Penulis: Jamaluddin, S.Pd., M.Pd. (Pengurus FGMM Parepare)
PIJAR OPINI — “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” peribahasa ini jelas sudah tidak asing di telinga kita. Bisa dikatakan hampir tiap hari kita mendengarnya. Entah dari teman dari keluarga atau dari guru. Kata-katanya memang sepintas dan mungkin terdengar sederhana dan simple. Tapi siapa sangka, meski terdengar sepele ada kandungan filosofis dan tertanam makna kuat juga mendalam yang menggumpal dalam peribahasa tersebut. Peribahasa ini menggambarkan betapa pentingnya peranan guru dalam kehidupan anak didiknya sekaligus kehidupan di tengah masyarakat.
Guru itu selalu menjadi panutan utama dalam kehidupan sehari-hari. Dari peribahasa itu kita dapat menyimpulkan jika guru memang merupakan sosok panutan yang sejati karena semua tingkah laku sikap dan perkataan selalu menjadi sorotan publik tidak hanya di dalam ruang kelas tetapi juga di lingkungan sekitar sekecil apapun itu. Pertanyaannya adalah, kenapa banyak orang beranggapan bahwa guru itu mudah dan tidak banyak tantangan?. Ini harus dijawab terlebih dahulu agar seseorang tidak menggampangkan profesi berat seorang guru.
Boleh dikata, gurulah orang pertama yang bisa merubah masa depan Bangsa-Negara. Betapa tidak guru mengajarkan berbagai hal kecil kepada anak didik. Bahkan sekarang ini banyak orang tua yang memasrahkan anaknya 100 persen kepada guru di sekolah. Ini merupakan tantangan besar yang harus dihadapi seorang guru. Guru harus benar-benar mampu menyiapkan berbagai hal agar bisa mencetak generasi muda yang menjadi Agent of Change maka profesi guru tidak boleh dianggap main-main dan tidak boleh disepelekan.
Semua orang tahu, pendidik bakal dihadapkan dengan berbagai kepribadian anak yang bermacam-macam. Ada yang bandel, nakal dan ada pula yang tertib. Semua menjadi satu dan mau tidak mau guru harus siap menghadapinya. Dengan kata lain tugas guru tidaklah mudah. Seorang guru dalam mendidik murid harus menyadari benar bahwa pendidikan tersebut merupakan proses panjang untuk mengubah perilaku sang murid. Pendeknya guru tidak sebatas mengemban amanat mencerdaskan tetapi juga membenahi karakter.
Tugas seorang guru memang berat dalam proses belajar mengajar dalam ruang kelas tidak hanya sekedar mengajar dan menyampaikan materi pelajaran tapi lebih dari itu guru harus mampu menumbuhkan dan memaksimalkan apa yang ada dalam diri pribadi sang anak didik. Dari kecerdasan yang terpendam, cara berpikir agar bisa lebih kritis dan dinamis hingga mengerjakan bagaimana anak didik bisa berpikir kreatif serta bagaimana mereka nanti bisa memecahkan masalah yang dihadapi baik sekarang atau di masa yang akan datang. Itulah yang membedakan antara profesi guru dan profesi profesi lainnya jelas ini bukan pekerjaan gampang dan tidak semudah membalikan telapak tangan. Banyak rintangan dan hambatan yang pasti akan bertemu seorang guru dalam perjalanannya mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.
Banyak orang yang hanya melihat keseharian guru yang berangkat pagi ke sekolah dan sore pulang. Banyak orang yang hanya melihat dari rutinitas guru yang terlihat setiap hari. Mereka tidak mampu melihat lebih dalam terkait dengan betapa beratnya menjalani profesi sebagai seorang guru karena dibutuhkan jiwa totalitas dan komitmen yang besar untuk mengabdikan hidup sebagai seorang pendidik. Diakui atau tidak, kemajuan zaman dan teknologi ini sudah sangat dirasakan semua orang. Tidak hanya masyarakat perkotaan, masyarakat di kawasan pedesaan pun sudah bisa menikmati perkembangan teknologi tersebut dari mulai banyaknya gadget canggih sampai mudahnya mengakses internet secara bebas. Diakui atau tidak, kondisi seperti ini jelas akan sangat memengaruhi profesi sebagai seorang guru. Karena di sisi lain kemajuan teknologi bisa berpengaruh ke hal negatif ketika seorang anak tidak bisa mengendalikan diri dengan kemajuan yang begitu cepat di mana semuanya bisa didapatkan dengan mudah dan dengan cepat.
Guru juga harus membekali anak didik dengan ilmu sopan santun dan etika agar tidak terjebak dalam pola hidup seperti kebanyakan anak muda yang disebut dengan kenakalan remaja. Karena anak dengan mudahnya mengakses internet sehingga melihat berbagai video kekerasan maka potensi untuk melakukannya akan lebih besar. Ingat, anak itu cenderung melakukan apa yang dilihat dan apa yang didengar.
Selain orang tua, guru kerap dituding menjadi biang kerok atas kenakalan remaja. Tidak mengherankan jika kemudian publik banyak yang menganggap jika kenakalan remaja merupakan kegagalan guru dalam mendidik anak-anak dalam ruang kelas. Ini jelas salah satu kenyataan pahit yang harus dihadapi profesi bagi seorang guru, Tidak hanya sebatas mengajar di dalam ruang kelas tapi bagaimana mampu mendidik anak-anak agar memiliki moral dan akhlak yang baik. Tujuannya satu agar anak-anak bisa memiliki akhlak yang baik dan tidak melakukan berbagai aksi kekerasan di luar sekolah.
Pada pemaparan singkat ini, sungguh besar tantangan yang harus dihadapi guru mulai dari perkembangan teknologi yang cepat sampai tuntutan di lapangan yang cukup sulit. Tidak semua orang bisa menjalankan profesi berat tersebut karena sejatinya guru mencerdaskan anak bangsa tidak sebatas itu bagaimana anak yang dididik itu memiliki etika dan budi pekerti yang baik. Dalam mengajar guru dituntut kesabaran, keuletan dan sikap terbuka serta kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif sehingga anak didik semangat untuk terus belajar. Langkah ini dilakukan agar anak didik terus termotivasi serta menumbuhkan minat anak didik agar tetap cinta dan ingin belajar. Dengan demikian maka tujuan belajar bisa tercapai dengan efektif, efisien, cepat dan tepat.
Yang cukup menggelitik, kemudian ketika anak didik itu mendapatkan prestasi kemudian itu disematkan pada keberhasilan orang tuanya tanpa menyinggung sedikitpun jerih payah guru sebagai pendidik yang bisa mengoptimalkan berbagai kecerdasan anak tersebut. “Itu kan anak saya, orang tuanya saja pandai apalagi anaknya. Jadi wajar jika mendapat rangking pertama” atau, “anak saya cerdas karena sebagai orang tua kami sangat memerhatikan pendidikan dan belajar anak” dan ungkapan kata lainnya. Namun, jika terjadi kesalahan pada anak secara pukul rata dianggap sebagai ketidakbecusan guru. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, Stigma seperti itu sepertinya sudah tertancap dalam masyarakat. Jadi ketika ada kejelekan yang dilakukan anak sekolah secara otomatis yang disalahkan adalah pihak sekolah terutama guru sebagai pendidiknya setiap hari. Sungguh jelas bukan pekerjaan mudah untuk melakukan semua itu apalagi yang hanya dengan waktu terbatas.
Sebagai guru harus bisa menghayati perilaku serta etika setiap anak didik. Jangan sampai apa yang dilakukan anak didik melenceng dan tidak sesuai dengan ajaran yang dipelajari dalam kelas. Ingat, guru itu merupakan teladan besar yang dianut anak didik dan masyarakat secara umum artinya ini merupakan sesuatu hal istimewa dan anugerah besar bagi setiap orang yang memiliki profesi sebagai seorang guru. Profesi guru merupakan profesi yang sangat mulia dan terhormat sebagai teladan. Mau tidak mau, maka berbagai tindakan dan perilaku seorang guru bakal disorot setiap harinya baik dalam ruang kelas maupun di lingkungan sekitar. Guru itu merupakan panggilan jiwa untuk mengabdikan diri bagi dunia pendidikan dan bisa mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada anak didik. (*)