Oleh : Muhammad Yassin
(Mahasiswa Prodi Akuntansi Syariah IAIN Parepare)
DALAM bentangan sejarah panjang manusia yang secara kronologis mulai dari perburuan, pertanian, industri, hingga informasi, menyebabkan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Telah memberikan dampak yang sangat signifikan di berbagai aspek bidang yang hingga kini dapat dilihat dan dirasakan pada era Society 5.0. Semakin pesatnya akselerasi teknologi dan juga informasi,
menyebabkan paradigma dan gaya hidup manusia khususnya pada masyarakat Indonesia turut berpengaruh, dimana sebelumnya cenderung menggunakan cara konvensional akan tetapi saat ini lebih memanfaatkan teknologi digital.
Secara global konsep Society 5.0 pertama kali muncul pada tahun 2019 yang di deklarasikan oleh negara Jepang. Dengan hadirnya konsep Society 5.0merupakan sebuah inisiatif dengan upaya menciptakan model baru pada aspek bidang ekonomi, kesehatan, mobilisasi, dan aspek lainnya dari masyarakat.
Dengan menggabungkan inovasi teknologi dari era Revolusi Industri 4.0. Sudah menjadi hal umum untuk diketahui perkembangan sebelumnya (Revolusi Industri 4.0) telah menghadirkan berbagai ragam perkembangan teknologi untuk mempermudah segala kegiatan dan Society 5.0 menjanjikan kemudahan di berbagai macam aktivitas bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup, hal ini telah terlihat jelas pada masyarakat Indonesia.
Akibat dari pemanfaatan perkembangan ini sebagai arah kemajuan di era Society 5.0 telah memberikan penguatan terhadap implementasi ekonomi yang berorientasi pada inovasi teknologi digital dengan istilah ekonomi digital (digital economy).
Dalam sebuah buku yang disusun oleh Don Topscott pada tahun 1995 berjudul “The Digital Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence.” Tertulis bahwa ekonomi digital (digital economy) adalah aktivitas ekonomi yang didasarkan pada penggunaan teknologi digital internet.
Sehingga pada sektor bidang ekonomi terjadi transformasi yang menghadirkan peluang baru melalui transaksi online yang di support oleh penggunaan media internet dan komunikasi, dimana lebih dikenal dengan istilah E-commerce (jual-beli barang dan/atau jasa melalui perantara media online.
Di sisi lain telah diketahui bahwa dunia sedang menuju ke pasca pandemi Covid-19 yang telah memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi digital. Kebijakan yang hadir dari pemerintah untuk menekan angka penyebaran covid-19 dengan membatasi segala aktivitas yang dilakukan menjadi salah satu indikator pelemahan mutu SDM (sumber daya manusia) pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Di balik hadirnya era Society 5.0 yang memberikan sejuta manfaat positif kepada manusia khususnya masyarakat Indonesia. Ternyata memberikan dampak negatif pada pekerjaan dan profesi lama yang hilang tergerus oleh waktu yang tidak berkompeten dan tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi disebabkan tidak mampu bersaing, serta tersisihnya mutu SDM yang tidak unggul, hingga menyebabkan banyaknya pengangguran, budaya malas semakin meningkat dan kurangnya ide-ide baru pada generasi muda yang diakibatkan banyaknyakemudahan yang terjadi di era Society 5.0 khususnya di negara Indonesia.
Internet of Things (IoT), teknologi Big Data, Cloud, dan lain sebagainya menjadi sebuah faktor naiknya angka pengangguran dan berkurangnya prospek lapangan kerja. Dan negara Jepang telah menjadi sebuah bukti ketika costumer service di bank telah tergantikan oleh mesin CSD (Costumer Service Digital), robot pembersih lantai, dan robot pelayan restoran/toko, hingga mobil tanpa supir, telah mengambil alih pekerjaan manusia.
Melihat hal tersebut, demi meningkatkan mutu SDM di tengah situasi dan kondisi pasca pandemi covid-19 saat ini. Dengan mengambil langkah konkret yang dapat diimplementasikan generasi muda untuk mentransformasikan peranan yang lebih efektif agar mampu berpikir kritis, kreatif dan inovatif dengan menghadirkan ide, gagasan dan pemikiran yang ideal untuk tetap memastikan bergeraknya sektor ekonomi digital (e-commerce) yang menjadi prioritas Presidensi G20 Indonesia demi mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif ke arah peningkatan mutu SDM di era Society 5.0.
Isu e-commerce dan Generasi Muda dalam Akselerasi SDM Presidensial G20
Membahas tentang ekonomi digital (e-commerce) era Society 5.0 dan peranan generasi muda dalam meningkatkan mutu SDM (sumber daya manusia) Indonesia, dimana generasi muda menjadi pilar penentu arah negara di masa mendatang yang dituntut untuk memiliki skill atau kemampuan dalam mengadapi perubahan yang terjadi pada era Revolusi Industri 4.0 ke Society 5.0, sebab gejolak persaingan dan tantangan terhadap mutu SDM yang semakin meningkat tiap waktunya.
Saat ini, kursi Presidensi G20 di pegang oleh Indonesia yang akan fokus untuk menghadapi krisis SDM yang terjadi di Era Society 5.0 akibat pandemi Covid-19. Dengan memahaami tantangan, akan memperkuat pengakuan dalam pentingnya inovasi kolaboratif dan kolektif yang inklusif di antara negara-negara maju dan berkembang. Berdasarkan pada tiga pilar utama Presidensi G20, yaitu mempromosikan produktivitas, meningkatkan ketahanan dan stabilitas, serta memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.
Menurut Presiden Bank Dunia David Malpass. Pada tahun 2021, sebanyak 71% Generasi muda dengan umur 15 tahun ke atas di negara berkembang memiliki akun di lembaga keuangan atau penyedia uang seluler. Angka ini meningkat lebih dari 50% dibandingkan satu dekade lalu. Layanan keuangan digital dan khususnya penyertaan penggerak uang seluler, hal tersebut beliau sampaikan lewat pernyataan resminya pada hari Jumat, 1 Juli 2022.
Hal ini dperkuat kembali pada persentase pengguna internet yang ada di Indonesia. Dalam laporan We Are Social (2021) Digital 2021: The Latest Insights Into The State of Digital mengungkap fakta menarik bahwasanya 60% pengguna media sosial di Indonesia menggunakan akun mereka untuk menjalin relasi dan menjalankan bisnis. Di antara 60% pengguna internet tersebut generasi muda berperan aktif dalam meningkatkan SDM pada e-commerce, dimana generasi muda telah berperan sebagai konsumen, dimana malah menimbulkan sebuah ketergantungan yang menyebabkan adanya perilaku malas yang kian meningkat seiring dengan tingginya kemudahan dalam ketergantungan menjadi sebuah tantangan dan pertanyaan besar di era Society 5.0 tentang peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM).
Pada usaha peningkatan mutu SDM, Presidensi G20 Indonesia menjadi momentum untuk menunjukkan potensi sektor pemasaran barang dan jasa e-lektronik atau e-commerce dalam bersaing di hadapan internasional. Menurut Staf Khusus Presiden RI Billy Mambrasar, menurutnya kita harus memanfaatkan e-commerce untuk menunjukkan kekuatan kita di ranah anak muda pada Presidensi G20.
Melihat sebuah fakta perkembangan e-commerce di Indonesia sudah sangat signifikan, yang memberikan dampak para aplikator di Indonesia sehingga mampu menciptakan pengembangan bisnis sendiri yang berdasarkan target yang menjadi subjek poin oleh aplikasi tersebut. Sehingga Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi generasi muda dalam tujuan Presidensi G20 Indonesia.
Salah satu pemanfaatan atau penggunaa terbesar pada era society 5.0 adalah dalam bidang ekonomi/perdagangan. Di Indonesia sendiri, peningkatan, perdagangan e-commerce khususnya retail mengalami peningkatan setiap tahunnya terhitung dari US$7056 pada tahun 2017, menjadi US$8591 pada tahun 2018, yangmana akan diproyeksikan mengalami kenaikan yang cukup signifikan sampai dengan tahun 2022 yakni sebesar US$16475. Mengingat perkembangan masa pasca pandemi covid-19 banyak dari generasi muda yang lebih suka berbelanja secara online ketimbang kembali pada sistem dahulu lagi dengan bertransaksisecara langsung. Berdasarkan pada kasus ini tidak sedikit para pengusaha mengubah sistem penjualan yang awalnya bersifat konvensional, kini telah melangkah ke penjualaan yang berbasis digital (e-commerce).
Sebuah solusi dengan mentransformasi peran generasi muda yang dapat diimplementasikan saat ini adalah dengan mengambil sebuah implementasi praktis.
Setelah melihat bahwa generasi muda Indonesia seharusnya tidak hanya menikmati perkembangan di era Society 5.0 yang penuh akan persaingan dan tantangan pada sektor ekonomi yang berkembang dan beraliansi dengan teknologi.
Maka terdapat tiga solusi yang dapat memengaruhi akselerasi mutu SDM sektor e-commerce di Indonesia, yaitu : Pertama, mengimplementasikan apa saja yang selama ini masih berada di ruang ide generasi muda yang tidak dapat direalisasikan akibat banyaknya kemudahan yang didapatkan, sehingga memunculkan rasa malas berpikir yang dapat menghambat berkembangnya inovasi terkini. Sebab ketika generasi muda saat ini membahas tentang kreatifitas dan gagasan, maka akan muncul berbagai perspektif hingga paradigma terhadap sebuah inovasi baru, tetapi saat ini kurangnya implementasi. Dimana Sudah menjadi keharusan bagi generasi muda untuk terus mengembangkan inovasi baru demi mengembangkan mutu SDM
Indonesia.
Kedua, mengadakan dan memperkuat e-commerce yang kolaboratif dan partisipatif. Hal ini sesuai dengan tujuan Presidensi G20 dan perlu kita ketahui bersama bahwa di era society 5.0, membutuhkan kolabirasi bukan kompetisi yang terus-menerus. Dimana kolaborasi akan membuka jalan bagi generasi muda untuk menghadirkan ide-ide yang inovatif, dan melalui kolaborasi pula inovasi dapat realisasikan, menjadi aplikasi-aplikasi yang meramaikan era Society 5.0 dengan peran sebagai produsen dan bukan menjadi generasi yang selalu menikmati teknologi yang ada (konsumen). Melihat bahwa generasi muda sekarang banyak yang mengalami pengangguran akibat kurangnya inovasi dan mutu SDM yang tidak memadai.
Ketiga, generasi muda harus dapat menguasai beberapa skill yang berhubungan dengan digital baik itu digital marketing, keuangan, produksi, dan sebagainya. Sebab dalam era Society 5.0, keahlian yang telah disebutkan sudah menjadi hal yang umum, dimana hampir semua lapisan masyarakat mengetahui dan bahkan menggunakan kemampuan berbasis internet seperti E-commerce. Tidak hanya itu, Presidensi G20 telah mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif melalui partisipasi ekonomi digital. Sudah semestinyahal tersebut menjadikan generasi muda dituntut untuk lebih memahami serta dapat mengembangkan e-commerce agar dapat bersaing di era Society 5.0. Dengan demikian memukakan jalan yang berguna di kancah nasional bahkan internasional.
Ketiga Generasi muda harus dapat menguasai beberapa skill yang berhubungan dengan digital baik itu digital marketing, keuangan, produksi, dan sebagainya. Sebab dalam era Society 5.0, keahlian yang telah disebutkan sudah menjadi hal yang umum, dimana hampir semua lapisan masyarakat mengetahui dan bahkan menggunakan kemampuan berbasis internet seperti e-commerce. Tidak hanya itu, Presidensi G20 telah mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif melalui partisipasi ekonomi digital. Sudah semestinya hal tersebut menjadikan generasi muda dituntut untuk lebih memahami serta dapat mengembangkan e-commerce agar dapat bersaing di era Society 5.0. Dengan demikian memukakan jalan yang berguna di kancah nasional bahkan internasional.
Dari ketiga solusi transformasi peran generasi muda diharapkan mampu memberikan masa depan yang menjanjikan, terkhusus untuk sebuah perkembangan di era yang serba digitalsaat ini. Memang ada beberapa strategi yang mungkin dapat dilakukan sebagai tujuan Presidensi G20 Indonesia di era society 5.0. Tapi solusi ini merupakan cara praktis dan sesuai dalam meningkatkan mutu SDM yang baik untuk generasi muda masa Presedensi G20 yang melibatkan inovasi, kepercayaan,integritas, perubahan yang terus menerus, dan pertumbuhan yang cepat.
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.