Saat ini di sekolah-sekolah hampir semuanya mengeluhkan penerapan pembelajaran jarak jauh ini. Masalah umumnya adalah kurang efektifnya pembelajaran dengan model jarak jauh ini. Keaktifan dalam partisipasi peserta didik umumnya sangat rendah. Dengan berbagai alasan peserta didik sebagian besar acuh tak acuh dengan pembelajaran. Pendidik juga sebagian kehabisan trik dan kiat untuk membangun partispasi peserta didiknya dalam pembelajaran. Akibatnya banyak yang pasrah, sambil melakukan apa adanya di tengah penantian pemberlakuan sekolah tatap muka Off Line yang masih tarik ulur.
Sejatinya tidak ada sistem dan model pembelajaran yang tidak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penggabungan model dan sistem adalah sesuatu yang niscaya dilakukan di tengah pandemi covid 19 ini yang hadir memaksa tanpa kompromi. Kelebihan off line memang lebih mudah mengontrol partisipasi peserta didik, lebih mudah melihat masalah yang ada.
Sementara itu yang menjadi kaekurangan dalam pembelajaran On Line. Sebaliknya pembelajaran On Line kekuatannya pada fleksibilitas layanan yang diberikan. Sistem ini mampu membuka partispasi secara langsung dengan kondisi peserta didik yang tidak memungkinkan hadir di satu tempat karena satu dan lain hal, misalnya sakit tetapi masih mungkin belajar dan mengajar di tempat terpisah, pelaksanaan pembelajaran yang tiba-tiba padahal peserta didiknya lumayan berdomisili yang tidak mudah segera dikumpulkan di satu tempat. Sementara kelemahan sistem ini adalah dalam hal kontrol partispasi peserta didik secara komprehensif sangat terbatas, padahal pembelajaran sebagai alat pendidikan menganut kaidah ‘Proses dan hasil sama-sama penting’. Mengukur pengembangan aspek-aspek kepribadian peserta didik yang menjadi sasaran pendidikan dan pembelajaran yang mencakup minimal Kognitif, Afektif dan Psikomotorik yang dalam perspektif kecerdasan minimal aspek kecerdasan Intelektual, Emosional dan Kinestetik. Aspek afeksi dan keterampilan atau psikomotorik atau aspek kecerdasan emosional dan Kinestetik adalah aspek yang cenderung lebih sulit dikontrol dan dibangun dalam pembelajaran jarak jauh tentunya.
Tetapi bukan berarti tertutup sama sekali peluang untuk itu. Kreativitas dari pendidik yang tinggi dan integritas pada profesinya yang kuat, sejatinya akan menjadi modal dasar yang sangat penting untuk itu. Akar persoalan yang mendasar sesungguhya yang menjadi pemicu massifnya keluhan tidak efektifnya pembelajaran jarak jauh adalah motivasi pemelajar (guru) dan Pembelajar (peserta didik) serta jebakan kebiasaan atau tradisi oral yang membingkai perilaku belajar kita selama ini. Yaitu suatu perilaku dalam belajar yang seolah-olah tidak bisa terjadi tanpa bertemu langsung menyaksikan apa yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik.
Di masa Pandemi Covid 19 yang masih menebar ancaman ini diperlukan terobosan-terobosan cerdas tetapi tidak mengabaikan ancaman penularan virus yang berbahaya ini. Dalam khazanah kearifan lokal Bugis ada prinsip atau satu paseng ‘Lalo Bekke Tammakkasape’ yang maknanya bijak dalam melakukan sesuatu yang pada dasarnya dalam sisi tertentu dilarang karena alasan tertentu tetapi tetap dilaksanakan secara bertanggungjawab tanpa menabrak rambu-rambu atau aturan yang ada.
Berikut ulasan selengkapnya…