis. Setiap semesternya harus dibayar jika masih ingin terdaftar aktif di akademik sebagai seorang mahasiswa. Belum lagi uang jajan, uang kos, dan keperluan lainnya. Bukankah kedua orang tua-lah yang bekerja keras untuk menopang semua kebutuhan itu. Apalagi kita terlahir dari latar belakang ekonomi keluarga yang berbeda. Syukur-syukur kalau membiayai kuliah sendiri atau berasal dari kelas ekonomi atas.
Ya begitulah. Karena kebodohan dan kedangkalan pengetahuan dalam menafsirkan perspektif orang lain. Hingga terkadang lupa bahwa ada jiwa dan raga yang selama ini terbebani.
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.