4. Sedekah
Meski sedekah itu modelnya bermacam-macam, bahkan senyum saja itu adalah sedekah. Namun dalam pembahasan ini dibatasi pada sedekah dalam bentuk harta, bukan yang lain. Lebih khusus lagi karena berkaitan dengan keuangan, berarti yang dimaksud adalah sedekah uang. Seperti apa struktur pengeluaran yang akan dirancang dalam keuangan keluarga bisa dipengaruhi oleh cara pandang manajer rumah tangga tentang sedekah. Ada 2 (dua) kemungkinan perspektif yang berkembang. Pertama, sedekah itu adalah murni pos pengeluaran yang hanya membebani anggaran, sehingga tidak diperlukan. Kedua, sedekah itu adalah pos pengeluaran yang memang membebani anggaran tapi penting menjadi perhatian.
Jika didasarkan dari apa yang nampak dan terhitung, tidak bisa dipungkiri bahwa sedekah itu membebani anggaran. Sudah tepat jika posisinya ada pada kelompok pengeluaran, bukan pada kelompok penerimaan. Namun kita ingin mendesain nantinya sebuah manajemen keuangan keluarga yang kaya akan nilai-nilai didalamnya. Hafidz Abdurrahman, dalam buku Islam Politik dan Spritual, menuliskan bahwa selain nilai materi (Al-Qimah Al-Madiyyah) yang menjadi tujuan perbuatan, juga ada nilai-nilai yang lain seperti nilai kemanusiaan (Al-Qimah Al Insaniyyah) dan nilai spiritual (Ar-Ruhiyyah).
Jadi sangat disayangkan tentunya jika proses yang kita jalankan nanti hanya sebatas bernilai materi saja. Akhirnya apa yang dilakukan tidak lebih hanya semata pada hitungan dan catatan-catatan angka diatas kertas saja. Analisis yang berkembang juga menjadi sempit yang berdampak pada kurangnya pilihan dalam mengambil keputusan. Nilai kemanusiaan dan nilai spiritual menjadi relevan dan penting juga hadir memberikan pengaruh dalam perspektif keuangan keluarga kita.
Sedekah ternyata dalam perspektif ajaran Islam itu tidak mengurangi harta sedikit pun. Bahkan sedekah dianggap justru akan semakin menambah harta, bahkan secara berlipat ganda. Reasoning tentang pandangan itu banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an. Misalkan dalam Surah Al Baqarah, 216, Allah SWT menjelaskan :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)”.
Ayat ini seperti memutar logika kita. Sedekah yang dilogikan pasti menjadi beban, mengurangi harta kita, justru malah dianggap menambah harta.
Sebenarnya konsep sedekah dalam Islam yang unik ini, bisa menghadirkan titik terang jika dibahas secara integratif, komprehensif, dan menggunakan timeline yang lebih lama. Orang yang bersedekah tidak bisa dilihat hanya dari satu aspek, dimana ada uang yang telah dikeluarkan sehingga otomatis itu mengurangi hartanya. Tapi perlu juga dilihat dari aspek sosial dan ekonomi yang ditimbulkan. Pasca pemberian sedekah akan tercipta relasi yang intim antara pemberi dan yang menerima. Bukan hal yang berat bagi yang sudah menerima manfaat sedekah untuk mengirimkan doa-doa mengetuk langit untuk kebaikan pemberi sedekah. Tentu ini adalah energi yang sangat positif bagi sang penderma. Sedekah juga punya daya ungkit dalam melancarkan peredaran uang. Artinya sedekah telah memberi dampak positif untuk menggerakkan ekonomi.
Sebuah situasi yang bisa membentuk siklus, dimana akhirnya dampak ekonomi yang stabil akan paling dirasakan manfaatnya bagi yang suka bersedekah. Kalau diamati seksama, maka banyak didapati keadaan orang yang suka bersedekah itu malah selalu menanjak dan bergerak naik. Bukannya jadi miskin, tapi yang ada semakin kaya. Usahanya tidak tutup karena sering sedekah, tapi justru semakin berkembang dan omzet semakin bertambah. Belakangan semakin marak sosok-sosok orang kaya yang berjiwa altruism maupun terlibat pada aksi-aksi filantropis. Fenomena ini sejiwa dan beririsan dengan sedekah.
Kita menutup bahasan ini dengan mengangkat sebuah hadis, dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku, “Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rezeki untukmu.” Hadis ini semoga semakin membawa kecenderungan kita untuk mengambil perspektif bahwa sedekah itu diperhatikan dalam manajemen keuangan keluarga.
Perspektifnya jelas bahwa sedekah itu memang membebani anggaran pengeluaran, tapi itu kasat mata saja. Hakikatnya sedekah itu akan mengembangkan harta, melancarkan rezeki, dan bisa mendongkrak sisi penerimaan keuangan kita. Meski itu dampaknya tidak bersifat langsung