Tabungan
Tabungan itu penting, asal tujuannya penting dan produktif. Bukan semata untuk menyimpan dan menghambat perputaran uang. Agar konsisten menabung, anggarkan tabungan sejak awal. Anggap sebagai pengeluaran wajib. Jadi kita perlu mengubah persepsi keliru yang menganggap tabungan itu berasal dari dana surplus, menjadi persepsi baru bahwa tabungan itu adalah bagian dari pos pengeluaran. Sehingga kita akan masukkan tabungan dalam komponen anggaran. Sebaiknya besaran tabungan dialokasikan dengan persentase tetap, misalkan 15% dari total penghasilan. Jadi mengacu pada jumlah penghasilan, pada simulasi ini kita akan anggarkan Rp. 1.500.000.
Konsumsi rutin bulanan
Sekarang kita bisa menetapkan konsumsi rutin yang harus dikeluarkan setiap bulan. konsumsi bulanan ini bisa dibagi menjadi beberapa kategori lagi, seperti untuk pendidikan (uang sekolah, uang SPP/UKT), belanja rumah tangga (beras, gula, minyak goreng, kopi, gas, sabun mandi, deterjen, bahan cuci piring, dan sebagainya), belanja transportasi (bbm, ganti oli, tol, dan parkiran), belanja tagihan (listrik, air, telepon, internet, iuran kebersihan dan keamanan), belanja gaji asisten rumah tangga (supir, pengasuh, atau housekeeper), dan yang terakhir untuk belanja hiburan (rekreasi, makan diluar, kunjungan silaturahmi, dan penyaluran hobi). Sebenarnya semakin detail akan semakin bagus, namun pada simulasi ini kita cukup alokasikan pengeluaran bulanan berdasarkan kelompok besarnya saja, misalkan pendidikan Rp. 300.000, belanja rumah tangga Rp. 3.000.000, tagihan Rp. 1.000.000, transportasi Rp. 1.000.000, gaji pengasuh Rp. 700.000, dan untuk hiburan Rp. 500.000. Jika dijumlahkan maka total pengeluaran untuk konsumsi rutin sebesar Rp. 6.500.000. Tentu komponen ini sangat fleksibel dan tergantung kondisi keluarga setiap orang, sehingga nanti bisa disesuaikan dengan konteks keluarga masing-masing.
Berdasarkan alokasi dan rekapitulasi semua jenis pengeluaran, maka didapatkan angka dalam anggaran bulanan yang kita susun adalah sebesar Rp. 9.250.000 untuk sisi pengeluaran. Sehingga jika selisihkan dengan jumlah pemasukan yang sebesar Rp. 10.000.000, maka masih didapatkan surplus anggaran sebesar Rp. 750.000. Untuk pencatatan dan pembacaan anggaran yang lebih mudah, sebaiknya nanti dibuat menggunakan aplikasi seperti excel atau yang lain, baik yang offline maupun online (baca kembali tulisan pada bagian III).
Dana surplus inilah yang nanti akan diposisikan sebagai dana cadangan. Bisa secara khusus ditempatkan sebagai dana cadangan pembiayaan yang merupakan tagihan masa depan (jatuh tempo) dan sebagai dana cadangan keperluan emergency (pengobatan keluarga yang sakit atau pemeliharaan kendaraan). Bisa juga nantinya digunakan untuk menambah pos tabungan dalam rangka mewujudkan impian dan rencana-rencana jangka panjang, baik tujuan konsumtif seperti beli kendaraan, maupun tujuan produktif seperti untuk menjadi modal awal dalam berbisnis dan berinvestasi. Mudah-mudahan semua ini bisa dilakukan secara disiplin, penuh kesungguhan dan komitmen yang tinggi. Sehingga ibarat pepatah meski mungkin surplus dan tabungan tidak banyak, tapi karena konsisten maka sedikit-demi sedikit lama-lama juga menjadi bukit.
Demikian tulisan pada bagian keempat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan. Dengan adanya kemampuan menyusun sendiri anggaran keluarga, semoga keuangan kita lebih terukur, terkontrol, efektif dan efisien. Minimal bisa berfungsi sebagai strategi pertahanan keuangan keluarga ditengah dampak krisis akibat wabah Covid-19.
Sebenarnya sebagian besar poin-poin penting dalam manajemen keuangan keluarga sudah dibahas dalam rangkaian tulisan berseri ini. Namun hemat penulis, ada beberapa topik atau materi suplemen masih perlu dihadirkan untuk melengkapi pembahasan yang sudah ada. Beberapa yang mungkin menarik adalah yang terkait cara mengelola atau strategi keluar dari jeratan utang, mengembangkan bisnis dan investasi skala rumah tangga, atau bahasan khusus pengelolaan gaji bagi kelompok karyawan dan Aparatur Sipil Negara. Insya Allah akan dibahas pada bagian-bagian berikutnya. (*)
Penulis : Tamsil Hadi, M.M.
(Salah satu admin Grup FB : Klub Belajar Keuangan dan Akuntansi)