Berapa estimasi surplus dari anggaran bulanan?
Salah satu bentuk integrasi anggaran tahunan dan bulanan ada pada poin ini. Jadi dari sisi pemasukan anggaran tahunan, bisa mengestimasi dari prediksi surplus atau kelebihan anggaran bulanan. Anggaplan setiap bulan diprediksi rata-rata ada surplus Rp. 500.000, berarti selama 12 bulan akan ada total surplus sebesar Rp. 6.000.000. Angka ini yang nanti dimasukkan dalam pos pemasukan untuk anggaran tahunan yang dibuat.
Adakah yang perlu dipersiapkan untuk rencana jangka panjang?
Selain untuk meng-cover pengeluaran yang siklusnya bukan bulanan (kuartal, semester, atau tahunan), salah satu tujuan utama membuat anggaran tahunan memang untuk menjadi pedoman perencanaan yang sifatnya jangka panjang (long term). Karakter rencana jangka panjang yang paling menonjol adalah jadwalnya yang temporal, insidental, monumental, dan volume anggarannya juga lebih besar. Misalkan jika selama ini sebuah keluarga masih mengontrak rumah, maka sebaiknya ada rencana jangka panjang untuk memiliki rumah sendiri. Selain untuk menciptakan kenyamanan, juga akan meningkatkan kualitas keuangan karena bisa mengkonversi biaya atau beban menjadi aset. Contoh yang lain adalah rencana ibadah, baik umroh maupun haji.
Meski terkait ibadah ini sifatnya panggilan dan banyak tersaji keajaiban (miracle) terkait jalan cerita berhajinya seseorang, namun tetap perlu ada perencanaan untuk itu. Misalkan berangkat bersama pasangan dicanangkan terwujud pada 5, 10, atau mungkin 20 tahun pasca pernikahan. Rencana-rencana inilah yang nanti masuk dalam komponen anggaran tahunan yang dibuat.
Selanjutnya kita akan mulai menyusun anggaran rumah tangga keluarga untuk periode bulanan. Agar mudah dimengerti kita akan susun dalam bentuk yang lebih praktis dan langsung dengan metode simulasi sederhana. Jadi ada 2 (dua) sisi yang akan dijelaskan secara singkat dan sedikit didetailkan. Pertama, sisi pemasukan (cash in) dan kedua, sisi pengeluaran (cash out). Berbeda dengan penyusunan neraca, maka dalam proses budgeting, keseimbangan bukan perkara wajib. Kenapa? Karena memang aktivitas budgeting lebih fokus dan membuat cerminan pada pergerakan kas (cash flow).
Ada 3 (tiga) kemungkinan yang bisa muncul nanti berkaitan dengan posisi anggaran keuangan dalam budgeting :
Surplus, jika kas masuk (cash in) lebih besar dari kas keluar (cash out);
Impas, jika kas masuk (cash in) sama dengan kas keluar (cash out);
Minus, jika kas masuk (cash in) lebih kecil dari kas keluar (cash out).
Meski demikian dalam proses budgeting yang bersifat perencanaan, maka proyeksi yang harus dilakukan adalah anggaran yang akan menghasilkan surplus. Hal ini untuk memastikan bahwa yang kita rancang adalah sebuah penganggaran yang sehat dan protektif terhadap utang.