Oleh : Suherman Syah
Sejak kecil, kami sudah familiar dengan nama dan kehebatan “Habibie”. Orangtua seringkali berharap, kami anak-anaknya seperti Habibie. Habibie dikenalkan sebagai orang genius. Ada lagu yang selalu terngiang kala itu. “Habibie pedda ulunna. Macca makabbua kappala luttu”.
Habibie bukan orang biasa. Dia manusia yang bisa disebut “setengah dewa”. Profil manusia Indonesia seutuhnya, seperti termaktub dalam Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional ada pada diri Prof. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie.
Habibie adalah manusia Indonesia seutuhnya. Dia memiliki keimanan dan ketakwaan yang luar biasa. Dia memiliki budi pekerti yang luhur. Dia memiliki keilmuan dan keterampilan yang mendunia.
Dia memiliki cinta dan kasih yang sulit dicontohi. Dia patriot dan nasionalis sejati. Dia negarawan yang cinta tanah air. Cita-citanya luhur, menjadikan manusia Indonesia, yang BERIPTEK dan BERIMTAK.
Bagi NKRI, Habibie adalah pahlawan. Pahlawan mendorong kebangkitan teknologi nusantara. Indonesia dikenal sebagai negara produsen pesawat terbang karena jasanya.
Habibie adalah peletak dasar-dasar demokrasi Indonesia. Mengubah Indonesia dari negara otoriter menjadi negara yang demokratis. Pilar-pilar demokrasi ditegakkan dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Kebebasan pers, otonomi daerah, independensi BI, Kedaulatan berserikat dan bersuara, dll. Intinya, Habibie mau dan mampu mentransisi-kan Indonesia dari orde baru ke reformasi. Hanya kurun waktu satu tahun.
Apa yang kami sesalkan??? Hanya satu. Karena Habibie tidak bersedia jadi Presiden RI dalam waktu yang lama. Padahal, peluang itu ada. Peluang 1, yaitu, sebagai pengganti Soeharto, masa jabatannya ketika itu sisa empat tahun. Tapi Habibie mengambil jalan pintas dengan menggelar Sidang Istimewa untuk memilih Presiden baru.
Peluang 2, yaitu saat Sidang Istimewa. Habibi memiliki kans terbesar untuk terpilih sebagai presiden RI. Tapi kala itu, Habibie menolak. Alasannya, gegara LPJ-nya ditolak DPR.
Andai beliau jadi Presiden selama 5 atau 10 tahun, boleh jadi Indonesia akan jauh lebih maju dari sekarang.
Tapi itulah perjalanan beliau. Meninggalkan banyak tauladan dan pelajaran bagi anak-anak bangsa. Semoga segala kebaikannya di dunia ini, menjadi amal jariyah di akhirat kelak.
Allaahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihii wa’fu anhu wa akrim nuzu lahu wa wassi’ madkholahu waghsilhu bilmaai wats-tsalji walbarodi. Amin ya Rabb Alamin. (*)
Penulis: Suherman Syah (akun Facebook)
Editor: Dian Muhtadiah Hamna