Sebelum membaca tahun baru, 2018. Kelihatannya perlu mengunjungi kembali butiran-butiran kenangan tahun sebelumnya. Perasaan yang menyebar luas menunjukkan rangkulan manusia kepada waktu semakin kuat. Panorama “waktu adalah uang”, menjadi bukti paling nyata begitu hebatnya ledakan waktu mengikat setiap kehidupan.
Identitas manusia yang menjadi komuditi utama kadang tergadai juga bersama waktu yang ujungnya nampak harus materi. Namun keajaiban kemanusiaan sepertinya datang hanya pada saat-saat yang tepat. Misalnya ketika kekurangan seribu rupiah se-waktu membeli susu dan penjualnya tetap memberikannya dengan pengantar senyuman dan berkata; tapakkuni, bahasa keren dari it’s okay.
Sementara itu waktu ternyata mengelola dirinya sendiri. Perubahan-perubahan tak mempengaruhinya. Nilai dari sebuah waktu tak pernah ada, ia tetap seperti sedia kala awal hingga akhirnya, karena waktu tak ternilai.
Mengarungi waktu hingga bisa menjadi waktu itu memang tak mustahil. Salah satu perjalanan yang menunjukkan arahnya; “kamu berpikir maka kamu ada”, Rene Des Cartes, bukan “kamu bergaya maka kamu ada”, Idy Subandy lain lagi dengan founder pengangguran akhir pekan Ato Tampans; “kamu ada maka kamu tampan” .
Terima kasih 2017.