Karakter malu (siri) dalam lontara spertinya sepadan dengan terminologi pertama yakni al khajlan, sementara yang diperkenalkan dalam Islam adalah al haya. Makna dasarnya sama namun memiliki perbedaan batas, ruang dan cara mensikapinya, ,Seperti dalam hadits riwayat Imam Bukhari
وقال صلى الله عليه وسلم: الحياء لا يأتي إلا بخير
Artinya,
Rasulullah saw bersabda, adapun malu tidak akan mendatangkan/menghasilkan terkecuali kebaikan.
Etika islam membagi malu menjadi dua bagian, oleh syaikh Ali bin Muhammad bin Ali al Syarif al Hasani al Jurjani, yakni:
- Malu yang sumbernya dari dirinya sendiri (نفساني) yaitu rasa malu yang diciptakan Allah swt dalam diri individu, seperti malu untuk membuka aurat dan hubungan badan
- Malu yang sumbernya dari iman (ايماني) yaitu terhindarnya seorang mu’min dari perbuatan maksiat karena rasa takut pada Allah swt.
Solusi cappa kawali (ujung badik) secara konteks dimaknai sebagai ketegasan sikap yang dilakukan atas dasar pelanggaran nilai terutama jika berkonsekuensi pada siri. Ketegasan ini juga ditemukan dalam etika al mahmudah (mulia), yang disimbolkan dengan al syuja'(الشجاع) artinya, teguh hati, berani, tegas, gagah berani, tak takut, dan tak gentar.
Histori perkembangan dan kemajuan peradaban Islam melalui situs, catatan dan dokumen sejarah menguak sederetan tokoh dalam Islam yang memiliki karakter tersebut. Menarik untuk dikaji ternyata emosional mereka termenej dengan baik, dilakukan atas dasar rasio, pertimbangan kemanusiaan dan rahmatan lil alamin. Kalau pun ketegasan ini berbuntut pada gerakan jihad maka itu bukan tanpa alasan. Seperti pada QS al Baqarah : 190
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Terjemahnya;
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Ibn katsir mengutip pendapat sebagian ulama bahwa ini merupakan ayat pertama yang memerintahkan kaum muslim untuk memerangi orang musyrik, sebagai bentuk perlawanan, telah memerangi kaum muslim
(هذه الآية هي أول آية نـزلت في أمر المسلمين بقتال أهل الشرك.)
Senada dengan penjelasan di atas, peperangan justru diperintahkan ketika diketahui secara pasti bahwa ada orang yang memerangi, atau mempersiapkan rencana peperangan atau bahkan sedang melakukan agresi.
Deskripsi budaya bugis dan Islam dalam mengelola emosionalnya cukup jelas dan beralasan. Sikap tegas sebagai identitas dan integritas semestinya dipelihara, namun terkadang menjadi pintu untuk mencabut hak kemanusian individu lain, hanya karena alasan budaya siri.
Demikian halnya dalam memaknai ketegasan karena alasan kafir sehingga melegitimasikan untuk memeranginya dengan melalui pintu jihad, padahal Rasulullah saw cukup menghargai hak hidup, bahkan memberi peluang untuk secara bersama, memelihara sistem keamanan di Madinah, meski bekraund suku dan agama berbeda.
Nilai kemanusian dapat di cerminkan melalui pengakuan atas konsep kebenaran, kebijakan, kedamaian penghargaan atas hak dan kasih sayang antar manusia sebagai makhluk bermartabat.
Syaik Muhammad Syaltut menyebut dalam rangkaian definisi syari’ah seperti berikut ini,
النظم التي شرع الله اصولها لياخذ الانسان في علاقته بربه وعلاقته باخيه المسلم وعلاقته باخيه الانسان وعلاقته بالكون
Artinya
Syari’ah adalah peraturan yang dasarnya mengatur tentang hubungan dengan saudara sesama muslim, hubungan dengan saudara sesama manusia dan hubungan denga alam.
Batasan dalam defenisi ini cukup jelas memberikan peluang terhadap nilai universal kemanusiaan, sehingga alasan untuk memutus harkat kemanusiaan tidak serta merta dilakukan hanya dengan alasan siri dan jihad, karena eksekusinya sangat jelas prosedural, bikan serta merta lahir dari teriakan semata. Bugis berpesan “parakaiwi siri’mu narekko teddengi siri’ inrengengi siri’ alemu”. (peliharalah sifat malumu, kalau sudah hilang rasa malu pada dirimu maka pinjamlah rasa malu itu). Inti dari pesan bijak ini untuk berhati-berhati atas perbuatan yang efek domino pada siri, karena solusinya adalah ujung badik.