Oleh: Indah Pratiwi
(Pengajar di Jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol Unismuh)
Adaptasi sistem pembelajaran di Indonesia mengalami perubahan mendadak dan signifikan di masa pandemi COVID-19, seluruh kegiatan belajar mengajar terpaksa harus dilaksanakan dari rumah. Dengan kondisi yang demikian, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan media daring menjadi solusi awal pemecahan masalah dan hingga kini masih terus berjalan. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh
Perubahan yang tiba-tiba ini kemudian menjadi tantangan bagi guru, dosen, maupun orang tua dalam proses pelaksanaannya, meskipun sebagian besar masyarakat terutama di kota-kota besar sudah familiar dengan internet, namun jika dilihat dari sisi operasionalnya sendiri masih belum dapat diterapkan dengan baik, sehingga kegiatan belajar mengajar belum bisa berjalan dengan optimal. Penyebab utamanya adalah belum meratanya akses jaringan internet yang lancar, ketersediaan teknologi media belajar, seperti laptop dan telepon pintar.
Setiap jenjang pendidikan pun menggunakan perlakuan dan metode pembelajaran yang berbeda pula. Bagi guru sekolah PAUD atau TK misalnya, media yang mungkin lebih sesuai dengan para siswanya adalah sesuatu yang lebih bersifat bermain sambil belajar, seperti fasilitas video, voice note, dan YouTube, namun tetap perlu pendampingan penuh dari orang tua.
Anak Sekolah Dasar juga menggunakan media-media tersebut yang diselingi dengan penggunaan aplikasi WhatsApp Group dan Zoom. Bukan hal mudah memang, karena masih ada anak yang belum bisa mengoperasikannya secara mandiri. Untuk Jenjang Sekolah Menengah dan Pendidikan Tinggi, dengan semua pilihan media pembelajaran yang ada, tentu pula juga dibutuhkan inovasi dari pendidik agar peserta didik tidak jenuh, tanpa mengesampingkan poin capaian pembelajaran.
Meski dengan pembelajaran daring akan memberikan kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi bahan ajar, namun pendidik tetap harus bisa memilih dan membatasi cakupan materi serta aplikasi yang cocok dengan materi dan metode belajar yang digunakan. Maka dari itu, para pendidik wajib memiliki kemampuan merancang dan mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif dengan pemanfaatan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan peserta didik.
RRI “Menghadirkan” Guru di Rumah
Sejak Hari Lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI) di tahun 1945, RRI sebagai lembaga penyiaran independen telah memberikan pelayanan siaran informasi dan pendidikan di seluruh Indonesia dan sebagai jawaban dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan di masa krisis COVID-19, mereka menghadirkan program siaran khusus “Belajar di RRI”.
Program yang disiarkan setiap Senin-Jumat pukul 10.00-11.00 waktu setempat menghadirkan guru sekolah untuk mengajar di udara yang juga menyediakan sesi tanya jawab interaktif melalui sambungan telepon dan WhatsApp. Selain membantu siswa dan guru agar dapat berkomunikasi mengenai materi pelajaran, inovasi ini juga mampu membangkitkan atmosfer proses belajar mengajar layaknya tatap muka di kelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa radio memiliki peran imajinatif yang tinggi. Dengan ciri khas auditif yang dimiliki oleh radio, metode tersebut menjadi semakin efektif dan interaktif dan dapat menghidupkan theater of mind.
Sejak program tersebut diluncurkan pada 26 Maret-9 April 2020, tercatat 715 sekolah baik SD, SMP, maupun SMA telah ikut berpartisipasi. Program ini juga mendapatkan respons positif dari masyarakat karena tidak hanya disiarkan melalui radio, namun ada beberapa satuan kerja RRI yang berinisiatif melakukan siaran paralel secara live melalui kanal YouTube atau RRI Play Go yang dapat diunduh di Play Store.
Memilih radio sebagai pelengkap media belajar lainnya merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan dalam menghadapi masa krisis saat ini, karena tidak semua daerah di Indonesia memiliki jaringan internet yang baik, kalaupun memiliki jaringan internet yang lancar, siswa atau orang tua siswa juga mesti menyiapkan kuota untuk bisa mengakses internet. Oleh karena itu, belajar melalui radio menjadi solusi karena biaya yang dikeluarkan relatif kecil dengan jangkauan yang lebih luas. Mendengarkan radio hampir tidak membutuhkan biaya sama sekali dan peserta didik bisa mengikuti pelajaran secara jernih dan lancar yang diberikan oleh gurunya langsung di studio.
Masa pandemi telah membuka mata masyarakat bahwa pembelajaran multi platform internet, TV dan saluran radio merupakan model pembelajaran yang mesti dipertahankan meski krisis ini telah berakhir. Kemendikbud diharapkan dapat terus meningkatkan mutu konten pembelajaran melalui Lembaga Penyiaran Publik seperti TVRI dan RRI. (*)
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.