Anggaplah dana kas yang akan kita kelola dalam sebulan sebesar Rp. 10.000.000,-. Dana ini jika dibuat dalam skema anggaran, maka bisa diuraikan sebagai berikut :
Pemasukan (Cash In)
Sumber pemasukan bisa dibagi menjadi 3 (tiga) bagian :
Penghasilan reguler/rutin.
Pemasukan jenis ini biasanya berlaku pada keluarga yang ditopang oleh seorang yang berstatus karyawan/Aparatur Sipil Negara (ASN) , ataupun profesi lain yang sistem kompensasinya berbentuk gaji bulanan. Selain gaji pokok biasanya juga ada tambahan tunjangan/penghasilan yang sifatnya menambah penghasilan siap pakai (take home pay). Kita misalkan jumlahnya untuk ini Rp. 7.500.000.
Penghasilan tambahan.
Pemasukan jenis ini diambil dari penghasilan diluar pekerjaan utama. Besarannya mungkin tidak tetap, tapi sifatnya potensial karena ditopang oleh usaha yang produktif. Misalkan istri dirumah punya bisnis jualan produk secara online (OL Shop) yang sudah berjalan stabil dan menghasilkan profit bulanan. Meski jumlahnya mungkin belum besar tapi bisa dianggap cukup berkontribusi menambah pemasukan. Kita masukkan angka untuk bagian ini Rp. 1.500.000.
Pemasukan dari dana cadangan.
Pemasukan ini kita tidak anggap penghasilan, karena sebenarnya bukan dana yang betul-betul baru didapatkan. Dana ini hanya bersumber dari surplus dana atau tabungan masa lalu yang kebetulan pada bulan anggaran berjalan perlu dimasukkan dalam komponen belanja. Bisa saja karena ada pengeluaran yang jatuh tempo atau ada rencana prioritas yang sudah akan dieksekusi.
Sumber pemasukan ini sebenarnya pilihan (optional), terutama jika konsep yang dikembangkan memang bermaksud mengintegrasikan pengeluaran insental pada anggaran tahunan dengan anggaran rutin bulanan. Namun jika memilih untuk dipisahkan, berarti dana cadangan ini bisa dibuatkan pos tersendiri khusus untuk alokasi pengeluaran yang bersifat jatuh tempo atau jangka panjang saja.
Adapun untuk simulasi ini, kita tetap munculkan dulu dengan besaran Rp. 1.000.000.
Setelah ketiga sumber pemasukan ini kita jumlahkan, maka dalam skema anggaran nanti total pemasukan jumlahnya sebesar Rp. 10.000.000
Pengeluaran (Cash Out)
Komponen-komponen pada pengeluaran ini kita akan urutkan berdasarkan skala prioritas. Urutannya juga mengacu pada bangunan perspektif dan prinsip-prinsip dasar perencanaan keuangan keluarga yang sudah dibahas sebelumnya. Secara garis besar, pengeluaran bulanan bisa dibagi menjadi 4 (empat) :
Utang
Meski dari awal sudah ditekankan untuk menghindari dan menjauhi utang, tapi pada simulasi ini kita masukkan dengan asumsi ada yang sudah terlanjur mengambil utang atau malah sudah terjerat utang. Jika anda memiliki utang baik dari pinjaman tunai, karena ikut arisan atau punya cicilan kredit barang, maka perlu langkah serius untuk melunasi sesegera mungkin. Kalaupun tidak bisa sekalian, maka bisa dilakukan secara bertahap.
Cara yang paling praktis adalah dengan menganggarkan dana pembayaran utang setiap bulan dan posisinya harus menjadi prioritas utama dan pertama. Misalkan untuk simulasi ini kita alokasikan Rp. 500.000,-
Infaq, Sedekah, Zakat, dan Pajak
Ini juga termasuk pos pengeluaran yang sebaiknya dianggarkan sejak awal. Andai tidak ada utang, berarti posisinya bisa diangkat menjadi pengeluaran pos pertama. Diantara yang disebutkan, maka pengeluaran yang paling relevan untuk periode bulanan adalah infaq dan sedekah. Adapun zakat (harta) dan pajak (kendaraan) biasanya siklus pengeluarannya tahunan, karena terikat haul dan masa jatuh tempo. Kecuali beberapa jenis zakat yang tidak terikat haul seperti zakat pertanian atau pajak penghasilan. Namun untuk pajak penghasilan, biasanya juga sudah terpotong secara otomatis oleh bendahara ditempat kerja, sehingga apa yang diterima sudah merupakan gaji bersih. Anggaplah untuk simulasi ini kita masukkan saja semuanya, jadi infaq/sedekah Rp. 100.000, zakat Rp. 250.000, dan pajak kendaraan Rp. 400.000. Total pengeluaran untuk komponen ini sebesar Rp. 750.000.