PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Imtaq dan Iptek adalah isu yang sudah cenderung “usang” sebagai sebuah tema diskursus yang “disepakati” dalam kancah wacana akademis umat Islam di Indonesia, walaupun belum sepenuhnya terwujud dalam segala level.
Integrasi antara Imtaq dan Iptek adalah sebuah proyek besar yang strategis dalam membangun peradaban manusia masa depan. Imtaq dan Iptek adalah gugus entitas sebagaimana gugus jasmani dan rohani, gugus dunia- akhirat, gugus laki-laki dan perempuan, gugus siang dan malam, dan seterusnya. Kedua kutub gugus tersebut diposisikan dalam pola “dikotomis”.
Masing-masing dari pasangan gugus tersebut tidak harus dilihat sebagai lawan satu sama lain, melainkan “sharing partner” menuju idealitas. Imtaq dan Iptek ibarat dua sisi mata uang yang hanya dapat diidentifikasi secara berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Penempatan secara terpisah kedua hal tersebut akan berakibat pada ketimpangan out putnya.
Pandemi Covid-19 yang tengah melanda dunia dapat dilihat sebagai laboratorium besar untuk realisasi proyek besar tersebut dalam menyikapinya. Pendekatan secara terpisah dan berdiri sendiri dari entitas tersebut dalam konteks Pandemi Covid-19 akan melahirkan solusi yang pincang. Walaupun praktiknya masih tetap berjalan.
Kondisi pandemic merupakan ruang dan waktu pendekatan secara simultan – simbiotik – mutualis antara Imtaq dan Iptek dalam menyikapi masalah krusial dan multi dimensi ini.
Kedua entitas tersebut satu sama lain akan saling memberikan pemaknaan secara timbal-balik dalam arti teknis maupun dalam arti ideologis. Imtaq akan memberikan kerangka ideologis bagi landasan Iptek, sementara Iptek menjadi kerangka teknis aplikatif serta operasional Imtaq.
Wujud nyata Imtaq dan Iptek dalam konteks perang melawan Pandemi Covid-19 ini adalah mendorong upaya atau ikhtiar konkrit yang bersifat teknologis. Belajar pada kasus penomena Covid-19 dengan segala konteksnya secara ilmiah dan historis. Tegasnya melihat Pandemi Covid-19 dari sisi ilmiah atau menyikapi pandemi dengan menggunakan data dan analisa ilmiah singkatnya menggunakan rekomendasi ilmiah dalam menyikapi pandemi ini.
Paling tidak mau memanfaatkan pengalaman orang lain sebagai ilmu dalam menyikapi hal yang sama. Dalam konteks yang lebih jauh pendekatan Iptek adalah mendorong lahirnya dan penggunaan teknologi mutakhir dalam menangani Pandemi Covid-19 secara komprehensif, mulai dari hulu sampai hilir.
Pendekatan Iptek meniscayakan manusia khususnya yang punya kompetensi untuk terus menerus berpikir, berinovasi, bereksperimen tiada henti dalam rangka menemukan cara, metode serta alat yang semakin, efektif dan efisien. Pendekatan Iptek adalah pendekatan yang berbasis pada kesadaran, sikap dan aksi berbasis rasional, logis, terbuka sebagai ciri ilmiah. Itu sebanya pendekatan Iptek jika berjalan sendiri dapat menjebak atau berpotensi menyeret penggunanya meremehkan pendekatan di luar prinsip iptek. Bahkan memandang pendekatan di luar pendekatan ini tidak produktif.
Imtaq adalah pemikiran, kesadaran dan aksi dengan pendekatan yang berbasis mental spiritual. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan ini tidak lepas dari hak prerogative Tuhan. Untuk menghadapi hal-hal tersebut maka harus menyandarkan pada Tuhan. Sabar, ikhlas, tabah, dan syukur ataupun istighfar adalah konten nilai substasinya. Itulah sebabnya pendekatan secara mandiri dapat menjebak dan berpotensi dalam melahirkan sikap “pasif-apatis dan meremehkan” upaya-upaya di luar pendekatan itu.
Dari dua gambaran singkat di atas terlihat bahwa pada dasarnya kedua pendekatan tersebut semuanya dibutuhkan tanpa kecuali. Jika berbicara skala prioritas, dalam arti mana yang diprioritaskan maka itu tergantung pada siapa yang mengusungya. Apakah basisnya di Iptek atau Imtaq. Namun itu hanya persoalan sudut pandang subjektif. Hal itu disebabkan karena manusia sebagai pengusung dua paradigma pendekatan sangat langkah yang memiliki kedua pendekatan terserbut secara mumpuni dalam arti ideal.
Penempatan pada skala prioritas salah satu dari dua paradigm pendekatan tersebut bagi penulis bukan sesuatu yang mengganggu, yang terpenting ada titik temu kesadaran yang sama, meskipun itu berbeda cara realisasinya. Pendekatan paradigma Iptek silakan digunakan secara maksimal, yang terpenting bahwa kesadaran akan fungsi dan kedudukan Iptek sejatinya adalah untuk bertemu Tuhan.
Demikian pula silakan menggunakan paradigma pendekatan Imtaq secara maksimal, yang terpenting adalah kesadaran akan kedudukan dan fungsi Imtaq, yang sejatinya bertemu dengan Tuhan dalam lapangan alam semesta. Artinya Iptek yang dibangun atas kesadaran teologis Imtaq, dan Imtaq dibangun atas kesadaran implementatif.
Dalam ajaran Islam, Imtaq dan Iptek dapat dilihat pada dua konteks dasar keberadaan manusia yaitu Konteks Hamba dan Konteks Khalifah. Hamba adalah prototype Imtaq, sedangkan Khalifah adalah prototype Iptek. Hamba dan khalifah dapat diidentifikasi masing-masing tetapi dalam konteks integrasi. Dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Seorang manusia harus menjadi hamba yang baik sekaligus menjadi Khalifah yang baik.
Tolok ukur masing-masing keduanya adalah hamba yang baik adalah ketika dia bisa menjadi khlaifah yang baik. Demikian juga Khalifah yang baik adalah yang bias menjadi hamba yang baik. Dalam konteks lain titik temu antara Imtaq dan Iptek adalahtergambar dalam Statemen kitab Suci al-Quran “Rabbana Ma Khalaqta haadza batilan, subhaanaka Faqina Adzaabannar (Q.S Ali Imran (3) 191). Statemen tersebut hanya dikatakan oleh seorang yang berkesadaran teologis tinggi dan orang yang memiliki kesadaran, dan keterampilan teknologis yang mumpuni.
Dengan kata lain yang bisa menyatakan secara tulus statemen tersebut hanyalah orang yang meiliki kecerdasan multi dimensi, paling tidak memiliki kecerdasan Intelektual, Emosional-Spiritual, Kinestetik.
Oleh karena itu, menghadapi Pandemi Covid-19 ini, secara ideal harus digunakan paradigma imtaq dan Iptek.
Setidaknya ada tiga alasan yaitu;
1. Sisi teologis normative yaitu pendekatan imtaq dan Iptek secara bersamaan adalah mengantarkan manusia pada jati diri yang sebenarnya.
2. Penggunaan Imtaq dan Iptek secara bersamaan akan melahirkan out put kondisi mental Imtaq dan Iptek spiritual yang kokoh dan stabil.
3. Realisasi proyek unifikasi antara Imtaq dan Iptek.
In uridu illa al-islah mastataktu, wa ma taufiqi illa bi Allah wa ilaihi unib. Wa Allahu al-Muwaffiq Ila Aqwaam al-Thariiq. Wa Allahu ‘a’ lam bi al-shawab. Wassalam.
Oleh : Bahtiar
(Tenaga Pendidik IAIN Parepare)
Editor: Misbah Sabaruddin