OPINI — Perjuangan melawan Covid-19 serentak disuarakan melalui media online dalam bentuk aksi positif. Tujuannya adalah untuk meringankan beban psikologi masyarakat yang sementara dalam suasana kekhawatiran secara berlebihan. Terbelenggu atas gejala fobia sosial dengan kecemasan atas situasi interaksi sosial. Aksi positif yang cukup menarik adalah munculnya ajakan untuk mendekatkan diri pada sang Khaliq melalui ragam doa berupa amalan mustajab yang pernah diwariskan oleh ulama, seperti bacaan ayat fadhilah, doa shalawat, dzikir, wirid, ratib dan hizib.
Tulisan ini dikonsentrasikan pada amalan doa, bukan mengarah pada diskusi yang ber episode dan tak kunjung habis tentang doa bid’ah atau sebaliknya. Amalan doa terupload di facebook cukup membantu karena ternyata dengan mudahnya dapat diakses kemudian diamalkan. Uniknya, dalam menghadapi musibah virus covid-19 ini, doa yang biasanya diajarkan (diijazahkan) oleh ulama sepertinya mendapat tambahan dan melampaui amalan standar dari sebelumnya.
Mungkinkah amalan itu berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, seperti dalam teori perubahan hukum, bahwa hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan tempat keberlakuannya (kompetensi absolut)?
Doa memang berkembang mengikuti dinamika sosial, di saat sibuk dengan aktivitas kesehariannya, mereka berdoa dilapangkan rezkinya, namun di saat di uji dengan corona mereka berdoa agar terhindar dari wabah. Singkatnya disederhanakan bahwa “fakta sosial berbanding lurus dengan spiritual doa”.
Maksudnya, keyakinan masih pada asumsi bahwa problematika sosial masih bisa terselesaikan melalui dukungan doa, setelah berbanding lurus dengan ikhtiar. Artinya masih dalam keyakinan bahwa doa adalah senjata bagi orang beriman seperti dalam H.R. Al Hakim
عن علي رضي الله عنهم قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : الدعاء سلاح المؤمن ، وعماد الدين ، ونور السماوات والأرض
Artinya:
Dari Ali ra berkata Rasulullah saw bersabda doa adalah senjata orang beriman, tiang agama dan cahaya langit dan bumi.
Virus covid-19 seperti dalam hasil uji laboratorium seperti dilansir dari laman Science Alert, partikel virus corona tersebut berwarna kuning karena muncul dari permukaan sel, yang berwarna biru dan merah muda. Ukurannya sangat kecil hingga tidak terlihat bagi manusia tanpa menggunakan alat. Kendati demikian bagi orang beriman belum pupus harapannya karena saatnya untuk memanfaatkan senjata yang dimiliki.
Jika doa adalah senjata, maka ada banyak jenis senjata bagi orang beriman. Namun kendalanya belum tentu semunya bisa menggunakan karena tidak terbiasa. Terampil menggunakan senjata tidak serta merta dapat dikuasai dengan mudah melainkan butuh latihan serius, jika tidak, maka senjata hanya dijadikan pajangan. Tidak terkecuali dengan doa fadhilah dipelihara dan dibingkai dengan goresan estetika dalam bentuk hiasan kaligrafi pada dinding rumah, namun doa itu tidak diamalkan.
Umumnya doa dimaknai sebagai permintaan kepada Allah swt, disampaikan oleh seorang hamba agar keinginannya terwujud atau agar terhindar dari mara bahaya. Namun dalam perspektif lain ternyata ada yang berdoa karena mengadukan kelemahan dan keterbatasannya di hadapan Allah swt, misalnya doa sayyidul istighfar dari Rasulullah saw, tentang pengaduan atas penghambaan dan kemampuan menunaikan janjinya dengan Allah, seperti dalam HR Bukhari Rasulullah bersabda:
عن شَدَّادُ بْنُ أَوْسٍ رَضِيَ الله عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: «سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ: اللهمَّ أَنْتَ رَبِّي لا إِلَهَ إلا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي؛ فَإِنَّهُ لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلا أَنْتَ. مَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ».
Artinya:
Dari Syaddad bi Aus ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu, aku akan setia pada janjiku pada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang aku perbuat. Kuakui segala nikmat-Mu atasku dan aku akui segala dosaku (yang aku perbuat). Maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau. Siapa yang membacanya di waktu siang dalam keadaan yakin, lalu ia mati di hari itu sebelum sore berakhir (magrib) maka ia penghuni syurga. Dan barang siapa yang membaca di waktu malam dalam keadaan yakin, lalu ia mati sebelum subuh berakhir (pagi) maka ia penghuni syurga.
Selain bentuk pengaduan kepada Allah swt, juga terdapat orang yang berdoa karena melakukan pendekatan diri kepada-Nya. Ketergantungannya bukan karena diterima atau tidaknya tapi semakin dilakukan akan khusu’ perasaannya, dan semakin larut kedekatannya dengan Allah hingga melebihi urat nadi lehernya. Allah berfirman dalam Q. S al Baqarah: 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Terjemahnya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Spiritual doa dengan upaya pendekatan diri terhadap Allah (التقرب الي الله) merupakan ibadah yang paling fleksibel, bisa dengan lisan dan qalbu, tanpa bersuci, lintas ruang dan waktu. Karenanya doa merupakan inti sari ibadah. Rasulullah saw bersabda dalam H.R al Turmidzi.
حدثنا علي بن حجر أخبرنا الوليد بن مسلم عن بن لهيعة عن عبيد الله بن أبي جعفر عن أبان بن صبح عن أنس بن مالك عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : الدعاء مخ العبادة
Artinya
Disampaikan oleh Ali bin Hajar, diberitakan oleh al Walid bin Muslim dari Ibn Lahi’ah dari Ubaidillah dari Abi Ja’far dari Aban bin shabah dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad saw bersabda. Doa adalah inti sari ibadah.
Penukilan riwayat dalam sanad disebutkan lbn Lahi’ah oleh ulama Mushthalahah al Hadits dikategorikan kurang kredibel sehingga kualitas hadis dikategorikan dhaif (lemah). Meski demikian terdapat hadis yang shahih (valid) yang matannya (isi) mendukung, sehingga secara maknawi dapat dijadikan sebagai hujjah (dasar). Sebagaimana dalam HR. Imam Ahmad, Rasulullah saw bersabda.
عن رسول الله صلى الله عليه وسلم- أنه قال: الدعاء هو العبادة. ثم قرأ: وقال ربكم ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين
Artinya:
Hadis dari Rasulullah saw, bahwasanya beliau bersabda. Doa adalah ibadah. Lalu beliau membaca ayat, dan ingatlah ketika tuhanmu berfirman berdoalah kepadaku maka Aku ijabah buat kalian, sesungguhnya orang-orang sombong yang enggan menyembahku, akan dimasukkan dalam neraka jahannam dalam keadaan hina.
Ibadah dengan doa seperti disebutkan melalui hadis di atas, wujudnya berupa perbuatan qauliyah (perkataan), qalbiyah (hati), dan ruhiyah (ruh), secara bersamaan melakukan ketundukan, kepatuhan dan penyerahan diri kepada Allah swt, yang terstruktur menjadi kalimat al thayyibah (baik), kalimat yang sangat disenangi oleh Allah dan akan terefleksikan melalui ijabah-Nya. Kalimat tersebut akan diangkat dan diperhadapkan langsung kepadanya. Allah swt berfirman dalam QS. Fathir: 10
إِلَيْهِ يَصْعَدُ ٱلْكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ وَٱلْعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرْفَعُهُ
Terjemahnya:
Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.
Dengan demikian doa di tengah merebaknya virus covid-19 bukan hanya pada batas permohonan agar terhindar dari penularannya, melainkan sebagai aktivitas ubudiyah yang dijamin akan sampai kepada Allah swt. (*)
*Penulis merupakan Dosen IAIN Parepare yang kini menjabat Wakil Dekan II Fakshi IAIN Parepare. Selain aktif sebagai penceramah, ia kini sedang membangun pesantren di Kota Parepare. HP/WA (0852-5574-6171).