OPINI-Politisi Indonesia berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan ini terlihat dari banyaknya pihak yang berhasil mewakili daerahnya dan lembaga kelembagaan lainnya untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu partai yang saat ini digunakan untuk menyeleksi Calon Legislatif (Caleg) adalah selebritis.
Selebriti adalah orang yang disukai dan dikenal banyak orang. Kehidupan individu mereka menarik perhatian masyarakat, sehingga setiap perilaku mereka diamati dan dipantau. Kemampuan selebritis untuk menarik perhatian publik yang signifikan merupakan peluang untuk memasuki dunia politik.
Celebrity politician muncul dalam pemilihan umum 2004, yang mengubah sistem pemilihan untuk membuka representasi proporsional. Sistem representasi proporsional terbuka menawarkan ruang untuk pilihan partai dan individu.
Organisasi politik lebih memilih menggunakan selebriti daripada menciptakan kader politiknya sendiri yang militan sesuai dengan ideologi partainya. Selebriti biasanya dikenal dengan infotainment mereka. Infotainment berperan sebagai perwujudan panggung catwalk bagi para artis yang meningkatkan bahkan mempertahankan popularitasnya (Wenerda, 2015).
Dunia selebritis yang didukung oleh konsumsi masyarakat terhadap dunia entertainment seolah menjadi modal para selebritis untuk mengisi kancah politik. Namun, ini bukan masalah atau larangan karena selebriti memenuhi syarat.
Selebriti tanpa latar belakang politik tetap bisa mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat di tingkat daerah dan nasional. Tak hanya sebagai politisi, selebritis yang tidak mengikuti kontes politik pun bisa ikut serta menyuarakan kampanye calon eksekutif, yang wajar terjadi di Indonesia selama satu dekade terakhir.
Alasan selebritis tidak berkarir sebagai selebritis tapi beralih ke politik bisa dilihat dari berbagai faktor. Salah satunya adalah keinginan para selebritis untuk mendapatkan popularitas yang baik dan meningkatkan popularitasnya.
Selain itu, dapat disimpulkan bahwa selebritis yang memasuki dunia politik adalah selebritis yang kurang mendapat perhatian publik sebagai selebritis, sehingga jika menyangkut politik bisa menjadi berita besar yang menarik perhatian publik. Popularitasnya yang memudar akan bangkit kembali dengan pencalonannya sebagai wakil rakyat.
Selebriti politik Indonesia pada umumnya memiliki harapan yang tinggi sebagai caleg di bidang legislatif. Selama ini moderator hanya diisi oleh kandidat yang memiliki karir politik yang jelas.
Legislatif, khususnya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), memberikan ruang yang cukup bagi perseorangan dari partai politik untuk mencalonkan diri. Selanjutnya, ada keuntungan yang bisa didapat dari kedua belah pihak, selebritis dan partai politik, memastikan selebritis memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan umum.
Fenomena artis nyaleg nampaknya menjadi daya tarik di pesta-pesta demokrasi. Kepopuleran artis rupanya menjadi harapan untuk mendulang suara. Tak heran jika musisi dan selebritas masuk dalam daftar calon legislatif potensial untuk pemilu 2024. Namun, apakah Ibu Kota ternama itu mampu memenuhi ekspektasi masyarakat?.
Sungguh menyedihkan bahwa politik, dalam kaitannya dengan pengelolaan mata pencaharian masyarakat, tampaknya telah memudarkan kepentingannya sebagai tempat rekreasi. Bersaing untuk suara dengan modal terkenal. Persaingan politik telah menjadi ajang permainan dan pencitraan politik untuk berhasil menduduki kursi kekuasaan. Oleh karena itu, tidak heran jika saat menjadi wakil rakyat, seniman kurang mampu melayani kepentingan rakyat.
Pengamat politik Universitas Andalas, Najmuddin Rasul, melihat fenomena artis yang sibuk mendaftar sebagai caleg sebagai bukti gagalnya partai politik untuk menghidupkan kembali dirinya. Partai Politik (Parpol) mengambil jalan pintas dengan mendatangkan selebritis untuk meraih suara dalam pemilu legislatif.
Ini adalah bukti bahwa partai telah gagal dalam kelahiran kembali. Dan itu pasti berdampak negatif terhadap demokrasi di Indonesia,” kata Najmuddin kepada Republika kemarin.
Padahal, tidak ada salahnya memilih selebritis sebagai caleg, tidak apa-apa, semua tergantung strategi dan kebijakan masing-masing partai politik. Namun, hal ini sangat disayangkan, karena peran legislator bukanlah permainan yang sering dimainkan oleh para selebriti. Mereka yang telah lama bersama mereka setidaknya memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang aspek teknis membangun peraturan atau kebijakan yang tepat. Sehingga merekalah yang pantas dicalonkan, bukan selebritis ini lagi, politisi tidak. melepaskan. Strateginya adalah memperkuat kepemimpinan partai, sehingga bisa terpilih menjadi anggota legislatif yang banyak berpengaruh terhadap dunia politik nasional dan perkembangan kebijakan strategis berbagai strategi di tanah air.
Padahal, rakyat membutuhkan politisi sejati yang memiliki pemahaman politik yang benar. Karena politik adalah kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan rakyat secara menyeluruh, bukan kepentingan partai atau kelompok orang. Lebih dari itu, dunia politik bukan hanya pengejaran kekuasaan, tapi juga beban tanggung jawab di akhirat.
Politisi sejati memahami bahwa berpolitik berarti siap melayani rakyat dengan sebaik-baiknya. Jangan hanya mengumpulkan peti fisik untuk tujuan mengembalikan modal politik. Sayangnya, dalam model demokrasi, siapa pun bisa berpartisipasi dalam politik asalkan memiliki modal dan popularitas yang cukup. Tak heran, artis pun berusaha unjuk gigi untuk menjadi caleg.
Berpolitik dalam pandangan Islam berarti mengatur dan mengatur urusan umat dalam segala aspek kehidupan masyarakat, baik di dalam maupun di luar negeri. Bukan hanya untuk mendapatkan kekuasaan pribadi, partisan atau kelompok sebagai tindakan politik dari perspektif demokrasi. Karena kebijakan ini merupakan bagian dari hukum syarak, maka hukum ini menjadi sumber pelaksanaan hukum syarak lainnya. (*)
Opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. PIJARNEWS.COM tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.