OPINI — Media sosial telah menjadi fenomena yang mengubah cara kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi platform yang sangat populer bagi orang-orang untuk berbagi pikiran, mengungkapkan pendapat, dan menyebarkan pesan-pesan mereka. Tidak hanya itu, media sosial juga telah menjadi tempat yang potensial bagi dakwah agama. Namun, seperti halnya dengan semua aspek kehidupan, ada dua sisi dalam penggunaan media sosial sebagai wadah untuk berdakwah.
Di satu sisi, media sosial memberikan kesempatan yang luar biasa untuk menyebarkan pesan dakwah kepada audiens yang luas dan beragam. Dengan jutaan pengguna aktif setiap hari, pesan dakwah dapat mencapai orang-orang dari berbagai latar belakang, agama, dan kepercayaan. Ini berarti bahwa para penceramah dan da’i dapat dengan mudah mencapai orang-orang yang mungkin tidak memiliki akses langsung ke pusat-pusat keagamaan atau kesempatan untuk berpartisipasi dalam ceramah dan kuliah agama secara fisik.
Selain itu, media sosial juga memungkinkan penyebaran pesan dakwah dengan cepat dan mudah. Dalam hitungan detik, sebuah video, tulisan, atau postingan dapat menjadi viral dan diakses oleh jutaan orang diseluruh dunia. Ini memberikan kesempatan bagi para da’i untuk mencapai audiens yang jauh lebih luas daripada yang pernah mereka bayangkan sebelumnya. Dengan demikian, media sosial telah membuka pintu bagi para penceramah dan da’i untuk memperluas jangkauan pesan dakwah mereka dan menyebarkannya secara lebih efektif.
Selain itu, media sosial juga memberikan kesempatan untuk interaksi langsung antara da’i dan audiensnya. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, orang-orang dapat dengan mudah berinteraksi dengan da’i melalui komentar, pesan pribadi, atau live streaming. Ini memungkinkan pertukaran pemikiran, pertanyaan, dan diskusi seputar agama. Interaksi ini tidak hanya memungkinkan da’i untuk memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang ajaran agama, tetapi juga memungkinkan audiens untuk berbagi pemikiran mereka, mengeksplorasi lebih lanjut tentang agama, dan memperdalam pemahaman mereka.
Namun, disisi lain, penggunaan media sosial sebagai wadah untuk berdakwah juga memiliki tantangan dan risiko. Salah satu tantangan utama adalah fluktuasi kebenaran dan keakuratan informasi yang disebarkan di media sosial. Dalam lingkungan yang terbuka dan terhubung secara global, tidak ada jaminan bahwa pesan dakwah yang disebarkan adalah benar atau sesuai dengan ajaran agama yang sebenarnya. Ini memerlukan kebijaksanaan dan kewaspadaan dari pengguna media sosial dalam memverifikasi informasi sebelum mereka menerima dan menyebarkannya lebih lanjut.
Selain itu, media sosial juga rentan terhadap polarisasi dan konflik. Diskusi dan debat di media sosial sering kali berakhir dengan konfrontasi dan pertentangan antara individu yang memiliki pandangan berbeda. Dalam konteks dakwah, hal ini dapat mempengaruhi efektivitas pesan yang ingin disampaikan dan dapat memperumit upaya membangun pemahaman dan toleransi antar umat beragama.
Media sosial juga sering kali menjadi sarang bagi pembicaraan yang tidak sehat, memicu fanatisme dan menyebarkan kebencian. Ketika media sosial digunakan sebagai wadah untuk berdakwah, penting bagi para da’i untuk berhati-hati dan memastikan bahwa pesan mereka tidak digunakan untuk memprovokasi atau merendahkan kelompok atau individu lain. Dakwah seharusnya bertujuan untuk membawa kedamaian, pemahaman, dan harmoni antara sesama umat beragama.
Berdakwah memang sudah menjadi kewajiban bagi setiap umat Islam, sebagaimana dalam Al-Qur’an dijelaskan.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”
Inilah yang menjadi tanda bahwa memang pada dasarnya dakwah itu merupakan sesuatu hal yang wajib dan diperintahkan langsung oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.
Dalam kesimpulan, media sosial adalah wadah yang potensial bagi dakwah agama. Ini memberikan kesempatan yang luas untuk menyebarkan pesan dakwah kepada audiens yang lebih luas, memfasilitasi interaksi langsung antara da’i dan audiensnya, dan memungkinkan pertukaran pemikiran dan diskusi seputar agama. Namun, penggunaan media sosial sebagai wadah untuk berdakwah juga harus mempertimbangkan tantangan dan risiko yang ada, termasuk fluktuasi kebenaran informasi, polarisasi, konflik dan potensi penyebaran kebencian. Dalam menggunakan media sosial sebagai wadah dakwah, penting untuk mengedepankan prinsip-prinsip kebenaran, pemahaman dan kedamaian dalam menyebarkan pesan agama kepada orang lain. (*)