PAI sebagai salah satu instrumen pengembangan kapasitas mental spiritual serta keterampilan dalam menjalankan kehidupan beragama, ditantang untuk menunjukkan kontribusinya dalam mewujudkan kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat yang mendukung kebijakan dan program pemerintah dalam suatu paket kebijakan dan program penanganan Pandemi Covid-19. Tantangan tersebut harus dijadikan peluang PAI dalam menjalankan Tupoksinya secara efektif dan efisien serta kontekstual. Oleh karena itu PAI harus mampu membaca problem yang dihadapi dalam penaganan Pandemi Covid-19.
Sejauh ini di antara problem yang terjadi dalam konteks penanganan pandemi ini adalah kesadaran dan sikap masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah serta ekses dari adanya kebijakan pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 Sikap penolakan terhadap sejumlah program pemerintah dalam memutus mata rantai penularan Covid-19 adalah suatu ancaman kegagalan program pemerintah tersebut yang akan semakin membuat masalah penularan virus korona tambah runyam.
Di sisi lain kapasitas dan kesadaran emosional dan spiritual yang tidak proforsional berakibat rapuhnya ketahanan emosi dan spiritual dalam menghadapi ekses Pandemi Covid-19. Rapuhnya ketahanan emosional dan spiritual rentan melahirkan kondisi stress. Semua ini adalah Entry point PAI.
Untuk efektifitas dan efisiensi serta kontekstualisasi peran PAI tersebut diperlukan suatu paradigma nilai khusus terkait problem sikap masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah dalam program penanganan Pandemi. Paradigma tersebut sebagai orientasi dan bingkai dalam menjalankan tupoksi PAI. Sebagai formulasi paradigma nilai disini penulis menawarkan formulasi “Vaksin Korona”.
Istilah vaksin sengaja dipilih dengan alasan sangat kontekstual. Saat ini yang paling dinanti dunia dalam mengahad Api Pandemi Covid-19 adalah Vaksin untuk memutus terjadinya penyebaran virus yang satu ini. Di tengah penantian yang sangat terhadap keberadaan vaksin untuk mengatasi Virus yang membuat dunia tungganglanggang menghadapinya ini, harapan akan hadirnya vaksin tentu sangat didambakan. Melalui tulisan ini penulis akan memperkenalkan suatu “Vaksin” yang diharapkan dapat membantu mengatasi Pandemi Covid 19.
Akan tetapi vaksin ini bukan merupakan formula kimiawi yang dihasilkan oleh suatu riset dan eksperimen berbasis laboratorium, Vaksinini lebih merupakan sesuatu yang bersifat preventif ketimbang korektif atau kuratif yang bersifat paradigmatik. Vaksin ini lebih merupakan formula sikap mental spiritual.
“Vaksin Korona” sebagai paradigma ide dan nilai dalam mengatasi pandemi covid 19 tentu saja bukan senyawa unsur kimiawi sebagaimana lazimnya vaksin. “Vaksin Korona” dalam konteks paradigma PAI adalah senyawa dari ide dan nilai yang tersimpul dalam huruf-huruf yang menyusunbya yaitu V, A, K, S, I dan N. Dengan asumsi itu maka vaksin yang dimaksud di sini adalah Variasi Kreasi Ikhtiar Intensif.
Seperti halnya “Vaksin” sub paradigma Korona mengandung ide atau nilai yang tersimpul dalam huruf-huruf yang menyusunya. Dengan demikian K mengandung 7 ide dasar yaitu Kesadaran, Kepahaman, Kepatuhan, Kesabaran, Keihlasan, Kepedulian, dan Keyakinan. Huruf O mengandung ide optimisme, R mengandung ide Relaksasi atau rileks. Hurup O berikutnya mengandung ide atau nilai adalah Out of Box. Huruf N mengandung ide Imunitas, sedangkan huruf A mengandung ide apresiatif.
“Vaksin” adalah akumulasi sikap yang harus diambil secara ideal di tengah pandemi Virus Korona, yang dapat ditemukan melalui kepanjangan dari huruf-huruf yang menyusun kata Vaksin dan Korona. Vaksin terdiri dari 6 huruf yaitu V, A, K, S, I dan N.VA adalah variasi, K adalah Kreasi, sedangkan I adalah ikhtiar, adapun N adalah Intensif. Dengan demikian Vaksin adalah Variasi Kreasi Ikhtiar Intensif, kesimpulannya kata Vaksin pada dasarnya adalah sebuah frase dengan gagasan utama yaitu sikap, mental yang harus dibangun dalam menghadapi Pandemi Covid 19.
Selanjutnya kata Korona yang terdiri dari Huruf K, O, R, O, N dan A. Huruf K mengandung minimal 6 makna pokok. K adalah singkatan dari Kepatuhan, Kesadaran, Kesabaran,Keimanan, Keihlasan dan Keyakinan. Huruf O adalah singkatan dari Optimis, R adalah singkatan dari rileks atau relaksasi, adapun huruf O yang kedua adalah singkatan dari Out of box. Sedangkan NA adalah singkatan dari Imunitas.
Dengan menggunakan “Vaksin Korona” ini dalam menghadapi pandemiCovid 19 yang mengerikan, bukan saja akibat langsunya tetapi juga dampak yang ditimbulkannya, yakni dapat memicu resesi dunia yang lebih dahsyat dari yang pernah ada sebelumnya dalam sejarah, maka sedikit banyak akan sangat membantu dunia mengatasi wabah yang satu ini.
“Vaksin” ini dapat dipandang sebagai sebuah paradigma yang signifikan dalam menata kahidupan mental spiritual baik secara individu maupun social yang korelatif agar pandemi ini tidak semakin mengkhawatirkan perkembangan dan akibat yang ditimbulkannya.
Hal ini disebabkan karena adanya respon positif sebagai kondisi dasar yang sangat berarti karena berdampak pada aksi-aksi nyata di tengah situasi sulit yang menuntut partsiapasi segenap elemen masyarakat. Dengan paradigma “Vaksin”ini melakukan variasi kreasi yang intensif dalam rangka membangun imunitas adalah sebuah keniscaayaan.
“Korona” sebagai paradigma kedua dalam konteks ini adalah paradigma yang mengandung tuntunan sikap dan aksi yang operasional sebagai faktor terbangunnya sikap mental spiritual yang sehat serta memiliki daya tahan yang kuat. Kandungan nilai-nilai paradigma “Korona” tersebut adalah nilai-nilai yang tersimpul dalam huruf K yaitu Kepatuhan, Kesadaran, Kesabaran, Keimanan, Keihlasan dan Keyakinan.
Ini berarti bahwa sipapun kita hendaknya mematuhi segala ketentuan yang dibuat dan diberlakukan pemerintah dalam rangka menangani wabah yang berbahaya ini. Kepatuhan sejatinya hanya akan bisa muncul jika terdapat kondisi dasar berupa kesadaran akan arti apa yang harus dilakukan agar minimal tidak menjadi bahagian dari mata rantai penyebaran virus korona.
Terhadap semua ini dibutuhkan keihlasan atau ketulusan menghadapi situasi ini sebagai takdir Tuhan, yang mengandung banyak hikmah bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Hal ini hanya akan terjadi apabila ada sikap sabar, berupa pengendalian diri agar proforsional dalam bersikap. Oleh Karena itu di atas itu semua yang penting dibangun adalah keimanan kepada Tuhan akan segala kebesaran dan kuasasnya yang berbalut rahmat, kasih sayang serta dibingkai dengan kebijakan, dalam konteks kesempurnaannya. Dengan kondisi tersebut hal yang tidak terlepaskan adalah keyakinan bahwa semua yang terjadi itu bertujuan yang sesungguhnya adalah positif. Di samping itu sikap, upaya apapun yang kita lakukan akan mendapat perhatian dari Tuhan.
Unsur lain dalam paradigm “korona” sebagai vaksin adalah Optimis. Optimis adalah sikap positip dan sehat bagi seseorang yang akan membawanya tetap punya harapan cerah di balik kegelapan. Hal itu akan mengantarkannya untuk tidak putus asa. Dengan kondisi tersebut ia akan kreatif, tidak berpangkutangan.
Unsur paradigma berikutnya adalah rileks atau relaksasi. Rileks adalah suatu kondisi di mana seseorang berada pada susana emosi yang memungkinkannya merespon sesuatu yang dihadapinya secara jernih dan obyektif serta produktif. Hal ini disebabkan karena tidak merasakan beban yang dihadapinya sebagai tekanan yang berlebihan secara negative.
Nilai paradigma “Korona” berikutnya adalah Out of box. Out of box adalah suatiu sikap dan tindakan yang menyalahi “tradsi” sebelumnya.Sangat banyak hal yang menuntut sikap ini. Kebijakan Social Disatancing adalah paling sarat hal-hal di mana masyarakat harus out box. Berinteraksi dengan orang lain perlu dilakukan menyalahi cara-cara sebelum Covid-19 mewabah.
Berikut ulasan selanjutnya..