Penulis: Faridatus Sae, Sosio
(Aktivis Dakwah Kampus, Alumni S1 Universitas Airlangga)
SGIE (State of the Global Islamic Economy) merupakan laporan menyeluruh yang memberikan gambaran mendalam tentang keadaan ekonomi Islam secara global. SGIE ini sempat viral karena muncul di debat presiden, yaitu sebuah pengembangan industri halal (bisnis halal) dan seolah menjadi angin segar terhadap perekonomian di Indonesia, terutama bagi warga yang muslim. Seorang muslim, jika ingin membeli tentu yang pertama diperhatikan adalah logo halalnya. Banyak yang tercakup dalam bisnis halal, mulai dari bisnis makanan halal, pakaian muslimah, kosmetik halal, bahkan pariwisata halal semakin mudah diakses oleh masyarakat, termasuk fintech-fintech halal juga sudah mulai bermunculan.
Global Islamic Economy ini memiliki daya tarik sendiri di tengah-tengah pemuda muslim. Sedangkan, negeri ini menginginkan untuk meraih posisi yang memimpin di bisnis halal (leader of halal industry) ini. Maka, inilah fakta yang akan dihadapi oleh pemuda muslim di masa yang akan datang. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan, apakah ini akan menjadi peluang besar bagi pemuda muslim dan dimana sebenarnya peran pemuda dalam rencana ekonomi syariah ini?
Sebagai pemuda muslim tentunya harus menggunakan islam sebagai standart berpikir dan bersikap, yaitu kembali pada ayat Alquran:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah (2) : 186)
Dalam hal ini, jelas disampaikan bahwa sebagai orang yang beriman (pemuda muslim) diperintahkan untuk berislam secara kaffah (menyeluruh) yang artinya islam diambil semuanya bukan diambil yang diinginkan saja karena Islam bukan prasmanan. Seluruh aspek kehidupan manusia harus menggunakan standart islam, dalam hal makanan, minuman, pakaian, pergaulan, pendidikan, ekonomi, kesehatan, hukum, dan lainnya. Begitu juga dalam hal bisnis halal yang termasuk bagian aspek ekonomi.
Sedangkan posisi pemuda negeri ini adalah sebagai pelaku bisnis UMKM dan konsumen (pasar), dan dengan banyaknya pemuda yang bisnis menunjukkan bahwa pemuda hanya menjadi pelaku UMKM, sehingga pemerintah hanya melakukan penguatan UMKM saja.
Struktur penduduk Indonesia di dominasi oleh Millenial 26,86% dan Gen-Z 29,16%. Millennial dan gen-Z bukan hanya menjadi pelaku UMKM, tetapi sebagai konsumen produk halal terbesar. Tahun 2023, pemuda dan dewasa muda Muslim (usia 15-29 tahun) mencakup 27,8% dari pemuda dan dewasa muda di dunia. Tahun 2030, hampir tiga dari sepuluh pemuda dan dewasa muda di dunia diperkirakan akan menjadi Muslim.
Dengan Generasi Z dan Milenial menjadi pembelanja terbesar produk halal, komposisi muda dari populasi Muslim siap memainkan peran kritis dalam ekspansi masa depan ekonomi halal. (State of the Global Islamic Economy Report, 2023/2024)
Selain itu, hasil survei Top Halal Index 2022, menunjukkan bahwa generasi milenial dan Gen Z yang mendominasi populasi di Indonesia, sudah menganggap penting adanya label halal pada sebuah produk atau jasa yang dibeli, yakni lebih dari 90%. Begitu pun untuk kategori fashion dan jasa juga memiliki angka yang cukup tinggi, yakni 78%. Tentu ini merupakan peluang yang sangat baik bagi pertumbuhan pasar halal di Indonesia.
Posisi pertama pengusaha UMKM terbanyak adalah Generasi X, yang umumnya merujuk kepada kelompok individu yang lahir antara awal 1960-an hingga pertengahan 1980-an, Generasi X mendominasi pertumbuhan pengusaha UMKM di Indonesia karena memiliki pengalaman kerja yang luas, stabilitas keuangan yang memadai, kemampuan adaptasi teknologi yang baik, inisiatif.
Generasi milenial menduduki peringkat kedua dalam menjadi pengusaha UMKM di Indonesia karena millennial tumbuh dalam era digital dengan akses luas terhadap teknologi dan informasi, memungkinkan mereka untuk menggali peluang bisnis, berinovasi, dan memasarkan produk atau jasa dengan efektif melalui platform online. Nilai-nilai generasi millennial yang menekankan pada kemandirian, keberlanjutan, dan kreativitas mendorong mereka untuk mencari alternatif dalam berkarir, termasuk dengan mendirikan UMKM.
Meskipun pelaku UMKM sebagian besar didominasi oleh Generasi X, yang membawa pemahaman mendalam industri dan pasar, serta memiliki stabilitas keuangan yang memungkinkan mereka untuk mengambil risiko berwirausaha, permasalahan kemiskinan dan tantangan ekonomi rakyat masih menjadi kenyataan yang sulit diatasi.
Meskipun Generasi Millennials telah berperan sebagai pelaku UMKM yang kreatif dan inovatif, sayangnya, dampak positifnya belum sepenuhnya mencapai perekonomian secara menyeluruh.
Oleh karena itu, diperlukan solusi-solusi yang lebih holistik dan terintegrasi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang menyeluruh.
Saat ini, semangat ekonomi dan keuangan syariah yang dimiliki pemuda diharapkan mengantarkan negeri ini menjadi pusat industri halal dunia, dan diharapkan bisa menjadi nomor satu dalam halal food, halal finance, travel, kosmetik, farmasi, media, dan dalam bidang-bidang yang lain, padahal ini semua tidak cukup membuat pemuda dan perekonomian bangkit, selama sistem ekonomi kapitalistik yang diterapkan di negeri ini. Bagaimana bangkit, ketika sistem saat ini yang bercokol sangat meniscayakan pemilik modal yang akan menang, pemilik modal yang akan meraih keuntungan besar dan pemilik modal bebas menguasai sumber daya alam. Sedangkan, kekuatan pemuda jauh dibawah pemilik modal. Lantas, kebangkitan apa yang diharapkan di sistem kapitalistik liberal saat ini?.
Maka, ini adalah momentum penyadaran bagi pemuda muslim untuk meninggalkan peradaban Kapitalisme liberal . Sudah saatnya pemuda muslim mengubah visi masa depan ke arah islam.
Landasan utama dan mendasar bagi pemuda muslim untuk memilih ekonomi syariah adalah ketundukan kepada Allah Ta’ala yang lahir dari keimanan kita yang bersifat akliah kepada agama ini bahwa agama ini Dinul Haq / agama yang benar. Mengaku beriman kepada Allah adalah tunduk kepada seluruh aturan Allah termasuk dalam aturan Allah soal kehidupan berekonomi. Ketundukan pada aturan berekonomi ini tercakup dalam sistem kehidupan Islam, yang mana ketika pemuda muslim menginginkan kebangkitan ekonomi maka harus memperjuangkan sistem islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan, tidak bisa jika hanya mengambil sistem ekonomi saja tanpa disertai sistem politik, hukum, sosial, dan sistem lainnya, karena sistem tersebut saling berkaitan satu sama lain. Maka butuh adanya institusi negara yang menaungi, dan terwujudlah islam rahmatan lil alamin islam memberikan rahmat bagi seluruh alam, dunia, dan non-muslim. “PAHAMI AGAMAMU, BANGGA BERISLAM KAFFAH”.
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.