Oleh
Dr. Abd. Majid, S.Sos.I., M. Si
Dosen Ilmu Komunikasi UMI
Pendidikan tinggi yang didalamnya terdapat Departemen Komunikasi dan Sains Komunikasi seharusnya menjadi mercusuar ilmu yang mampu menjawab kebutuhan riset pada elemen-elemen komunikasi. Kehadiran dunia kreator dan dunia konsumen yang terjebak dalam reproduksi baik sebagai aktor yang menikmati kondisi keterlibatan dalam kompleksitas kreator dan sebagai aktor sendiri yang lebih aktif dalam riset komunikasi.
Konteks Frame, kehadiran internet itu sebagai medium internet of things di tengah sebagai senter elemen komunikasi yang terdiri atas netizen dengan netizen kemudian ada dua di antaranya adalah message dan languages artinya pesan dan bahasa mejadi elemen yang begitu pentingnya pada pengaruhnya pada pemaknaan, misalnya ujaran kebencian, Cybercrime dan pelanggaran Undang-Undang ITE yang banyak orang bisa bermasalah dengan hukum bahkan dipenjarakan hanya persoalan bahasa yang muncul.
Kompetensi komunikasi harus muncul sebagai sistem yang merespons ekosistem dalam ranah teknologi digital, kemampuan mendeteksi untuk memahami semua elemen dalam konteks komunikasi dan wajib juga untuk mempelajari efek, naratif, reception dan representasi atau makna yang ada dalam siklus digital. Saat ini adalah momen yang sangat penting untuk mengembangkan penelitian komunikasi yang mendasar seperti praktik jurnalisme digital investigatif, forensik, dan melek teknologi sesuai dengan konteks negara yang terjadi saat ini.
Studi komunikasi akan menjadi interpretasi sistem of information society sebagai rumah besar dan prinsip yang berperan penting adalah system of digital culture yang melihat komputer jaringan internet sebagai media, melihat komputer sebagai sistem media yang memiliki tingkat determinan kepada perilaku manusia, bagaimana penelitian tentang gamer yang membuat orang terpaku seperti anak-anak generasi milinial dan berteriak-teriak, mabar dengan teman-temanya. Jadi, komputer bukan hanya berfungsi sebagai media tetapi juga berfungsi sebagai sumber yang memiliki jiwa memengaruhi karakter genenarasi Z dan Alfa.
Bahkan yang terjadi di negara maju Jepang, seorang yang minta izin menikah dengan boneka atau robot karena ranah pemikiran yang ada adalah ranah simulations dan memasuki dunia yang virtual yang terjadi pada digital society. Media digital menciptakan banyak potret yang muncul dengan proses teknis yang meliputi aspek digital, network, interaktif, hivertekstual/ hivermediated, automated and database. Budaya yang meliputi konteks, dan proses, pengalaman impresif meliputi telepresence, virtuality dan simulation (Miller;2012)
Perkembangan riset studi internet selama perjalanan studi 25 tahun tetap menimbulkan pergeseran riset pada internet itu sendiri. Dari Virtual Study pada pendekatan psikologianalis masuk dalam bentuk efek internet pada dunia social. Menuju pada virtual methods yang fokus pada integrasi dunia sejajar dengan logika metode standar digitalisasi memunculkan Digital Methods fokus pada komputer sudah dipisahkan dengan dunianya sendiri namun manusia ada di dalamnya.
Sebagai contoh di era sekarang ini terkadang manusia merasa dirinya sendirian padahal sebenarnya tidak pernah benar-benar sendiri, karena di sekelilingnya telah dikepung oleh digitalisasi pada sistem komputerisasi. Riset komunikasi memposisikan interaksi manusia dengan komputer sebenarnya manusia agar bisa menjadi manusia seutuhnya yang bisa mengendalikan komputer.
Keunggulan komunikasi digital adalah membangun network society yang melihat masa depan dimulai dari sekarang adalah menurut perubahan cara kebiasaaan, aktivitas hidup secara drastis yang tantangan dihadapi manusia dalam kondisi disrupsi adalah momen untuk pivoting, upgrade dan akselarasi sistem yang sangat adaptif dengan kekinian.
Dengan mengoptimalkan adaptasi dan inovasi digital sebagai medium untuk totalist aktivitas, sehingga problem komunkasi hari ini dalam dunia industri komunikasi diharuskan untuk mengadvertis bukan untuk berkomunikasi. Kita diharuskan untuk menjual branding bukan untuk membangun brand, dan yang terbatas untuk bertransaksi mengharuskan untuk konversi, tidak diberi ruang untuk kreatif eksperience, bagaimana bisa memonotise trand namun tidak membangung kultur dimasa pandemi ini. Kita diharuskan untuk mengubah diri.
Dimasa ini bukan lagi memamerkan konten aktivitas dan momen special saja namun juga yang harus muncul semangat untuk berkarya pada aspek ekonomi dan bisa tetap sehat dan kuat. Sehingga totalitas aktivitas dalam bentuk karya yang bermakna, harus belajar multi inteligensi misalnya hobi memasak, musik, visual dan membuat konten kreatif pada 3 f (Food, Fun dan Fashion) menjadi industri sehingga semua pesan yang ada adalah memberi makna yang positif bagi masyarakat.
Sekarang juga kita melihat bahwa hampir semua aktivitas sosial, pendidikan, religi, kepariwisataan, dan seni dan budaya dilakukan secara virtual, webinar, reunion, sebagai bentuk adaptasi dengan penggunakan Internet of Thing dan AI. Media digital berfungsi interaksi, koneksi untuk memperlihatkan talenta dalam bentuk karya masing-masing. UMKM terpaksa belajar memanfaat media social melalui IG Story untuk memperlihatkan produk dagangnya, sehingga tuntutan membangun narasi, bukan apa yang harus dijual tetapi what is the brand narrative dengan creating new creative opportunities atau membangun story telling.
Sehingga semua korporasi dan brand belajar lagi, dengan adanya teknologi digital dan artifisial intelegence menjadi solusi pelayanan publik, perkantoran, perusahaan industri besar dengan jumlah karyawan yang banyak dengan adanya topik, narasi dengan interst harus berubah membuat produk, langsung berubah dalam waktu sejak masa pandemik hingga saat ini terjadi pada klien-klien maupun komunikasi yang terbangun. Sehingga kewirausahaan, UMKM dan ekonomi kreatif sangat penting dalam memanfaatkan media digital untuk membangun narasi sebagai opportunity brand yang ada.
Bagi siapa saja yang tidak sanggup beradaptasi dengan perubahan digital sebagai bentuk dan cara baru tentunya akan terlindas oleh perubahan. Adaptasi yang inovatif mengharuskan kita recreating, reimagine, recreatif dan membangun narasi secara digital, membangun masyarakat untuk berkarya, brand harus bergerak secepat kultur perubahan budaya yang sedang terjadi seperti yang dilakukan oleh Telkomsel membuat bebagai layanan dengan komunitas dan Oredo yang sangat peka terhadap membangun narasi yang memberikan peluang berkarya untuk anak muda di digital.
Sehingga disrupsi teknologi juga memberikan dampak postif bagi tersedianya ruang virtual untuk berekspreasi melalui media sosial yang tersedia. Teknolgi menjadi ranah publik bisa dimanfaatkan sebagai idel public sphare. Jadi kemampuan membangun narasi dan brand yang kemudian membawa isu dan suara masyarakat di masa depan, sehingga yang harus dicermati apakah rancangan brand sesuai tidak dengan budaya yang sedang terjadi, kalau dalam hal ini Marshall McLuhan menyebut the medium is as much of the message to be at the heart of the moment.
Tren perkembangan media contoh media Tiktok, tidak membangun brand karena Tiktok adalah video pendek untuk konten hiburan saja dan nyeleneh lucu-lucuan meskipun juga ada konten menginpirasi, untuk membangun kredibilitas, brand yang ingin membangun reputasi dan brand bernuasan marketing membangun engagement menggunakan Instagram untuk merangkul komunitas. memilih medium yang tepat sehingga event digital pun tidak bisa digunakan secara sembarang harus dibangun sesuai pesan dan platfrom yang sesuai narasi masing-masing. Sehingga membangun brand yang fokus pada humanity brand khusus yang bisa memperbaiki kondisi masyarakat.
Program Studi Ilmu Komunikasi yang tersebar dalam PTN/PTS di Indonesia sudah ratusan jumlahnya terus berbenah dengan membangun link and matching yang adaptif dengan dunia industri serta melahirkan sejumlah riset sebagai pusat keilmuan harus menjalin kerja sama dengan memanfaatkan kolaborasi, dosen, mahasiswa dan industri dalam bahasanya adalah kurikulum yang adaptif.
Sehingga mahasiswa yang akan magang atau istilah kuliah kerja komunikasi dengan program kampus merdeka dan merdeka belajar, mendapatkan ruang creative space, fotografi, Public Relations, dan D’cafe memberikan ruang untuk berkreasi kerjasama dengan agensi, dunia industri dengan kampus sehingga aktif dan proresif adalah apa di kepala generasi Z, yang mereka lihat pada Twitter, Facebook, IG dan tiktok. Sehingga akan lebih bijaksana condong ke arah PR kemampuan untuk membuat narasi dan membuat konsep yang mampu melihat social isues yang terjadi jadi kepekaan yang harus terbangun, sehingga punya kemampuan social media creator, membuat report, social media campaign.
Kemampuan kreatif dan komunikasi secara logis dengan pengembangan topik, plaformnya untuk mengisi apa yang cocok, di media sosial, youtube. Supporting system yang bebasis pada local wisdom yang sesuai dengan namun tetap berpikir global yang sesuai potensi yang ada di Sulawesi Selatan, sehingga keunikan secara sendiri-sendiri, bagaimana institusi pendidikan komunikasi mensupport keunikan universitas dan prodi masing-masing, master plan yang ada di daerah setempat yang diunggulkan, industri, setempat yang seharusnya dieksplorasi oleh mahasiswa sesuai mata kuliahnya.
Seperti mata kuliah media kreatif, jurnalime digital, komunikasi strategis sinematografi, komunikasi visual dan fotografi serta mata kuliah produksi dan technopreuship komunikasi yang ada, termasuk di Prodi Ilmu Komunikasi UMI merespons kebutuhan stakeholder dengan menghadirkan kurukulum Outcame Base Education yang sesuai dengan kebutuhan industri yang merespons kompleksitas ekosistem digital dan Artificial Intelligence yang menjaga link and match dengan antara perguruan tinggi dengan industri.
Ke depan yang sangat penting dieksplorasi oleh mahasiswa khususnya komunikasi digital disesuaikan dengan potensi daerahnya masing-masing, bukan pada etnosentrisnya tetapi terampil menarasikan keragaman Indonesia yang terlalu luas untuk diketahui, untuk membangun narasi dengan berbagai rumpun keilmuan. Sehingga kemahakayaan komunikasi sebagai skill, seni, ilmu dan profesi semakin memiliki fondasi yang kuat. Sehingga ilmu komunikasi itu memiliki kekuatan tiga sula jadi komunikasi sebagai Saintis, Enternainer dan Skill, sehingga mahasiswa masuk kuliah bahagia, dan keluar juga bahagia dan bahkan menjadi sarjana atau mahasiswa komunikasi yang memiliki fleksibilitas merespons dinamika profesi komunikasi ke depannya. (*)