TEKNOLOGI, PIJARNEWS.COM– Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah menjadi perbincangan beberapa tahun belakangan. Apalagi setelah diluncurkannya sebuah chatbot berbasis AI yang mampu menjawab pertanyaan tertulis dan menghasilkan teks mirip buatan manusia sendiri.
Kehadiran AI pun banyak dimanfaatkan, tak terkecuali di bidang akademik bagi dosen dan mahasiswa. Seorang developer yang juga pegiat AI Muhammad Ilham Jaya menjelaskan kehadiran AI Generatif semacam ChatGPT itu memang sangat memudahkan seseorang ketika ingin belajar sesuatu secara cepat. Namun bagi kalangan akademisi, perlu diberikan batasan untuk penggunaannya. “Mengapa harus diberikan batasan? karena bagi saya pribadi jika ingin menjadi akademisi yang unggul tidak boleh membiasakan diri pada hal-hal yang instan, akademisi harus berproses dulu karena mereka memiliki tanggung jawab yang besar untuk kemajuan bangsa ini,” jelasnya kepada Pijarnews.com, Kamis (11/4/2024).
Lebih lanjut, kata mahasiswa Pascasarjana IAIN Parepare itu proses-proses yang dijalaninya meskipun terkesan lambat namun akan memperkokoh fundamental berpikirnya dan memperkuat mentalnya. “Coba kita bayangkan, pada suatu hari program AI yang ada saat ini tiba-tiba berhenti beroperasi, bagaimana nasib akademisi yang suka instan dan tidak terlatih untuk menikmati sebuah proses? Kemudian kita bandingkan dengan mereka yang memang menjadikan AI hanyalah asisten ala kadarnya yang membantu tugas kecil-kecilan. Pasti akan ada gap yang cukup lebar dalam hal ini,” ujarnya.
Menurutnya dari segi manfaat kehadiran AI itu banyak, tergantung dari kemampuan penggunanya. “Hipotesis saya kecerdasan buatan akan bekerja maksimal ketika kecerdasan alami penggunanya juga tinggi. Jadi berbanding lurus tuh antara kecerdasan alami dengan kecerdasan buatan. Manfaatnya itu seperti bisa meningkatkan pemahaman, memperluas pengetahuan, membantu pekerjaan sehingga selesai lebih cepat,” jelasnya.
Sementara, dari sisi negatifnya, kata dia, kehadiran AI bisa menurunkan bahkan mematikan kreativitas ketika konsep yang harusnya berasal dari pemikiran kita lalu kita perintahkan ke AI untuk mengurusi konsep itu juga. “Dampak lainnya juga pasti berkaitan dengan lapangan pekerjaan, akan banyak pekerjaan yang bisa digantikan oleh AI, yang tadinya pekerjaan itu bisa diselesaikan dengan banyak orang namun dengan AI cukup satu orang saja sebagai prompter untuk menyelesaikan pekerjaan itu,” ujarnya.
Dia pun mengungkapkan, perkembangan AI ke depannya sepertinya akan mengalami perkembangan yang lebih pesat lagi karena dirinya melihat trend di kalangan developer saat sekarang ini, mereka merasa tertantang untuk mengeksplor lebih dalam mengenai AI ini. “Sistem-sistem ke depannya di segala bidang juga akan mengimplementasikan AI di programnya,” katanya. (why)